Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Novel tentang Antikolonialisme dan Resistensi

novel James karya Percival Everett dan Max Havelaar tulisan Multatuli
Intinya sih...
  • Babel (R.F. Kuang) - Novel mengikuti petualangan Robin, pemuda Canton yang menyadari potensi mengkhianati dan menyakiti banyak orang.
  • Max Havelaar (Multatuli) - Kisah pegawai negeri Belanda di Pulau Jawa yang melawan kecurangan kolonial dengan risiko dan konsekuensi.
  • James (Percival Everett) - Novel tentang budak Afrika yang mendambakan kebebasan hakiki sebagai titik beratnya.

Pada September 1945, Perang Dunia II resmi berakhir dan era baru pun dimulai. Selain dunia yang relatif lebih damai, setelah 1945 banyak negara yang mendeklarasikan kemerdekaan mereka dari penjajah, terutama di Asia dan Afrika.

Sayangnya, dampak kolonialisme tidak benar-benar lenyap dari Bumi. Bahkan, beberapa negara masih berjuang memperoleh kemerdekaan hakiki itu saat ini. Sebagai bentuk apresiasi dan dukungan terhadap gerakan perlawanan terhadap penjajahan, bolehlah kamu baca buku-buku bertema antikolonialisme dan resistensi berikut ini. Pengingat kalau kita pernah berada fase sulit itu dan ini waktunya melakukan refleksi besar-besaran!

1. Babel (R.F. Kuang)

novel Babel karya R. F. Kuang

Babel adalah salah satu novel terkuat R.F. Kuang yang sayang buat diabaikan. Novel ini mengikuti petualangan Robin, pemuda Canton yang diadopsi seorang pria Inggris. Ia dapat kehidupan layak dan pendidikan terbaik di salah satu universitas bergengsi di Inggris.

Namun, seiring dengan keterlibatannya yang makin dalam dan pengetahuannya yang makin luas, Robin mulai sadar bahwa ia berpotensi mengkhianati dan menyakiti banyak orang. Bersama Robin, kamu akan menjelajahi strategi licik dan sistemik penjajah untuk mempertahankan kekuasaan dan mengakomodasi kepentingan mereka.

2. Max Havelaar (Multatuli)

novel Max Havelaar karya Multatuli

Max Havelaar adalah nama seorang pegawai negeri berkebangsaan Belanda yang ditempatkan di Pulau Jawa pada era kolonial. Ia menemukan banyak keganjilan dan kecurangan yang membuatnya tergerak untuk melawan dan memberontak. Namun, idealismenya yang menggebu-gebu terkadang tak diiringi dengan kalkulasi matang. Risiko dan konsekuensi dari keputusan-keputusannya menciptakan intrikasi di novel klasik ini.

3. James (Percival Everett)

novel James karya Percival Everett

James adalah novel yang sebenarnya terinspirasi dari salah satu tokoh pendukung di novel klasik Mark Twain Adventures of Huckleberry Finn. Dalam novel lawas itu, James diperkenalkan sebagai budak asal Afrika yang kabur dari rumah tuannya dan bertemu Huckleberry “Huck” Finn.

Selama beberapa waktu, keduanya menjalin pertemanan dan mengarungi perjalanan bersama. James yang lebih tua jadi semacam sosok kakak untuk Huck. Everett menulis ulang cerita legendaris itu dengan menempatkan agensi James yang mendambakan kebebasan hakiki sebagai titik beratnya.

4. Against the Loveless World (Susan Abulhawa)

novel Against the Loveless World karya Susan Abulhawa

Against the Loveless World adalah kisah dinamis Nahr, perempuan muda yang lahir di Kuwait sebagai anak dari imigran Palestina. Ia diperkenalkan sebagai tahanan politik yang menceritakan masa lalunya. Sejak kematian ayahnya, ia hidup dalam berbagai keterbatasan dan restriksi karena statusnya sebagai pengungsi.

Hidupnya relatif lurus sampai Nahr menikah dengan pemuda Palestina yang ternyata meninggalkannya begitu saja beberapa waktu setelah pernikahan mereka. Menolak untuk dikasihani, Nahr berusaha menentukan jalan hidupnya sendiri sampai ia berkesempatan untuk mengenal negara asal yang selama ini bak fiksi baginya.

5. Things Fall Apart (Chinua Achebe)

novel Things Fall Apart karya Chinua Achebe

Things Fall Apart adalah novel debut Chinua Achebe yang cukup kompleks dan menarik buat jadi bahan diskusi. Tokoh sentralnya Okonkwo, pria yang percaya bahwa ia bisa mencapai posisinya saat ini karena kekuatan dan ketegarannya.

Mirisnya, nilai-nilai dan tradisi yang melanggengkan dominasinya terancam oleh nilai-nilai baru yang diperkenalkan penjajah Eropa. Ini membuat Okonkwo mengalami pergolakan batin hebat yang kontras dengan citranya selama ini. Lakon di novel ini bukan sosok yang bikin pembaca bersimpati, tetapi tak berarti pula kamu dibikin memihak pemerintah kolonial.

Susah memang memisahkan kegiatan membaca dengan politik. Setiap buku punya agensi alias pesan atau narasi yang hendak disebarluaskan. Termasuk antikolonialisme yang ternyata bukan hal tabu diusung dalam karya sastra. Wah, mana buku yang pengin kamu baca terlebih dahulu, nih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us