Pilih Jurusan Kuliah Sesuai Passion atau Realita Lapangan Kerja?

- Passion sering terdengar lebih sederhana dari kenyataannya
- Realita lapangan kerja juga tidak selalu seaman kelihatannya
- Jurusan kuliah bukan keputusan sekali seumur hidup
Saat akan memilih jurusan kuliah, salah satu hal yang sering bikin galau adalah pertimbangan untuk memilih jurusan berdasarkan passion atau realita lapangan kerja. Menariknya, pertanyaan ini muncul bukan hanya dari calon mahasiswa, tapi juga dari orangtua. Menurut sebagian orang, kuliah itu harus sesuai passion agar bisa dijalani dengan ikhlas dan bahagia. Namun, sebagian lain mempertimbangkan untuk melihat realita lapangan kerja mengingat susahnya cari kerja setelah lulus.
Masalahnya, dua saran itu sering kali tampak bertentangan, seolah harus memilih salah satu. Padahal, banyak orang baru menyadari rumitnya setelah benar-benar menjalani kuliah. Bagi kamu yang masih bingung pilih jurusan kuliah sesuai passion atau realita lapangan kerja, yuk, simak ulasan mendalam mengenai topik tersebut yang telah tersedia di bawah ini.
1. Passion sering terdengar lebih sederhana dari kenyataannya

Passion sering dibicarakan seperti sesuatu yang sudah jelas sejak awal. Seolah semua orang tahu apa yang mereka suka dan akan menikmatinya terus-menerus. Padahal, banyak mahasiswa memilih jurusan karena “kayaknya suka”, bukan karena benar-benar paham isinya.
Begitu masuk kuliah, realitasnya berbeda. Ada teori, tugas yang berulang, dan materi yang tidak selalu menarik. Bahkan, meskipun pada akhirnya kamu kuliah di jurusan yang sesuai minat, rasa bosan akan tetap ada. Di sini biasanya mulai muncul kesadaran bahwa passion tidak otomatis membuat segalanya mudah.
2. Realita lapangan kerja juga tidak selalu seaman kelihatannya

Di sisi lain, memilih jurusan kuliah karena dianggap punya prospek karier lebih bagus juga bukan jaminan. Dunia kerja berubah cepat, kadang lebih cepat dari kurikulum kampus. Jurusan yang terlihat menjanjikan hari ini bisa terasa biasa saja beberapa tahun ke depan.
Selain itu, banyak lulusan akhirnya bekerja di bidang yang tidak sepenuhnya linear dengan jurusannya. Gelar memang membantu, tapi sering kali bukan faktor penentu. Keterampilan, pengalaman, dan cara seseorang membawa diri justru lebih sering jadi penentu.
3. Jurusan kuliah bukan keputusan sekali seumur hidup

Banyak mahasiswa berpikir bahwa salah pilih jurusan berarti karier ke depan akan berantakan. Padahal, kenyataannya tidak begitu. Jurusan lebih tepat dilihat sebagai titik awal, bukan jalur yang mengunci semua kemungkinan.
Tidak sedikit orang yang berbelok arah setelah lulus, atau bahkan saat masih kuliah. Ada yang menemukan minat baru, ada juga yang menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar. Selama mau belajar ulang, perubahan arah bukan hal yang aneh.
4. Mencari titik tengah ternyata juga masuk akal

Daripada memaksa memilih antara passion atau realita kerja, mencari titik tengah sering kali lebih masuk akal. Tidak harus passion besar, tapi setidaknya bidang yang masih bisa dijalani tanpa rasa terpaksa. Selama ada ruang untuk berkembang, pilihan itu baik untuk dunia kampus maupun dunia kerja nantinya.
Minat juga tidak selalu muncul di awal. Tidak jarang, rasa tertarik justru muncul setelah seseorang terjun langsung dan merasa mampu. Dari situ, motivasi biasanya muncul dengan sendirinya.
5. Kesiapan individu sering lebih menentukan daripada jurusan itu sendiri

Apa pun jurusannya, kesiapan mahasiswa memiliki peran besar. Mengenal isi kuliah, peluang karier, dan tantangan di bidang tersebut jauh lebih penting daripada sekadar ikut tren. Aktivitas di luar kelas juga punya pengaruh besar. Magang, organisasi, proyek kecil, atau skill tambahan sering membuka jalan yang tidak terpikirkan sebelumnya. Dunia kerja jarang melihat seseorang hanya dari satu label jurusan.
Pilih jurusan kuliah sesuai passion atau realita lapangan kerja memang penting, tapi tidak perlu dibingkai sebagai pilihan hidup mati. Passion dan realita kerja sama-sama penting. Selama keputusan itu diiringi kesiapan untuk belajar dan menyesuaikan diri, jurusan hanyalah langkah awal. Selebihnya, jalan akan terbuka sambil berjalan.



















