Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Kenapa PR Sekolah Tidak Diperlukan

ilustrasi seorang gadis sedang mengerjakan PR (pexels/Jena Backus)
ilustrasi seorang gadis sedang mengerjakan PR (pexels/Jena Backus)

Dari pagi hingga siang bahkan ada yang hingga sore hari anak menghabiskan waktu di sekolah untuk belajar. Anak ingin segera pulang dan istirahat melepas lelah dari segala aktivitas di sekolah namun tak jarang guru memberikan PR (Pekerjaan Rumah) agar anak ingat dengan materi yang telah dipelajarinya. Pemberian PR oleh guru tak selalu berdampak baik bagi anak. Berikut beberapa hal yang menjadikan PR sekolah tidak diperlukan.

1.Mengurangi kebebasan eksplorasi anak

ilustrasi seorang gadis sedang melukis (pexels.com/Jadson Thomas)
ilustrasi seorang gadis sedang melukis (pexels.com/Jadson Thomas)

Tidak semua anak senang belajar berbagai hal di sekolah. Ada sebagian anak yang senang bereksplorasi di luar sekolah. Sekolah bagi anak merupakan tempat terbatas untuk mengembangkan passion mereka.

Dengan banyak melakukan hal di luar sekolah menjadikan anak lebih inovatif dan menemukan passion yang sesungguhnya namun adanya PR, anak-anak tidak bisa bereksplorasi lebih jauh. Anak-anak terpaku dengan PR yang harus segera diselesaikan.

2.Ketertarikan terhadap sesuatu menjadi pudar

ilustrasi seorang gadis sedang bosan terhadap sesuatu (pexels/Andrea Piacquadio)
ilustrasi seorang gadis sedang bosan terhadap sesuatu (pexels/Andrea Piacquadio)

Jam sekolah berakhir adalah waktu yang dinantikan anak-anak. Mereka ingin segera belajar hal yang disukainya atau sekedar bermain dengan temannya. Terlintas di pikiran anak-anak bahwa ada banyak PR yang diberikan guru. Semangat anak-anak akan kegiatan pribadinya yang begitu menyenangkan menjadi menurun.

Passion yang ingin dipelajarinya ataupun bermain dengan temannya menjadi terkendala. Semakin tinggi jenjang mereka bersekolah, PR mereka pun bertambah. Hal ini menjadikan sesuatu yang mereka ingin pelajari secara mendalam menjadi pudar bahkan mereka tidak tertarik lagi.

3. Membuat perbandingan antar anak

ilustrasi seorang guru sedang membandingkan kedua murid (pexels/RDNE Stock project)
ilustrasi seorang guru sedang membandingkan kedua murid (pexels/RDNE Stock project)

Ada sebagian anak-anak yang selalu tuntas menyelesaikan PR mereka dan memiliki prestasi baik. Ada pula yang jarang menyelesaikan PR mereka dan terkadang mereka berbuat kenakalan di lingkungan sekolah yang membuat guru merasa kesal setiap bertemu anak tersebut. Secara otomatis guru akan membandingkan anak yang mereka anggap buruk dengan anak yang mereka anggap baik serta hal ini tidak bagus untuk mental anak ke depannya.

4. Melakukan penjeratan berkedok tanggung jawab

ilustrasi seorang gadis sedang terpuruk dengan tugas (pexels/Hoàng Tiến Việt)
ilustrasi seorang gadis sedang terpuruk dengan tugas (pexels/Hoàng Tiến Việt)

Dengan anak menyelesaikan PR, anak dianggap sudah bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh gurunya. Secara tidak langsung guru telah menjerat anak didiknya dengan PR yang mengakibatkan anak tidak bisa sering melakukan kegiatan yang diminati anak. Guru telah memaksa anak untuk menjadi sesuatu sesuai keinginannya. Anak diminta diam terpaku dengan PR di depannya.

5.Menambah beban belajar anak

ilustrasi seorang pemuda sedang membaca buku (pexels/Craig Adderley)
ilustrasi seorang pemuda sedang membaca buku (pexels/Craig Adderley)

Di sekolah, anak mengikuti banyak pelajaran dan itu menguras banyak energi baik pikiran maupun fisik. Dengan adanya PR dari guru, hal itu menambah keletihan bagi anak. Anak harus mengerjakan PR setelah jam sekolah usai. Jika ada banyak PR, maka anak bisa tidur hingga larut malam demi PR. Tak jarang ditemui banyak anak mengantuk di kelas saat pembelajaran.

PR yang diberikan oleh guru bukan alasan untuk menjadikan anak paham akan suatu hal namun PR menjadikan anak-anak kehilangan waktu berharga untuk menikmati hal yang disukainya. Anak memerlukan lebih banyak waktu untuk bermain di luar sekolah dan bukan hanya diberi beban berupa PR. Anak-anak memiliki masa-masa indah untuk dinikmati selain PR dari guru.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us