ilustrasi anak tidur (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
Salah satu alasan anak menolak tidur siang adalah karena mereka ingin merasa “berkuasa” atas keputusan sendiri. Memberi pilihan sederhana bisa jadi trik cerdas untuk mengurangi penolakan ini. Misalnya, kamu bisa bertanya, “Kamu mau tidur pakai selimut dinosaurus atau yang warna biru hari ini?” atau “Mau Mama bacain cerita yang mana dulu sebelum tidur?”. Pilihan yang kamu berikan tetap dalam batas yang kamu kendalikan, tapi anak merasa ikut menentukan.
Cara ini gak hanya menghindarkan drama, tapi juga melatih anak mengambil keputusan. Anak usia 1–4 tahun sedang dalam fase ingin mandiri, jadi trik psikologis seperti ini sangat efektif. Jangan berikan terlalu banyak pilihan agar anak gak bingung, cukup dua atau tiga opsi. Ketika anak merasa dihargai dan dilibatkan, ia akan lebih kooperatif untuk melakukan hal yang diminta, termasuk tidur siang.
Tidur siang memang penting, tapi gak harus selalu diwarnai drama tangisan. Dengan pendekatan yang konsisten, kreatif, dan penuh kelembutan, kamu bisa mengajak anak tidur siang tanpa harus berteriak atau memaksa. Kuncinya ada pada suasana, rutinitas, dan komunikasi yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Anak butuh merasa nyaman dan punya sedikit kendali dalam prosesnya.
Setiap anak berbeda, jadi butuh waktu dan eksperimen untuk tahu mana trik yang paling cocok. Tapi selama kamu tetap sabar dan konsisten, tidur siang bisa jadi momen yang dinantikan, bukan dihindari. Ingat, bukan soal cepat atau lambatnya anak tidur, tapi bagaimana proses itu membentuk hubungan emosional yang hangat antara anak dan orang tua. Selamat mencoba ya, parents!