Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Pertimbangan jika Kamu Ingin Pulang Kampung untuk Merawat Orangtua

ilustrasi bersama orangtua (pexels.com/Jsme MILA)

Saat orangtua masih dalam keadaan sehat, kamu memang leluasa merantau ke mana saja. Dirimu hampir-hampir gak ada beban pikiran terkait ayah dan ibu. Paling-paling hanya sesekali kamu merindukan mereka.

Akan tetapi, seiring waktu pasti orangtua bakal makin lanjut usia. Berbagai masalah kesehatan mulai muncul bahkan sampai mereka berkali-kali dirawat di rumah sakit.

Anak-anak pun harus memikirkan tentang perawatan sehari-hari orangtua. Jika kebetulan ada saudaramu yang tinggal sekota, apalagi serumah dengan orangtua, barangkali ia yang akan mengurusnya.

Namun, kalau semua anak merantau atau saudara yang tinggal sekota dengan orangtua merasa keberatan merawatnya sendirian, dirimu gak bisa lepas tangan. Salah satu solusi yang dapat diambil adalah kamu pulang kampung untuk menjaga orangtua. Akan tetapi, tentu keputusan besar ini perlu mempertimbangkan enam hal berikut.

1. Berapa lama kamu akan di sana?

ilustrasi pemeriksaan (pexels.com/Vlada Karpovich)

Pulang kampung untuk merawat orangtua punya setidaknya dua arti. Apakah kamu hanya akan menunggui orangtua selama perawatan di rumah sakit? Setelah orangtua kembali ke rumah ada saudara atau perawat yang mengurusnya dan dirimu bisa kembali ke rantau?Atau dirimu benar-benar berhenti merantau lalu tinggal serumah dengan orangtua?

Jika kamu cuma beberapa hari di kampung halaman tentu tidak perlu meninggalkan pekerjaan. Namun, berapa lama cuti kerja yang bisa diambil? Dapatkan kamu bekerja dari mana saja, sehingga jatah cuti habis pun pekerjaan tetap aman?

Sementara itu, bila kamu memutuskan berhenti merantau sama dengan pindahan secara besar-besaran. Bukan hanya proses pindahannya yang berat. Secara mental, kamu juga kudu siap. Makin lama dirimu merantau tentu makin berat pula rasanya bagi psikismu untuk kembali ke kampung halaman serta menetap di sana.

2. Apakah di kampung halaman kamu bisa segera bekerja?

ilustrasi merawat orangtua (pexels.com/Kampus Production)

Kalau sudah pasti dirimu hendak berhenti merantau, waktunya memikirkan pekerjaan baru. Bila kamu seorang pekerja lepas tentu dirimu masih dapat melakukan pekerjaan yang sama walaupun tempat tinggal pindah jauh. Namun untukmu yang berstatus karyawan berarti mesti mengajukan pengunduran diri dan mencari pekerjaan baru.

Bisakah kamu menemukan pekerjaan pengganti di kampung halaman dalam waktu yang cukup singkat? Bagaimanapun juga, ini berkaitan erat dengan kemampuanmu bertahan hidup pasca pindah. Jangan sampai masa adaptasimu ketika kembali ke tanah kelahiran bertambah berat, akibat dirimu menganggur dan tak kunjung mendapatkan pekerjaan baru.

Pun orangtua memerlukan biaya yang tidak sedikit buat pengobatan, terapi, serta kebutuhannya sehari-hari. Bila sumber pendapatanmu gak ada, situasi malah makin sulit. Alternatifnya ialah dirimu membuka usaha. Ini juga perlu modal, riset yang mendalam, dan kegigihan ketika kamu merintisnya.

3. Apa pasangan bersedia ikut pindah?

ilustrasi pemeriksaan (pexels.com/Gustavo Fring)

Untukmu yang sudah berkeluarga, suara pasangan harus didengarkan. Bila kampung halaman tak terlalu jauh, mungkin kalian masih bisa LDM dan seminggu sekali bertemu.

Namun, makin jauh daerah kalian sekarang dengan kampung halamanmu pasti memicu masalah baru. Berat sekali bagi pasangan kalau kalian harus tinggal berjauhan.

Sementara itu, dia ikut denganmu juga bukan keputusan yang gampang. Misalnya, ia bekerja. Jika kalian sama-sama keluar dari pekerjaan demi pulang kampung, lalu bagaimana dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari?

Tingkat stres kalian menjadi tinggi sekali. Belum lagi kalau sekarang kalian tinggal bersama mertua dan mereka juga dalam kondisi yang sudah lemah. Kalian gak mungkin meninggalkannya, apabila tak ada saudara iparmu yang bisa merawatnya. Bicarakan masalah ini dengan kepala dingin bersama pasangan.

4. Bagaimana dengan sekolah anak-anak dan adaptasinya?

ilustrasi merawat orangtua (pexels.com/Jsme MILA)

Sekolah anak juga mesti dipikirkan baik-baik. Memang di semua daerah terdapat sekolah. Akan tetapi, jumlah dan fasilitasnya tentu berbeda-beda. Kalau anakmu sudah bersekolah di sekolah dengan fasilitas lengkap, pindah ke sekolah yang lebih seadanya pasti membuatnya gak nyaman. Bahkan, kamu dan pasangan sebagai orangtua juga merasa tidak rela.

Ada kekhawatiran besar kalau-kalau perbedaan kondisi sekolah bakal sangat memengaruhi masa depan anak. Di sekolah anakmu yang sekarang bahkan ada beberapa pelajaran bahasa asing. Sementara di sekolah yang ada di kampung halamanmu hanya pelajaran bahasa Indonesia dan daerah.

Tentu bahasa Indonesia dan daerah harus dikuasai dengan baik. Namun, proses belajar anak sejauh ini bakal mengalami kemunduran, jika ia dipindahkan ke sana. Selain kamu berdiskusi dengan pasangan, pendapat anak pun perlu ditanyakan. Beri tahu anak mengenai kondisi kakek dan neneknya di kampung.

Meski anak masih kecil, boleh jadi dia dapat memberikan keputusan yang bijaksana setelah mendapat penjelasan darimu. Misalnya, anak mau pindah sekolah, tetapi kamu menyediakan fasilitas di rumah untuk menggantikan sarana dan pelajaran yang gak diperoleh di sekolah baru. Sebut saja, seperti komputer, buku-buku, les bahasa asing seperti yang biasa dipelajarinya di sekolah lama, dan sebagainya.

5. Apakah fasilitas kesehatan memadai untuk penyakit orangtua?

ilustrasi perawatan lansia (pexels.com/Jsme MILA)

Jika kampung halamanmu berada di pelosok, fasilitas kesehatan biasanya masih kurang dibandingkan dengan kotamu saat ini. Padahal, penyakit yang diderita orangtua perlu penanganan yang lebih intensif. Apabila orangtua mau, sebaiknya mereka yang ikut denganmu. 

Di kotamu, orangtua dapat memperoleh pengobatan serta perawatan yang lebih memadai. Akan tetapi, sering kali mereka menolak. Bahkan mungkin mereka sampai berkata bahwa apa pun yang terjadi, mereka ingin meninggal di kampung halaman. Kamu gak bisa mendebat mereka lagi sekalipun niatmu memindahkannya juga mulia.

Dalam keadaan genting, orangtua hanya mau dirujuk ke rumah sakit di daerah sekitarnya. Mereka tetap menolak pindah ke kota yang lebih jauh. Ini artinya, dirimu juga mesti siap bolak-balik kampung halaman ke rumah sakit yang menjadi tempat rujukan. Ini memerlukan tenaga dan biaya tinggi.

6. Kesiapan mentalmu menghadapi komentar tetangga di kampung

ilustrasi merawat orangtua (pexels.com/Jsme MILA)

Orang yang merantau sering menghadapi dilema ketika harus kembali ke kampung halaman. Maksudmu tentu baik sekali, yaitu merawat orangtua. Akan tetapi, komentar tetangga di sana kadang kurang positif dan menyakiti hati. 

Bila penyakit orangtua sudah sangat parah ketika dirimu datang, pasti ada tetangga yang sinis padamu.  Mereka bertanya, kamu ke mana saja selama ini sampai kondisi orangtua sudah seburuk itu baru kembali? Padahal, boleh jadi orangtua sengaja menutupi kondisinya darimu biar kamu gak kepikiran.

Jika pun kondisi orangtua masih cukup baik dan hanya kian menua, sebagian orang barangkali tetap berprasangka padamu. Mereka berpikir dirimu pulang lantaran ada masalah serius dalam pekerjaan atau perkawinan. Khususnya, bila kamu telah berkeluarga, tapi pasangan gak ikut pulang kampung. Suara sumbang terus terdengar. Siapkan mentalmu serta fokus pada perawatan orangtua. 

Tak sedikit orang yang mengatakan bahwa orangtua mampu merawat banyak anak. Akan tetapi, banyak anak belum tentu bisa merawat ayah dan ibunya dengan baik setelah mereka sakit-sakitan. Bila kondisi memang menuntutmu agar kembali ke kampung halaman, bulatkan tekadmu. Siapkan semua hal yang diperlukan berdasarkan enam pertimbangan di atas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us