5 Cara Menumbuhkan Kecerdasan Adversity Quotient pada Anak

Anak-anak akan menghadapi berbagai tantangan, baik di sekolah, lingkungan sosial, maupun dalam kehidupan pribadi mereka. Jika tidak memiliki ketahanan dalam menghadapi kesulitan, mereka bisa merasa mudah menyerah, cemas, atau bahkan kehilangan motivasi. Di sinilah pentingnya Adversity Quotient (AQ), atau kecerdasan menghadapi kesulitan.
Konsep AQ pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Paul Stoltz pada akhir tahun 1990-an. AQ mengukur bagaimana seseorang menanggapi dan mengatasi rintangan dalam hidup. Sederhananya, AQ adalah kemampuan anak untuk bangkit ketika menghadapi kegagalan dan terus maju meskipun menghadapi kesulitan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ann S. Masten (2014), ketahanan adalah faktor kunci yang memengaruhi keberhasilan akademik dan sosial anak. Anak dengan AQ tinggi lebih mampu menghadapi tekanan akademik, beradaptasi dengan perubahan, dan mengembangkan solusi ketika menghadapi masalah.
Sebagai orangtua, tentunya memiliki peran penting dalam menumbuhkan kecerdasan Adversity Quotient ini. Berikut adalah cara yang bisa diterapkan untuk membantu anak tumbuh lebih tangguh dan tidak mudah menyerah.
1. Mendorong pola pikir berkembang (growth mindset)
Psikolog Carol Dweck menekankan bahwa anak yang memiliki growth mindset atau pola pikir berkembang percaya bahwa kemampuan mereka bisa ditingkatkan melalui usaha dan belajar dari kesalahan. Dengan kata lain, mereka tidak melihat kegagalan sebagai akhir dari segalanya, melainkan sebagai peluang untuk bertumbuh. Bagaimana cara menanamkan pola pikir berkembang pada anak?
- Pujilah usaha, bukan hasil. Daripada berkata, "Kamu memang pintar dalam matematika," cobalah mengatakan, "Ibu atau ayah melihat kamu berusaha keras memahami soal ini, bagus sekali!"
- Ajak anak untuk melihat tantangan sebagai kesempatan belajar. Jika mereka gagal, tanyakan, "Apa yang bisa kita pelajari dari kesalahan ini?"
- Bagikan cerita tentang tokoh sukses yang pernah mengalami kegagalan sebelum akhirnya berhasil, seperti Thomas Edison yang gagal ribuan kali sebelum menemukan bola lampu.
Dengan menanamkan pola pikir berkembang, anak akan belajar untuk tidak takut gagal dan terus berusaha mengembangkan dirinya.