5 Hal yang Membuat Anak Merasa Kecewa, Jarang Disadari Orangtua

- Tuntutan orangtua bisa menjadi tekanan besar bagi anak, mempengaruhi pola pikir dan perilaku mereka di masa depan.
- Janji yang tidak dipenuhi oleh orangtua dapat membuat anak merasa kecewa dan kehilangan kepercayaan pada mereka.
- Perlakuan kurang adil dari teman, guru, atau keluarga dapat menyebabkan perasaan kecewa yang dalam pada anak.
Proses tumbuh kembang anak yang setiap harinya mengalami perubahan tak jarang anak akan menghadapi berbagai macam emosi, salah satunya adalah kekecewaan. Rasa kecewa bisa muncul dari banyak kondisi, mungkin dari faktor keluarga atau teman. Rasa kecewa bagi mereka bukan sekadar perasaan biasa, melainkan sebuah rasa yang bisa membentuk pola pikir dan perilaku mereka di masa depan.
Perlu untuk mencari tahu tentang apa saja yang sekiranya membuat hati kecil mereka terasa terpukul. Lantas sikap apa yang perlu kamu lakukan agar membantu mereka mengatasi kekecewaan ini dengan lebih bijak. Seperti apa langkah yang perlu di ambil, simak ulasan berikut!
1. Janji yang belum terpenuhi

Pernah gak kamu ngalamin hal ini? Sudah janji sama anak akan sesuatu hal namun kamu belum bisa mewujudkannya, entah lupa atau memang belum bisa. Anak-anak biasanya sering mengharapkan sesuatu yang sudah dijanjikan oleh orang dewasa, seperti janji untuk mengajak mereka liburan atau membelikan mainan baru.
Terkadang orangtua menganggap janji yang diberikan kepada anak merupakan hal sepele. Namun tahukah kamu kalau hal ini sangat berdampak buat si anak, lho! Ketika janji-janji tersebut tidak dipenuhi, anak akan merasa kecewa dan kehilangan kepercayaan pada orangtua.
2. Gagal mendapatkan prestasi

- Tuntutan orangtua yang ingin anaknya pintar atau mendapat juara kelas bisa menjadi tekanan untuk anak. Mungkin orangtua juga gak sadar tentang hal ini, namun tetap berdampak besar bagi anak. Mindset anak akan secara otomatis terbentuk untuk menjadi pribadi yang harus berhasil.
Ketika mereka gagal mendapatkan nilai yang diharapkan, perasaan kecewa dan frustasi pasti akan muncul. Tentu ini bisa merusak rasa percaya diri mereka dan membuat si anak merasa paling gagal. Jadi, sebagai orangtua harus hati-hati dalam berucap, tetap kasih motivasi yang membangun apapun hasil yang diberikan anak.
3. Perlakuan yang kurang adil

Anak-anak memang sangat peka dan cenderung sensitif terhadap tindakan keadilan. Ketika mereka merasa bahwa mereka dapat perlakuan yang mungkin kurang adil oleh teman, guru sekolah bahkan keluarga sendiri bisa menyebabkan perasaan kecewa yang sangat dalam.
Mungkin anak merasa diabaikan, diremehkan, bahkan perasaan diintimidasi, yang bisa menggangu emosional anak yang memang belum stabil. Orangtua memang harus lebih peka terhadap perasaan yang sedang dirasakan anak.
4. Tidak bisa ikut dalam kegiatan yang diinginkan

Setiap anak pasti punya minat dan hobi yang berbeda-beda. Ketika mereka tidak bisa ikut dalam kegiatan yang mereka sukai, entah karena keterbatasan waktu atau mungkin biaya itu bisa membuat anak merasa sangat kecewa. Mungkin kegiatan tersebut sudah sejak lama ditunggu.
Misalnya, jika anak tidak bisa ikut bergabung dengan tim olahraga favoritnya atau masuk kelas seni yang diinginkan bisa menyebabkan adanya perasaan kecewa. Sebaiknya orangtua tetap memberikan dukungan terhadap minat dan bakat yang anak punya. Seandainya ada faktor yang memang anak tidak boleh ikut jelaskan dengan bahasa yang baik agar dimengerti oleh anak.
5. Punya konflik baik itu dengan teman maupun keluarga

Hubungan sosial juga merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan anak. Ketika mereka punya perselisihan paham dengan teman atau anggota keluarga bisa menyebabkan perasaan kecewa itu muncul.
Mungkin saja mereka merasa diabaikan atau lingkungan sekitar kurang bisa memahaminya, sehingga menyebabkan rasa kesepian dan kecewa. Tetap pahami apa yang menyebabkan perasaan kecewa pada anak itu muncul.
Ketika anak sudah merasa kecewa, sikap yang harus dilakukan oleh orang di sekitar mereka adalh mendengarkan dan tetap memberikan dukungan. Ajak anak untuk berdiskusi tentang perasaan yang mereka rasakan dan bantu untuk menemukan cara mengatasi kekecewaan tesebut. Jangan lupa untuk terus memberikan dorongan positif agar anak bisa mengatur rasa kecewa yang dialami tidak semakin berlarut. Anak juga butuh support yang membangun, lho!