6 Tokoh Hari Kebangkitan Nasional, Semangatnya Menginspirasi!

- Peringatan Hari Kebangkitan Nasional adalah momentum bersejarah yang menandai lahirnya semangat persatuan dan perjuangan melawan penjajahan.
- Terdapat enam tokoh penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, seperti Wahidin Sudirohusodo, Dr. Soetomo, HOS Tjokroaminoto, Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker, dan Dr. Cipto Mangunkusumo.
- Mereka memainkan peran besar dalam memperjuangkan hak-hak rakyat dan melawan penindasan kolonialisme dengan mendirikan organisasi penting dalam sejarah perjuangan nasional.
Setiap tanggal 20 Mei, Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional sebagai momentum bersejarah yang menandai lahirnya semangat persatuan dan perjuangan melawan penjajahan. Penetapan 20 Mei juga sekaligus menjadi hari dimana Boedi Oetomo didirikan, tepatnya pada 20 Mei 1908.
Di balik peringatan ini, tentu saja terdapat sejumlah tokoh penting yang memainkan peran besar dalam perjuangan kemerdekaan. Menurut sejarah, terdapat enam tokoh utama yang menjadi simbol perjuangan dan kebangkitan Indonesia, hingga menjadi cikal bakal lahirnya Hari Kebangkitan Nasional. Cari tahu di sini, yuk!
1. Dr. Wahidin Soedirohoesodo

Wahidin Sudirohusodo lahir di Desa Mlati, Sleman, Yogyakarta pada 7 Januari 1852. Ia dan kakaknya bersekolah di Sekolah Desa dan pada 1869, Wahidin melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dokter Jawa (STOVIA). Pada 1906, ia berkeliling Jawa untuk menghimpun dana beasiswa, mendirikan Studie Fonds atau Yayasan Beasiswa.
Wahidin lalu bersama teman-teman seperjuangannya mendirikan sebuah surat kabar yang diberi nama Retno Dhoemilah, yang pertama kali diterbitkan pada 1895 di Yogyakarta. Melalui surat kabar ini, ia menyampaikan pemikirannya tentang nasionalisme, pendidikan, kesetaraan, dan etika.
Setelah itu, Wahidin mendirikan organisasi Budi Oetomo, yang didirikan pada 20 Mei 1908. Salah satu tujuannya, yaitu memperbaiki sistem pendidikan dan mengembalikan kehormatan bangsa. Sebagai seorang dokter, ia bahkan memberikan layanan kesehatan secara gratis sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.
2. Dr. Soetomo

Dr. Soetomo atau Raden Soetomo lahir dengan nama Soebroto di Ngepeh, Nganjuk, Jawa Timur, pada 30 Juli 1888. Pada akhir 1907, Dr. Wahidin Soedirohoesoedono menginspirasi Soetomo dan rekan-rekannya di STOVIA untuk mendirikan organisasi yang mendorong kemajuan pendidikan dan kebudayaan bagi pemuda bumiputra.
Berjalan seiring dengan Dr. Wahidin, Soetomo turut menjadi pencetus Budi Utomo dan bahkan terpilih sebagai ketua organisasi, pada 20 Mei 1908. Organisasi ini menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan nasional dan kelahirannya kini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Tidak hanya sebagai seorang dokter dan pendidik, Soetomo juga aktif di bidang jurnalisme hingga sempat menjadi pemimpin di beberapa surat kabar. Soetomo juga mendirikan organisasi tempat berkumpulnya orang terpelajar Indonesia bernama Indonesische Studie Club (ISC). ISC pun berhasil mendirikan koperasi, bank kredit, dan juga sekolah tenun.
3. HOS Tjokroaminoto

Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto merupakan tokoh besar dari Ponorogo, lahir pada 16 Agustus 1882. Ia adalah cucu dari RM Adipati Tjokronegoro yang pernah menjadi bupati Ponorogo dan pendiri Sarekat Islam.
HOS Tjokroaminoto dikenal masyarakat sebagai orang yang cakap dalam berpidato. Melalui pidato yang diberikan, masyarakat yang mendengarkan akan terbakar semangat patriotisme pemuda Indonesia. Melalui organisasi sosial-ekonomi dan Islam atau Sarekat Islam, HOS Tjokroaminoto memperjuangkan hak-hak rakyat dan melawan penindasan kolonialisme.
4. Ki Hajar Dewantara/Soewardi Soerjaningrat

Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir pada 2 Mei 1889. Dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, putra keluarga bangsawan Pakualaman ini mendapat pendidikan di ELS dan STOVIA sebelum terjun ke dunia jurnalistik.
Tulisannya yang kritis terhadap penjajah membuatnya diasingkan ke Belanda bersama Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, menjadi Tiga Serangkai. Meski berasal dari keluarga priyayi, Ki Hajar Dewantara bersahaja dan dekat dengan rakyat.
Perlawanan mereka yang gigih terhadap penjajah membuat mereka diasingkan ke Belanda. Namun, semangat Ki Hajar Dewantara tak pernah padam. Sekembali ke tanah air, ia mendirikan Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter dan budi pekerti bangsa.
5. Douwes Dekker atau Setiabudi

Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi lahir di Pasuruan pada 7 Oktober 1879. Meski berdarah campuran Indonesia-Belanda, Ernest Francois Eugene (E.F.E Douwes Dekker) tidak suka melihat ketimpangan antara pribumi dan orang Belanda di Indonesia.
Douwes Dekker sendiri pernah menjadi reporter di De Locomotief dan kemudian bergabung dengan Soerabaiasch Handelsblad serta Bataviaasch Nieuwsblad. Ia mendirikan majalah Tijdschrift yang kemudian berganti nama menjadi De Express, di mana ia sering menulis pro-kaum Indo dan pribumi serta kontra terhadap kolonialis.
Bersama Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat, ia mendirikan Indische Partij. Indische Partij merupakan partai politik Hindia-Belanda pertama di Indonesia yang menentang keras praktik kolonialisme.
6. Dr. Cipto Mangunkusumo

Dikenal sebagai "Dokter Rakyat," Dr. Cipto Mangunkusumo lahir pada 4 Maret 1886 di Jepara. Ia dikenal karena prestasinya dalam bidang kedokteran dan perjuangan politik untuk kemerdekaan Indonesia.
Namun karena sering menyaksikan ketidakadilan, ia kerap mengkritik pemerintah Belanda melalui surat kabar seperti Bataviaasch Nieuwsblad dan De Locomotief. Lantaran keberatan tersebut, pemerintah Belanda akhirnya memberhentikan Dr. Cipto Mangunkusumo dari jabatannya sebagai dokter pemerintah.
Sebagai lulusan STOVIA, Tjipto Mangoenkoesoemo berhasil membasmi penyakit pes di Malang, yang membuatnya mendapatkan penghargaan dari Belanda. Namun, ia menolak penghargaan tersebut karena prinsipnya. Aktif dalam Indische Partij, ia juga memberikan pemikiran penting bagi generasi muda.
Mengenang jasa keenam tokoh penting dalam Hari Kebangkitan Nasional menjadi pengingat akan semangat perjuangan, pendidikan, dan persatuan yang mereka wariskan. Nilai-nilai perjuangan tokoh ini tetap relevan hingga kini untuk membangun bangsa. Semangat Hari Kebangkitan Nasional!