Selain membaca buku non fiksi, tak ada salahnya untuk membaca buku fiksi setiap bulannya. Apalagi kalau fiksinya menghangatkan hati, kamu tetap bisa mendapatkan hikmah untuk diterapkan dalam hidup.
Seperti pada rekomendasi buku terbitan Jepang ini. Kalau dibaca bikin hatimu hangat dan tentram karena kisahnya. Pilih salah satu rekomendasi buku terbitan Jepang di bawah ini untuk warnai harimu, semuanya bagus!
Twenty Four Eyes atau dikenal juga dengan judul Dua Belas Pasang Mata menceritakan tentang perjuangan Bu Guru Oishi yang ditugaskan di sebuah Desa nelayan miskin. Dia akan mengajar 12 anak dengan beragam karakter dan latar belakang yang berbeda.
Dengan membaca buku ini, kita akan merasakan kehangatan dan ketulusan dari Miss Oishi dalam mendidik murid-muridnya. Kita akan diajak melihat perjuangannya sebagai guru hingga akhirnya dapat disukai oleh anak didiknya.
Novel ini juga menggambarkan situasi Jepang pada perang dunia yang memporak-porandakan semuanya. Dijamin deh kamu bakalan terharu melihat ketulusan Bu Oishi pada murid-muridnya.
Novel ini menceritakan tentang seorang anak perempuan bernama Ttoto Chan yang lugu dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan latar belakang cerira sebelum perang dunia kedua di Jepang.
Saat masuk Sekolah Dasar Ttoto Chan sempat dikeluarkan dari sekolahnya, lalu berpindah ke sekolah yang unik bernama Tomoe, kelas-kelas di Tomoe menggunakan gerbong kereta api yang sudah tidak berfungsi lalu siswa pun bebas mengikuti pelajaran apa saja.
Buku yang terdiri dari 272 halaman ini akan membuatmu memahami sudut pandang dan tingkah laku anak-anak. Mungkin plotnya terkesa agak lambat dan tidak ada klimaks yang membuat tegang. Namun, pesan yang disampaikan begitu mendalam. Setiap anak itu unik dan hebat dengan caranya sendiri.
Selanjutnya, ada Botchan. Sebuah novel klasik dari Jepang tetapi masih asyik dinikmati untuk kamu baca. Berjumlah 217 halaman, Botchan memiliki arti Tuan Muda. Hingga akhirnya panggilan tersebut disematkan kepada seorang anak muda.
Botchan merupakan seorang guru muda di Matsuyama, Shikoku. Namun, ia mengalami berbagai kesulitan dari mulai menghadapi anak didiknya, orang-orang di desa, bahkan sistem di sekolah barunya.
Gaya penulisan dalam novel ini pun lebih banyak menggunakan narasi panjang, tapi cerita ini juga dipenuhi satire terhadap sistem pendidikan yang berlaku. Kamu akan merasakan suatu keteguhan dan keberaniaan dari Guru muda yang dipanggil Botchan tersebut.
Novel ini berhasil memenangkan Akuragawa Prize dan merupakan karya ke-10 yang dibuat Murata Sayaka namun menjadi karya pertama yang diterjamahkan dalam Bahasa Inggris. Novel yang berjumlah 162 halaman bisa dibaca sekali duduk lho. Sehinga dapat menjadi bacaan ringan tetapi memiliki makna mendalam.
Becerita tentang seorang wanita yang mendekati usia 40 tahun bernama Keiko Furukura yang telah bekerja sepanjang hidunya di sebuah minimarket. Namun, stigma masyarakat yang terpatri membuatnya seolah tidak normal dan aneh dipandangan masyarakat, karena tidak memiliki pekerjaan tetap ataupun berkeluarga.
Buku ini membahas streotipe yang seringkali menempel pada seorang wanita karena tidak memenuhi standar orang pada umumnya, yang harus memiliki pekerjaan mapan, menikah, dan memiliki anak. Lalu, akankah Keiko bisa keluar dari zona nyamannya? Jangan lupa baca bukunya, ya!
Funiculi Funicula menceritakan tentang sebuah kafe unik di Tokyo yang sudah cukup lama berdiri dengan berbagai ornamen klasik di dalamnya. Kafe tersebut dapat membawa pengunjungnya melintasi waktu baik ke masa lalu maupun ke masa depan. Namun, tentu saja ada syarat yang harus diikuti jika ingin menjelajahi waktu.
Ada 4 bagian yang berisi kisah-kisah dari setiap tokoh yang mudah untuk dipahami, alurnya pun maju mundur sehingga ceritanya pun tidak membosankan. Novel ini diterbitkan sekitar tahun 2015 silam dengan 224 halaman.
Membaca salah satu rekomendasi buku terbitan Jepang di atas selain mengasah empatimu, bisa menjadi indikator bahwa hatimu masih hidup, lho. Nah, kamu mau baca yang mana dulu, nih?