5 Tips Menentukan Topik Esai yang Relevan, Unik dan Powerful!

Intinya sih...
Mulailah dari pengalaman pribadi yang punya cerita
Sesuaikan dengan tema dan tujuan esai
Cari celah dari topik umum yang sudah populer
Menulis esai itu bukan cuma soal kemampuan merangkai kata yang enak dibaca. Apalagi mengarang cerita agar tulisanmu terdengar hebat. Esai harus dimulai dari bagaimana kamu memilih topik yang ‘klik’ dengan audiens dan tujuan esai itu sendiri. Mau esaimu ditujukan untuk beasiswa, lomba, tugas kuliah, atau publikasi, semuanya berawal dari ide.
Meski bagian mencari topik ini sering bikin kepala pusing, terutama kalau kamu ingin esaimu berbeda tapi tetap relevan. Banyak orang terjebak antara menulis sesuatu yang terlalu umum atau terlalu unik tapi malah gak nyambung dengan tujuan utama esainya. Nah, lima tips berikut bisa bantu kamu menemukan topik esai yang unik dan tetap relevan!
1. Mulailah dari pengalaman pribadi yang punya cerita
Kadang kamu mungkin gak sadar, pengalaman kecil dalam hidupmu bisa jadi topik esai yang menarik kalau dikemas dengan sudut pandang yang tepat. Misalnya, pengalaman jadi anak kos yang harus masak sendiri tiap hari bisa jadi ide untuk bahas soal ketahanan hidup, mental health, atau kemandirian. Atau, cerita waktu kamu gagal seleksi bisa berkembang jadi refleksi tentang kepemimpinan dan belajar dari kegagalan.
Topik yang lahir dari pengalaman pribadi akan cenderung terasa lebih jujur dan hidup. Selain itu, kamu juga lebih mudah mengembangkan argumen atau narasi karena kamu benar-benar mengalami hal tersebut. Ingat ya, yang bikin topikmu unik bukan kejadian luar biasanya, tapi cara kamu mengangkat dan melihat makna di baliknya.
2. Sesuaikan dengan tema dan tujuan esai
Sebelum kamu mutusin topik, pastikan dulu kamu paham konteks dan tujuan dari esai yang diminta. Kalau untuk beasiswa, biasanya mereka ingin tau tentang nilai hidup, tujuan jangka panjang, atau kontribusi sosial yang bisa kamu berikan. Kalau untuk lomba esai ilmiah, tentu yang dicari adalah solusi konkret, pendekatan kritis, dan argumen logis. Jadi jangan sampai kamu asal pilih topik keren tapi gak sesuai kebutuhan.
Misalnya, kamu mau nulis soal pentingnya journaling untuk kesehatan mental. Kalau itu buat lomba esai sains, kamu perlu cari data pendukung, referensi psikologis, dan studi ilmiah. Sebaliknya, kalau untuk esai beasiswa, kamu bisa fokus ke pengalaman pribadi dan bagaimana journaling membentuk ketahanan mentalmu. Intinya, satu topik bisa cocok di mana saja, asalkan kamu sesuaikan cara membahasnya.
3. Cari celah dari topik umum yang sudah populer
Kamu harus pahami kalau gak semua orang wajib punya topik super orisinal untuk bisa tampil beda. Kadang kamu cukup cari sudut pandang baru dari topik yang udah sering dibahas. Misalnya, topik tentang media sosial udah sering banget diangkat, tapi kamu bisa ambil pendekatan unik seperti "Bagaimana efek TikTok memengaruhi cara kamu mengelola waktu dan produktivitas.”
Dengan menggali lebih dalam, kamu bisa menemukan angle yang lebih segar dan relevan. Ini juga bisa menunjukkan bahwa kamu peka terhadap tren dan tahu cara menghubungkannya dengan pengalaman pribadi. Jadi, jangan buru-buru buang topik yang kelihatannya umum. Ubah sudut pandangnya, dan itu bisa jadi topik yang powerful.
4. Brainstorm semua ide, lalu saring
Sering kali otak jadi buntu karena kamu terlalu cepat menilai apakah suatu ide bagus atau gak. Coba ambil waktu buat brainstorming bebas, tulis semua ide yang muncul di kepala, sekecil dan seaneh apa pun itu. Bisa satu kata, pertanyaan, atau bahkan potongan momen yang keinget secara acak. Biarkan semuanya mengalir tanpa harus langsung disensor.
Nah, setelah daftarnya jadi cukup panjang, baru kamu evaluasi dan saring. Pilih ide-ide yang punya potensi dikembangkan, punya nilai personal, dan nyambung sama tujuan esainya. Proses ini bukan cuma membantu kamu menemukan topik yang kuat, tapi juga menghindari writer’s block, karena kamu punya banyak cadangan ide untuk dikembangkan.
5. Uji topikmu dengan tingkat antusiasme kamu saat menulisnya
Pahami pula bahwa topik yang baik itu bukan cuma yang menarik buat pembaca, tapi juga bikin kamu sendiri semangat menulisnya. Kalau dari awal kamu udah merasa bosan atau males ngulik topik itu, kemungkinan besar esainya bakal terasa datar dan kurang punya nyawa. Topik yang kamu pedulikan biasanya bikin proses menulis jadi lebih mengalir.
Kamu juga lebih bersemangat untuk riset, lebih jujur dalam menulis, dan lebih terhubung secara emosional dengan setiap paragraf yang kamu bangun. Dan ini penting, karena esai yang terasa hidup itu lahir dari penulis yang tulus. Jadi, jangan takut untuk eksplorasi, bereksperimen, dan bahkan salah dalam proses memilih topik, ya!
Menentukan topik esai itu memang tricky, tapi justru di situlah tantangannya. Jangan terlalu berusaha menemukan ide yang luar biasa. Kadang, hal sederhana seperti di atas justru punya kekuatan besar saat dibagi dengan cara yang jujur dan relevan.