5 Tanda Kamu Bukan Sosok Role Model yang Baik untuk Anak, Kok Bisa?

Tanda pertama adalah sikapnya dalam menunjukkan rasa tidak suka pada anak. Perselisihan atau perbedaan pendapat antara orangtua dan anak merupakan hal yang wajar. Terpenting bagaimana cara menyampaikannya, sehingga tidak sampai berujung konflik.

Sayangnya kadang kala ada saja orangtua yang terkesan gemar memprotes apa pun pada anak. Dampaknya anak akan terus merasa dipojokkan dan tidak diapresiasi secara penuh oleh orangtua. Tentunya hal ini akan membuat anak merasa tak nyaman berada di sekitar orangtuanya.

Orangtua yang baik tentunya paham bagaimana cara memperlakukan anak dengan baik dan tepat. Meski terkadang tantangannya juga tidaklah selalu mudah, apalagi dengan perbedaan karakter yang mungkin ada di antara orangtua dan anak.

Sering kali banyak orangtua yang memperlakukan anak dengan cara yang sebetulnya kurang ramah. Belum lagi dengan sikap apatis dan cuek yang seolah menyebabkan ketidaknyamanan tersendiri bagi anak.

Komunikasi sebetulnya menjadi kunci utama yang membuat hubungan antara orangtua dan anak berlangsung dengan baik. Melalui komunikasi inilah segala urusan akan berjalan kooperatif tanpa ada masalah atau hambatan berarti.

Nyatanya tetap saja ada orangtua dengan tipikal kurang kooperatif dalam berbagai urusan. Dampaknya bukan hanya akan menyebabkan konflik, namun memberikan ketidaknyamanan tersendiri. Padahal sikap kooperatif juga akan mendukung kekompakan antara orangtua dan anak.

Cara orangtua dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya memang berbeda. Ada orangtua yang terkesan lembut, namun tak sedikit pula yang tegas hingga kasar. Sebetulnya hal inilah yang mungkin akan menunjukkan apakah orangtua tersebut memang layak dijadikan sosok role model atau pun tidak.

Orangtua dengan role model yang kurang baik tentunya akan cenderung rentan melakukan tindak kekerasan pada anak. Kekerasan ini sebetulnya bukan hanya terbatas pada urusan fisik semata, melainkan juga bisa berupa verbal.

Orangtua dengan karakter egois dan keras kepala rasanya sangat umum dijumpai. Hal ini sering kali menyebabkan kerenggangan hubungan antara orangtua dan anak. Alasannya karena karakter yang seperti ini tak hanya ditunjukkan orangtua saat anak masih kecil, bahkan terus berlangsung hingga anak dewasa.

Nyatanya anak akan merasa tidak nyaman dengan orangtua yang egois dan keras kepala. Proses komunikasi yang terjalin pun rasanya akan sulit berkembang dengan baik. Tentunya ini menjadi satu hal yang disayangkan, apalagi mengingat orangtua merupakan sosok role model bagi anak-anaknya.

Orangtua memang seolah memegang peran penting untuk menunjukkan sikap yang positif pada anak-anaknya. Menjadi role model yang baik juga menjadi tanggung jawab utama yang harus ditunjukkan oleh orangtua. Jangan sampai menjadi role model yang buruk bagi anak, ya!