Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
novel Grotesque dan 10 Minutes 38 Seconds in This Strange World (bloomsbury.com)

Pekerja seks adalah salah satu profesi yang punya banyak risiko, baik dari sisi kesehatan, keselamatan, sampai esklusi sosial. Dianggap bagian dari masalah moral dan dicap buruk, nyatanya profesi ini tidak bisa dilihat dengan kacamata hitam putih.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan profesi ini ada dan tak lekang oleh zaman, salah satunya faktor permintaan yang selalu ada. Lantas, mengapa pekerja seks saja yang disorot dan dianggap krisis moral?

Beberapa rekomendasi novel dengan lakon pekerja seks berikut mungkin bisa membantu kita memahami isu ini. Dengan menyelami perspektif mereka, hobi menghakimimu mungkin juga akan berkurang. 

1. Woman at Point Zero

novel Woman at Point Zero (bloomsbury.com)

Woman at Point Zero sebenarnya adalah buku yang terinspirasi dari pertemuan seorang wartawan dengan pekerja seks di penjara. Si pekerja seks yang diberi nama Firdaus adalah terdakwa pembunuhan yang akan menghadapi eksekusi mati. Sebelum eksekusi, ia menyempatkan diri menceritakan kisah hidupnya pada si wartawan.

Dari sinilah, kehidupannya yang sulit di Mesir yang patriarki terkuak. Sejak kecil, Firdaus disuguhi diskriminasi terhadap perempuan dan degradasi moral pria yang membuatnya pesimis soal kemanusiaan dan cinta sejati. Ia kemudian tergerak untuk memonetisasi seks, satu hal yang diinginkan pria dari dirinya. 

2. Grotesque

novel Grotesque (penguinrandomhouse.com)

Grotesque diawali dengan kasus pembunuhan dua pekerja seks di Tokyo. Seiring investigasi berjalan, kita disodori sebuah fakta mencengangkan. Yakni, bahwa kedua perempuan itu ternyata alumni sebuah SMA elite di Jepang.

Bagaimana mereka bisa berakhir jadi pekerja seks? Jawabannya ternyata berkaitan erat dengan tatanan masyarakat Jepang yang rigid dan hirarki yang kuat. Sama seperti empat novel lain dalam daftar ini, kritik tentang tekanan sosial terhadap perempuan jadi bahasan yang mewarnai. 

3. If I Had Your Face

novel If I Had Your Face (penguin.co.uk)

If I Had Your Face sebenarnya ditulis dari beberapa sudut pandang. Salah satunya Kyuri yang bekerja sebagai penghibur tamu di sebuah klub elite. Novel ini membahas banyak hal tentang tatanan sosial dan perkembangan kultur pop Korea. Normalisasi prosedur operasi plastik demi mencapai standar kecantikan jadi salah satu bahasannya.

Tak luput pula ketimpangan kelas dan kapitalisme yang menggerogoti kesehatan mental masyarakat Korsel. Novel ini ditulis hampir tanpa plot alias berat di studi karakter. Cerita Kyuri cukup menarik karena meski punya beauty privilege, ia tetap tak bisa bersanding dengan kalangan kaya yang mendominasi kliennya. 

4. 10 Minutes 38 Seconds in this Strange World

novel 10 Minutes 38 Seconds in This Strange World (bloomsbury.com)

Novel tentang pekerja seks lain bisa kamu temukan dalam salah satu novel Elif Shafak berjudul 10 Minutes 38 Seconds in this Strange World. Berlatarkan Turki, novel ini mengikuti Leyla, seorang pekerja seks yang sedang sekarat setelah diserang salah satu kliennya. Selama 10 menit sejak ia dibuang di sebuah tempat sampah, Leyla mengingat kisah hidup dan 5 orang terpenting dalam hidupnya. 

Kisah hidup Leyla tak kalah tragis. Setelah pergi dari rumah karena hamil akibat diperkosa pamannya sendiri, Leyla dijebak seseorang ke dalam bisnis prostitusi di Istanbul. Di sanalah ia menjalani kehidupan baru yang jauh dari kata ideal. 

5. Against the Loveless World

novel Against the Loveless World (simonandschuster.com)

Against the Loveless World mengikuti Nahr, aktivis kemerdekaan Palestina yang sedang mendekam di penjara. Pembaca kemudian diajak menyelami masa lalu Nahr yang ternyata penuh liku. Lahir di kamp pengungsian bersama keluarga besarnya yang beretnik Arab Palestina di Yordania, Nahr bekerja sejak belia untuk membantu keuangan keluarganya.

Saat itulah, ia berkenalan dengan seorang perempuan paruh baya yang memperkenalkan pada bisnis prostitusi. Masalahnya, bisnis yang awalnya menjanjikannya penghasilan lebih dan ilusi kebebasan ternyata tak semudah yang ia bayangkan. Buku ini mengikuti Nahr yang berproses jadi dewasa dengan segala kenaifan dan kecenderungan nonkonformisnya. 

Kita tak pernah tahu apa yang mendasari seseorang mengambil sebuah keputusan. Itulah guna dan peran fiksi, mengasah kemampuanmu berempati. Harapannya, kamu tak lagi bersikap tone-deaf dan bikin opini jelek saat berhadapan dengan masalah yang kiranya bertentangan dengan kompas moral dan nilai yang kamu anut. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team