5 Novel Underrated tentang Psikologi Perempuan

- Abigail (Magda Szabó) - Novel Hungaria tentang remaja perempuan pada Perang Dunia II, adaptasi di sekolah asrama.
- The Soul of Kindness (Elizabeth Taylor) - Kisah Flora yang dipandang sempurna hingga bertemu orang yang menolak memujinya.
- The Woman Destroyed (Simone de Beauvoir) - Buku dengan 3 cerita perempuan berbeda, menggugah dan emosional.
Pernah menemukan novel dengan karakter perempuan yang tidak realistis? Kekhawatirannya gak sebesar yang kamu rasakan, karena masalahnya tak relevan dengan yang kamu alami, dan paling parah keputusan-keputusannya gagal meyakinkanmu kalau karakter ini benar-benar perempuan. Mungkin kamu salah pilih buku dan penulis.
Coba lirik lima buku tentang psikologi perempuan berikut, deh. Underrated, tetapi ditulis oleh penulis perempuan yang tahu seluk-beluk sesamanya. Mereka bisa bikin kamu memahami psikologi perempuan secara akurat dan berimbang. Kalau suka Mrs. Dalloway tulisan Virginia Woolf dan The Bell Jar milik Sylvia Plath, coba juga baca buku-buku di bawah.
1. Abigail (Magda Szabó)

Abigail adalah salah satu novel Hungaria legendaris yang ditulis Magda Szabo dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Ceritanya tentang Gina, remaja perempuan yang dikirim ayahnya ke sebuah sekolah asrama pada awal Perang Dunia II.
Tak ada backstory tentang dirinya, apalagi penjelasan mengapa sang ayah mengirimnya secara sepihak ke sana. Namun, ini tentang bagaimana ia beradaptasi dengan lingkungan barunya yang asing, dingin, tetapi juga penuh hal baru yang misterius.
2. The Soul of Kindness (Elizabeth Taylor)

The Soul of Kindness adalah novel underrated Elizabeth Taylor (penulis bukan aktris) yang memakai sudut pandang Flora, perempuan kelas menengah atas yang dari luar punya segalanya. Ia dipuja suaminya, punya teman baik yang setia, dan semua orang mengamini kebaikan hatinya.
Sampai satu hari, Flora bertemu seseorang yang menolak untuk memujinya. Menurutnya, Flora tak sesempurna yang orang bilang dan ini mau tak mau memaksa Flora melihat dirinya sendiri dari sudut pandang berbeda.
3. The Woman Destroyed (Simone de Beauvoir)

Dalam The Woman Destroyed, Simone de Beauvoir menyuguhimu 3 cerita dari 3 perempuan berbeda dengan masalah mereka masing-masing. Sudah tak lagi muda, mereka mengira hidup mereka sudah pada fase yang seharusnya sampai ketiganya mengalami krisis. Tak peduli yang sudah menikah dan punya anak maupun yang masih sendiri. Ini buku yang emotif dan menggugah, terutama buat yang tertarik dengan studi feminisme dan psikologi perempuan.
4. Lolly Willowes (Sylvia Townsend Warner)

Setelah kematian orangtuanya, Laura atau yang kerap disapa Tante Lolly mengabdi pada keluarga kakak laki-lakinya. Ia membantu pekerjaan rumah dan mengasuh keponakannya selama bertahun-tahun lamanya.
Sampai satu hari, ia memutuskan pindah ke desa sebelah dan untuk pertama kalinya dalam hidup mengicip kebebasan yang sebenarnya. Namun, keluarganya ternyata tak membiarkan itu terjadi begitu saja. Dilengkapi elemen fantasi dan surealisme, ini mungkin bisa menyembuhkanmu dari reading slump.
5. The Daemon Lover (Shirley Jackson)

Sebagai salah satu penulis yang setia menggunakan sudut pandang perempuan dalam karya-karya fiksinya, rasanya gak bisa melupakan Shirley Jackson. Dalam novelanya ini, Jackson akan mengajakmu menyelami kekalutan seorang perempuan yang pada hari pernikahannya tak bisa menemukan tunangannya.
Ia bertanya ke semua orang yang ia lewati dalam perjalanan ke rumah sang tunangan hingga mendapati kalau apartemen itu ternyata sudah terbengkalai bertahun-tahun. Nyata atau tidak eksistensi sang tunangan adalah misteri yang perlu dijawab.
Meski sering diremehkan, kelima buku tadi jadi bukti kalau menulis novel bukan untuk perkara mudah. Apalagi kalau kamu harus menulis karakter yang bukan dirimu dari berbagai segi, baik gender maupun kepribadian. Gak heran kemampuan observasi yang mumpuni adalah salah satu modal utama seorang penulis.


















