Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak dan orangtua di tempat tidur
ilustrasi anak dan orangtua di tempat tidur (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Intinya sih...

  • Anak sering menjawab "gak tahu" bisa jadi sinyal penting tentang bagaimana mereka berkomunikasi dan menyembunyikan sesuatu.

  • Ubah cara bertanya dengan pertanyaan yang lebih spesifik dan ringan, beri waktu anak untuk berpikir dulu, dan bangun kepercayaan tanpa interogasi.

  • Gunakan cerita atau imajinasi, tunjukkan contoh dengan cerita diri sendiri, dan hadapi anak dengan kesabaran, konsistensi, dan kreativitas dalam membuka obrolan yang nyaman.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Anak-anak memang punya cara sendiri dalam merespons pertanyaan, kadang dengan jawaban yang gak masuk akal. Namun, pernah gak kamu merasa kesal karena setiap kali nanya, jawaban mereka cuma “gak tahu”. Meski terlihat sepele, respons seperti ini bisa jadi sinyal penting tentang bagaimana mereka berkomunikasi, memahami diri sendiri, atau bahkan sedang menyembunyikan sesuatu.

Kebiasaan menjawab "gak tahu" bisa disebabkan oleh banyak hal. Misalnya, belum bisa mengekspresikan emosi, takut dimarahi, bingung memilih kata, atau sekadar ingin kabur dari dari obrolan. Kalau dibiarkan terus, hal ini bisa bikin komunikasi jadi buntu, dan anak makin tertutup. Berikut lima cara yang bisa dicoba buat bantu anak kurangi jawaban “gak tahu”!

1. Ubah cara bertanya

ilustrasi anak dan orangtua (pexels.com/Kampus Production)

Kadang masalahnya bukan di anak, tapi di cara kamu bertanya. Pertanyaan yang terlalu luas atau terasa mengintimidasi justru bikin anak bingung atau takut salah. Misalnya, pertanyaan kayak “Kenapa kamu begini?” atau “Kamu mikir apa sih?” bisa terdengar menghakimi, walau niat sebenarnya gak begitu.

Nah, coba ubah jadi pertanyaan yang lebih spesifik dan ringan. Contohnya kayak “Kamu lebih suka pelajaran hari ini atau kemarin?” atau “Tadi main sama siapa aja, seru gak?” Pertanyaan terbuka yang gak mengarah ke jawaban benar atau salah bikin anak merasa aman dan lebih mudah untuk mulai bercerita.

2. Beri waktu anak untuk berpikir dulu

ilustrasi orangtua dan anak di taman (pexels.com/rdne)

Anak-anak, terutama yang masih kecil, kadang butuh waktu lebih lama buat memahami perasaan atau mengingat kejadian. Saat ditanya, otak mereka belum tentu langsung siap kasih jawaban yang benar. Jadi, ketika mereka bilang “gak tahu,” itu bisa karena mereka belum nemu cara menjelaskannya.

Tipsnya, kamu bisa kasih jeda dengan bilang, “Oke, gak apa-apa kalau belum tahu sekarang. Nanti kalau kamu udah kepikiran, cerita ya!”. Nah, kalimat ini menunjukkan bahwa kamu gak maksa, tapi tetap membuka ruang dialog yang bikin anak merasa aman dan nyaman.

3. Bangun kepercayaan, bukan interogasi

ilustrasi orangtua dan anak di meja makan (pexels.com/Julia M Cameron)

Anak yang sering menjawab “gak tahu” juga bisa jadi karena takut dihakimi atau dimarahi. Mereka belajar dari pengalaman, dan kalau sebelumnya setiap pertanyaan berakhir dengan omelan, gak heran kalau mereka lebih milih diam atau ngejawab asal aja. Jadi, penting untuk menciptakan suasana ngobrol yang rileks dan tanpa tekanan.

Caranya bisa dimulai dari obrolan ringan sebelum tidur, saat main bareng, atau sambil makan malam. Di momen-momen seperti ini, anak biasanya lebih santai dan terbuka. Kalau mereka tahu bahwa kamu akan mendengarkan tanpa langsung menghakimi, mereka bakal lebih percaya untuk berbagi cerita.

4. Gunakan cerita atau imajinasi

ilustrasi orangtua dan anak kecil (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Kalau anak masih terlalu kecil atau kesulitan menjelaskan perasaannya, kamu bisa pakai pendekatan lewat cerita atau permainan. Misalnya tanyakan, “Kalau kamu jadi tokoh utama di kartun favoritmu, kira-kira hari ini dia sedih atau senang, ya?” Atau gunakan boneka atau karakter mainan buat seolah-olah mereka bercerita tentang apa yang terjadi.

Teknik ini bisa jadi jembatan buat anak mengekspresikan perasaan yang sebenarnya, tanpa merasa langsung dihakimi. Dengan memainkan peran, mereka bisa sekalian belajar mengidentifikasi emosi dan menyampaikannya secara tak langsung dulu, sebelum bisa mengutarakannya dalam kata-katanya sendiri.

5. Tunjukkan contoh dengan cerita diri sendiri

ilustrasi orangtua dan anak balita (pexels.com/cottonbro studio)

Anak-anak belajar dengan cepat dari melihat dan meniru. Kalau kamu ingin mereka terbuka, kamu juga harus berani terbuka lebih dulu. Ceritakan pengalaman kamu di hari itu, bagaimana perasaanmu saat kerjaan menumpuk, atau betapa kamu senang waktu dapat kabar baik.

Lalu gantian tanya “Kalau kamu, hari ini ada hal yang bikin senang gak?”. Dengan begitu, kamu udah kasih contoh kalau berbagi perasaan itu hal yang wajar. Anak akan lebih mudah mengikuti alurnya, apalagi kalau mereka merasa kamu juga bersedia mendengar cerita mereka tanpa reaksi berlebihan.

Menghadapi anak yang keseringan bilang “gak tahu” butuh trik khusus. Ini juga bisa jadi sinyal penting buat mengevaluasi pola komunikasi sehari-hari. Kuncinya sabar, konsisten, dan kreatif dalam membuka obrolan yang nyaman, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team