Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi murid perempuan (pexels.com/Tuan PM)
ilustrasi murid perempuan (pexels.com/Tuan PM)

Semua orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik buat anak. Apalagi terkait pendidikan yang hasilnya akan sangat memengaruhi masa depan anak. Sudah semestinya kamu bersikap selektif, survei beberapa sekolah biar tahu gambatan proses belajar dan mengajarnya, serta mempertimbangkan kualitas pengajar serta lulusannya.

Akan tetapi, harus diakui bahwa biaya pendidikan anak tidak murah. Khususnya untuk sekolah swasta. Ada banyak sekolah swasta yang dapat dipilih serta masing-masing punya perincian biaya yang perlu dibayarkan oleh orangtua murid. Biasanya makin mahal biayanya, makin lengkap pula fasilitasnya. 

Namun, bagaimana jika kamu dan pasangan tidak bisa mendaftarkan anak di sekolah tersebut? Walaupun hati kalian sangat tertarik, dananya gak siap. Bahkan mungkin kalian hanya punya kurang dari separuh total biayanya. Daripada memaksakan diri tentu lebih bijak mendaftarkan anak ke sekolah lain yang sesuai dengan kemampuan finansial kalian. Tak usah merasa rendah diri karena enam alasan berikut.

1. Ingat tujuan utama mencari ilmu, bukan mendongkrak gengsi

ilustrasi belajar (pexels.com/Werner Pfennig)

Rasa malu karena gak bisa mendaftarkan anak di sekolah yang lebih mahal sering kali timbul karena gengsi. Mungkin kamu melihat teman-teman atau para tetanggamu menyekolahkan anaknya di sekolah mahal. Begitu pula saudaramu yang sudah memiliki anak usia sekolah. Ini membuatmu merasa kalah apabila memasukkan anak ke sekolah yang lebih murah.

Dirimu malah kehilangan fokus pada tujuan aslinya yaitu memberikan pendidikan pada anak sebagai bekal masa depannya. Perhatianmu lebih tercurah pada gengsi ke teman, tetangga, atau saudara. Ayo, luruskan niatmu dalam menyekolahkan anak. Baik di sekolah mahal maupun yang lebih murah, anak sama-sama bisa belajar.

Jangan memandang remeh pada kualitas guru-guru di sekolah berbiaya lebih terjangkau. Selain mereka juga berpengalaman mendidik siswa, semuanya pasti punya latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Walaupun fasilitas sekolah lebih terbatas dibandingkan sekolah yang biayanya berlipat-lipat, proses belajar dan mengajar tetap terjadi setiap hari di sekolah.

2. Di luar sekolah masih bisa kasih fasilitas belajar untuk anak

ilustrasi belajar (pexels.com/SAULO LEITE)

Kamu dan pasangan mungkin memang tak dapat membiayai anak untuk belajar di sekolah yang lebih mahal. Namun, dengan sisa dana setelah dipakai buat membayar sekolahnya dirimu malah bisa memenuhi fasilitas anak untuk belajar di rumah. Misalnya, buat beli gadget yang sesuai dengan kebutuhan tugas-tugasnya.

Juga secara rutin membelikan buku pelajaran maupun bacaan untuk anak. Kalian pun masih dapat mendatangkan guru les ke rumah. Bahkan dirimu serta pasangan mampu mengikutkan anak ke les non-pelajaran seperti renang, karate, dan sebagainya. Apabila tabungan dihabiskan untuk mendaftarkannya di sekolah termahal, nanti kalian malah kesulitan memberinya fasilitas belajar di rumah.

Meski di sekolah ia juga sudah belajar, rumah perlu dikondisikan untuk menambah semangat anak dalam menuntut ilmu. Memang perlu cukup banyak uang buat mendukung pendidikan anak. Kalian perlu berhitung ulang sebelum memilih sekolah yang tepat untuknya. Biaya di luar yang sudah dibayarkan ke sekolah pasti tetap ada sehingga mesti disiapkan pula.

3. Jangan ukur kasih sayang dengan mahal atau murahnya sekolah

ilustrasi mendampingi anak belajar (pexels.com/Gustavo Fring)

Hanya karena kamu dan pasangan tidak dapat memasukkan anak ke sekolah termahal di kotamu, tak berarti kasih sayang kalian padanya kurang. Kasih sayang orangtua pada anak jangan dinilai secara dangkal dengan sebatas uang yang dikeluarkan untuk pendidikannya. Mampu membiayai anak di sekolah favorit tentu baik dan impian banyak orangtua.

Namun, kasih sayangmu serta pasangan padanya tidak sebatas itu. Kalian memprioritaskan pendidikannya sesuai kemampuan finansial, bersikap baik pada anak, serta gak mengharapkan balasan apa pun darinya di kemudian hari sudah menjadi bentuk kasih sayang. Jangan pula kamu terintimidasi bila ada komentar miring atas pilihanmu. 

Misalnya, ada orang julid yang mengatakan kamu tega sekali menyekolahkan anak di sekolah yang murah. Dirimu serta pasangan lebih tahu tentang kondisi finansial kalian. Meski menurut orang tersebut kalian seharusnya mampu membayar lebih mahal, dia gak tahu kebutuhan lain dalam rumah tanggamu. Anak yang baru akan bersekolah juga tak ambil pusing dengan pilihan sekolahnya. Ia memercayakan soal itu pada kalian.

4. Bisa fokus menabung untuk biaya pendidikan anak selanjutnya

ilustrasi di sekolah (pexels.com/MART PRODUCTION)

Masa menyekolahkan anak amat panjang. Dari anak masuk ke PAUD sampai lulus kuliah S1 makan waktu sekitar 20 tahun. Belum lagi apabila anak kelak ingin menjadi dokter. Biaya pendidikannya besar dan butuh waktu lebih lama daripada jurusan lain. Sekalipun sekarang kamu dapat mendaftarkan anak ke sekolah yang lebih mahal, bijaklah untuk tidak menghabiskan uangmu.

Tidak ada yang tahu kendala apa saja yang akan terjadi di masa depan. Jangan sampai ketika sesuatu yang buruk terjadi dan memengaruhi pendapatanmu serta pasangan, kalian sama sekali gak ada uang buat lanjut membiayai pendidikan anak. Dana darurat tidak cukup jika digunakan juga untuk membiayai anak lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Perhitungan dana daruratmu mungkin hanya 3 hingga 6 kali pengeluaran rutin. Artinya, biaya pendidikan anak yang masuk di dalamnya cuma iuran bulanan sekolahnya saat ini. Bila sesuatu yang buruk terjadi bertepatan dengan anak harus masuk SMP misalnya, mau tak mau kalian harus menjual aset. Itu pun hanya jika kalian telah memilikinya. Tidak bijak memilih sekolah untuk anak justru dapat menghambat pendidikannya di tengah jalan.

5. Yang terpenting adalah orangtua mampu dan anak nyaman

ilustrasi belajar (pexels.com/RDNE Stock project)

Kamu dan pasangan bertugas membiayai pendidikan anak. Sementara itu, anak yang menjalani hari-harinya di sekolah. Maka paling penting ialah mendasarkan keputusan tentang sekolahnya pada dua hal ini. Kalau kalian gak mampu membiayai pendidikannya di sekolah mahal, jelas anak tidak bisa belajar di sana. 

Anak juga hampir tidak mungkin mendapatkan beasiswa di awal masa pendidikannya karena keluargamu tidak termasuk dalam kategori miskin. Maka membiayai pendidikan anak di sekolah yang sesuai dengan kemampuan finansial orangtua menjadi fondasi pertama. Hal penting berikutnya adalah kenyamanan anak.

Belum tentu anak bisa nyaman belajar di sekolah yang jauh lebih mahal. Boleh jadi sekolah yang lebih murah justru disenangi anak. Daftarkan saja anak ke sekolah tersebut dan lihat kemampuannya beradaptasi dengan teman, guru, serta proses belajarnya. Jika secara pembiayaan gak ada masalah dan anak bisa mengikuti pelajarannya dengan baik serta bergaul, sesungguhnya tidak ada persoalan apa-apa.

6. Orangtua yang menyekolahkan anaknya di situ tidak hanya kamu

ilustrasi murid-murid (pexels.com/Ron Lach)

Pada siapa dan apa yang sebenarnya membuatmu malu? Apakah kamu malu pada diri sendiri karena merasa gagal sebagai orangtua? Ataukah dirimu merasa malu pada anak karena membuatnya gak bisa masuk ke sekolah mahal seperti teman-teman mainnya? Apakah kamu malu pada orang-orang dewasa di circle-mu yang menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah bergengsi?

Buka mata lebar-lebar agar kamu tidak larut dalam perasaan malu yang menyesatkan. Lihat kembali total murid yang menimba ilmu di sekolah yang biayanya lebih terjangkau. Jumlahnya mencapai ratusan siswa. Sebanyak itu pula orangtua yang mengambil keputusan sama denganmu apa pun dasar pemikirannya.

Mungkin ada orangtua yang memilih sekolah tersebut karena lebih dekat dengan rumah. Ada juga orangtua yang berpendapat walau biayanya murah, siswa-siswanya terkenal berprestasi. Tentu tak sedikit pula wali murid yang tertarik oleh biaya miring yang ditawarkannya. Kamu gak sendirian memilih sekolah tersebut.

Apakah ratusan orangtua itu layak disebut gagal? Jelas tidak, sebab kalian semua tengah bersama-sama membangun masa depan buat anak. Usaha kalian telah semaksimal mungkin dalam menyekolahkannya. Tinggal iringi dengan doa serta pendampingan ketika anak belajar di rumah agar hasilnya maksimal.

Menyekolahkan anak merupakan kewajiban orangtua. Akan tetapi, tidak harus di sekolah yang paling mahal. Kalau ada pilihan sekolah yang lebih terjangkau, mengapa tidak? Gak usah ragu dan malu bila pun di circle-mu hanya kamu yang menyekolahkan anak di luar sekolah mahal pilihan teman-teman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team