Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Cara Keliru Orangtua Hadapi Anak yang Sedang di Fase Terrible Two

ilustrasi orang tua dan anak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Fase terrible two bisa dibilang sebagai waktu yang cukup sulit bagi banyak orangtua. Ini adalah periode di mana anak-anak mulai mengembangkan kemandirian dan keinginan mereka dan sering kali menunjukkan perilaku yang sulit diatasi. Anak yang semula manis dan penurut, bisa tiba-tiba berubah menjadi si kecil yang gampang ngotot dan terlihat memberontak.

Meskipun orangtua berusaha melakukan yang terbaik untuk menghadapi tantangan ini, sering kali ada beberapa kesalahan yang umum terjadi. Biasanya, enam cara keliru berikut masih sering dilakukan oleh orangtua saat menghadapi anak yang sedang di fase terrible two. Hindari ya!

1. Terlalu banyak marah dan mengancam dengan hukuman

ilustrasi orang tua dan anak (pexels.com/Jep Gambardella)

Salah satu kesalahan umum yang sering dilakukan oleh orangtua adalah terlalu sering marah dan mengancam berbagai hukuman pada anak mereka selama fase terrible two. Tantrum dan perilaku yang menantang mungkin membuat orangtua frustrasi, tetapi mengancam hukuman atau teriakan hanya akan memperburuk situasi, lho.

Anak mungkin jadi lebih cenderung merasa takut atau cemas karena kemarahan dan ancaman tersebut. Mereka justru jadi gak memahami apa yang seharusnya mereka pelajari dari pengalaman tersebut.

Sebagai gantinya, cobalah untuk tetap tenang dan berbicara dengan anak dengan lembut. Cobalah untuk memahami apa yang mungkin menyebabkan perilaku mereka dan ajak mereka untuk berbicara tentang perasaan itu. Ini bisa membantu menciptakan hubungan yang lebih positif dan memungkinkan anak untuk belajar bagaimana mengatasi emosi mereka dengan lebih baik.

2. Gak konsisten dalam pemberian batasan

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/PNW Production)

Konsistensi sangat penting ketika menghadapi anak yang sedang berada di fase terrible two. Sayangnya, beberapa orangtua gak konsisten dalam memberikan batasan. Ini justru bikin anak kebingungan dan malah meningkatkan perilaku memberontaknya. Misalnya, jika orangtua mengizinkan anak melakukan sesuatu hari ini tetapi melarangnya besok dalam situasi yang sama, ini akan menciptakan kebingungan.

Orangtua harus berkomitmen untuk memberikan peraturan yang konsisten dan memberlakukannya dengan cara yang adil. Ini akan membantu anak memahami apa yang diharapkan dari mereka dan merasa lebih aman.

3. Mengabaikan kebutuhan emosional anak

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/PNW Production)

Ketika anak tantrum atau menunjukkan perilaku yang bikin kesal, bisa jadi karena mereka merasa cemas, takut, atau gak aman. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh orangtua adalah mengabaikan kebutuhan emosional anak dalam situasi-situasi seperti ini. Alih-alih mencoba memahami perasaan anak, beberapa orang tua mungkin lebih fokus pada menghentikan perilaku tersebut.

Penting untuk diingat bahwa anak mungkin gak bisa mengungkapkan perasaan mereka dengan kata-kata pada usia ini. Oleh karena itu, cobalah untuk memberikan dukungan emosional dan kenyamanan kepada anak saat mereka mengalami kesulitan. Ini bisa dalam bentuk memeluk mereka, berbicara dengan lembut, atau hanya berada di samping mereka saat mereka merasa gak nyaman.

4. Gak memberikan pilihan yang tepat

ilustrasi orang tua dan anak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Salah satu aspek perkembangan anak pada usia terrible two adalah dorongan untuk mandiri.

Anak mungkin ingin lebih banyak punya kontrol atas kehidupan mereka dan ini bisa menjadi momen yang baik untuk memberi mereka pilihan. Namun, salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh orangtua adalah memberikan pilihan yang terlalu banyak atau gak sesuai. Misalnya, memberi anak pilihan antara dua pakaian yang berbeda adalah hal yang baik. Tetapi memberi mereka pilihan antara makan es krim atau cokelat untuk sarapan mungkin bukan keputusan yang bijaksana, ya.

Terlalu banyak pilihan juga bisa bikin anak merasa kewalahan dan memperburuk situasi. Oleh karena itu, bijaksanalah dalam memberikan pilihan dan pastikan itu relevan dengan situasi.

5. Menyamakan anak dengan orang dewasa

ilustrasi orang tua dan anaknya (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Kadang-kadang orangtua berharap anak mereka berperilaku seperti orang dewasa, bahkan pada usia yang sangat muda. Ini adalah kesalahan yang umum terjadi, ya. Anak yang berusia dua tahun masih dalam tahap perkembangan yang sangat awal dan mereka belum punya keterampilan sosial atau emosional yang sama seperti orang dewasa.

Ketika orangtua memperlakukan anak mereka seolah-olah mereka sudah dewasa, ini bisa menimbulkan tekanan pada anak dan meningkatkan risiko konflik. Cobalah untuk memiliki harapan yang realistis sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Ini akan membantu mengurangi frustrasi dan stres, baik bagi orangtua maupun anak.

6. Gak meluangkan waktu untuk merawat diri sendiri

ilustrasi seseorang sedang membersihkan wajah (pexels.com/SHVETS production)

Salah satu kesalahan besar yang sering dilakukan oleh orang tua adalah gak merawat diri sendiri dengan baik. Menghadapi fase terrible two bisa sangat melelahkan dan orang tua mungkin merasa sangat tertekan dan stres. Itulah kenapa penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mentalmu sendiri.

Carilah dukungan dari orang lain, seperti pasangan atau anggota keluarga lainnya, jika memungkinkan. Jangan ragu untuk meminta bantuan atau menjadwalkan me time untuk merenung dan bersantai. Semakin baik kamu merawat diri sendiri, semakin baik kamu akan mampu merawat anakmu.

Dalam menghadapi fase terrible two, penting untuk diingat bahwa tidak ada panduan yang sempurna. Setiap anak berbeda dan setiap orang tua juga punya pendekatan yang berbeda dalam menghadapinya. Tapi, alangkah lebih baik jika kamu menghindari kesalahan-kesalahan yang telah disebutkan di atas. Sehingga kamu bisa membangun hubungan yang lebih positif dengan anak dan membantu mereka melewati masa sulit ini dengan lebih baik.

Ingatlah juga bahwa ini adalah fase yang sementara dan seiring berjalannya waktu, anak akan tumbuh dan mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang lebih baik. Sabar dan jangan marah-marah terus, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Desy Damayanti
EditorDesy Damayanti
Follow Us