Peserta Didik Tidak Kritis? Begini 5 Cara untuk Melatihnya!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tahukah kamu? Kritis adalah salah satu tanda kita antusias dan ingin tahu banyak mengenai sesuatu. Dalam proses belajar, sikap kritis itu sangat diperlukan sebagai sinyal ketertarikan untuk mempelajari materi lebih dalam. Semakin banyak yang diketahui, maka wawasan pun akan bertambah dan memunculkan kreativitas lain dari diri kita.
Kemungkinan besar, kita sudah sangat sulit menemukan pelajar dari level dasar hingga menengah atas yang kritis secara alamiah saat menjalani proses belajar di sekolah atau kampus.
Tentu, banyak sekali faktor yang memengaruhi keadaan tersebut. Namun, terpenting adalah para guru bisa memantik anak didiknya untuk berpikir kritis.
Bagaimana caranya? Yuk, simak ulasan berikut!
1. Merumuskan pertanyaan
Kritis sudah pasti identik dengan kemampuan bertanya. Mengapa? Sebab, bertanya merupakan sinyal rasa ingin tahu dan mengungkap hal yang dianggap masih misteri. Bertanya juga menandakan kita untuk meragukan segala hal yang belum terbukti kebenarannya.
Teruslah memotivasi siswa dengan mendorongnya untuk menciptakan pertanyaan. Terlepas dari pertanyaan itu berbobot atau tidak, bukanlah problem. Mulailah dari pertanyaan dasar dan simpel.
2. Mengumpulkan informasi terkait pertanyaan
Setelah memunculkan pertanyaan, arahkan siswa untuk mencari segala informasi yang terkait dengan pertanyaan. Rumuskan kata kunci yang diduga punya kaitan dengan inti pertanyaan yang telah siswa ajukan.
Sumber referensi sangat banyak. Internet, media sosial, buku, jurnal, artikel dan sejenisnya adalah contoh acuan yang sangat baik digunakan untuk mencari jawaban atas pertanyaan kritis siswa.
Baca Juga: 5 Kekurangan Belajar Secara Autodidak yang Perlu Kamu Ketahui
Editor’s picks
3. Terapkan informasi yang telah didapatkan
Nah, setelah mencari informasi yang telah terkait, mintalah peserta didik untuk menerapkannya dalam menjawab pertanyaan. Pastikan bahwa informasi tersebut menjawab ketepatan konsep, kebenaran asumsi, kecocokan interpretasi dan terdengar logis.
Jika poin-poin tersebut dapat terjawab, maka siswa sudah menemukan jawaban yang dicarinya saat ini. Namun, bukan berarti level kritis akan berhenti di di sana. Ada pertanyaan lanjutan yang harus bisa terjawab.
4. Pertimbangkan implikasinya
Pertanyaan lanjutan yang dimaksud sebelumnya adalah dampak dari temuan yang menjawab pertanyaan. Maka, penting bagi kita untuk memikirkan dampak serta konsekuensi yang akan muncul di masa depan.
Mungkin saja, gagasan dari pikiran kritis siswa sangat bagus dan keren. Akan tetapi, pendidik perlu mempertimbangkan ketahanan atau dampak dari ide kreatif. Sebab, bisa saja potensi masalah justru muncul di masa depan.
5. Galilah kembali dari sudut pandang atau perspektif yang lain
Sesuatu yang kita temukan tidak cukup untuk menjawab pertanyaan secara kompleks. Biasakanlah untuk mencari jawaban dari sudut pandang orang lain. Pemikiran, latar belakang, pengalaman dan perspektif yang berbeda pada setiap orang akan memperkaya kesimpulanmu.
Nah, mintalah siswa untuk mencari sudut pandang lain atas pertanyaan yang diajukannya dan informasi yang telah didapatkannya. Dengan begitu, wawasan dan perspektifnya semakin luas.
Nah, itulah tahapan yang bisa diterapkan pengajar untuk membangun pikiran kritis bagi siswa-siswa yang sedang kamu ajari. Selamat mencoba!
Baca Juga: 6 Tips Pendidikan Karakter Sederhana dari Sekolah di Jepang
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.