Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orang tua dengan anak (pexels.com/RDNE Stock project)

Intinya sih...

  • Menjadi contoh yang konsisten dalam bertanggung jawab sebagai orang tua.

  • Ajarkan konsekuensi alami dari tindakan anak, agar mereka memahami dampaknya.

  • Berikan tugas sesuai usia anak dan libatkan mereka dalam pengambilan keputusan sehari-hari.

Menumbuhkan rasa tanggung jawab pada anak bukanlah tugas instan yang bisa diselesaikan dalam semalam. Dibutuhkan ketelatenan, kesabaran, dan pendekatan yang tepat agar mereka benar-benar memahami makna dari setiap tindakan yang mereka lakukan. Banyak orang tua ingin anaknya tumbuh menjadi pribadi yang jujur dan bertanggung jawab, tapi tak semua tahu cara menanamkan nilai itu secara efektif.

Padahal, saat anak belajar bertanggung jawab sejak dini, mereka akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan hidup di masa depan. Mereka tahu bahwa setiap pilihan membawa konsekuensi, dan bahwa mengakui kesalahan bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan. Artikel ini akan membahas tujuh cara praktis yang bisa kamu terapkan untuk mengajarkan anak bertanggung jawab atas tindakannya.

1. Jadi contoh yang konsisten

ilustrasi orang tua dengan anak (pexels.com/Ivan Samkov)

Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat, bukan hanya dari apa yang mereka dengar. Jadi kalau kamu ingin anak tumbuh sebagai pribadi yang bertanggung jawab, kamu pun harus menunjukkan sikap yang sama dalam keseharian. Saat kamu mengakui kesalahan atau menyelesaikan tanggung jawab meskipun sedang lelah, anak akan melihat bahwa tanggung jawab adalah bagian penting dalam hidup.

Misalnya, saat kamu lupa membayar tagihan listrik atau membuat kesalahan kecil di rumah, jangan menyembunyikannya. Akui dengan jujur dan tunjukkan bagaimana kamu memperbaikinya. Sikap ini akan memberi pesan kuat bahwa bertanggung jawab bukanlah beban, melainkan bentuk kedewasaan yang patut dicontoh.

2. Ajarkan konsekuensi secara alami

ilustrasi orang tua dengan anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Alih-alih langsung memarahi anak ketika mereka melakukan kesalahan, lebih baik bantu mereka memahami akibat alami dari tindakan mereka. Misalnya, saat anak lupa membawa bekal sekolah, biarkan mereka merasakan lapar untuk sementara waktu. Ini bukan bentuk hukuman, melainkan pembelajaran bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensinya.

Dengan membiarkan anak merasakan akibat dari tindakannya sendiri, kamu membantu mereka membangun kesadaran. Mereka jadi paham bahwa pilihan yang mereka ambil berdampak langsung pada diri mereka, dan tanggung jawab itu bukan sesuatu yang bisa diserahkan begitu saja kepada orang lain.

3. Berikan tugas sesuai usia

ilustrasi anak sedang merapikan mainan (pexels.com/Ron Lach)

Tanggung jawab bisa dilatih sejak dini dengan memberikan tugas-tugas kecil yang sesuai usia anak. Misalnya, anak usia 4–6 tahun bisa diminta merapikan mainan atau membantu menyiram tanaman. Anak yang lebih besar bisa dilibatkan dalam menyiapkan meja makan atau menjaga hewan peliharaan. Hal-hal kecil seperti ini memberi mereka rasa memiliki dan pentingnya kontribusi.

Ketika anak berhasil menjalankan tugas dengan baik, jangan ragu memberikan pujian. Pujian yang tulus akan memperkuat rasa percaya diri mereka dan membuat mereka merasa dihargai. Perlahan tapi pasti, mereka akan memahami bahwa bertanggung jawab bukan hanya tentang kewajiban, tapi juga tentang peran mereka dalam lingkungan sekitar.

4. Libatkan anak dalam pengambilan keputusan

ilustrasi parenting (pexels.com/Brett Sayles)

Melibatkan anak dalam keputusan kecil sehari-hari adalah cara efektif untuk mengajarkan tanggung jawab. Kamu bisa memulainya dari hal sederhana seperti memilih baju sendiri, menentukan menu sarapan, atau menyusun jadwal belajar. Saat anak diberi kesempatan mengambil keputusan, mereka akan merasa memiliki kendali atas pilihannya.

Dan ketika keputusan itu ternyata kurang tepat, gunakan momen tersebut sebagai kesempatan untuk belajar. Jangan menyalahkan, tapi bantu mereka merenung: apa yang bisa dilakukan lain kali agar lebih baik? Cara ini membangun pola pikir reflektif sekaligus memperkuat rasa tanggung jawab atas pilihan yang mereka buat.

5. Jangan terlalu cepat menyelamatkan anak

ilustrasi orang tua dengan anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Sebagai orang tua, naluri untuk segera membantu anak saat mereka kesulitan memang sangat kuat. Namun, jika kamu terus-menerus turun tangan menyelesaikan masalah mereka, anak akan sulit belajar menghadapi konsekuensi dan mencari solusi sendiri. Biarkan mereka mencoba dulu, meski hasilnya tidak langsung sempurna.

Kamu tetap boleh membantu, tapi posisikan dirimu sebagai pendamping, bukan penyelamat. Tawarkan panduan saat mereka meminta, tapi beri ruang untuk mereka mencoba sendiri terlebih dahulu. Sikap ini akan membentuk mental tangguh dan kemampuan mengambil tanggung jawab secara mandiri sejak dini.

6. Gunakan bahasa yang membangun kesadaran

Ilustrasi ibu mengasuh anak (pexels.com/Ron Lach)

Saat anak melakukan kesalahan, hindari kalimat yang menyudutkan atau bernada menyalahkan. Gantilah dengan pertanyaan yang mendorong refleksi diri, seperti: “Menurut kamu, apa yang bisa kamu lakukan agar tidak terjadi lagi?” atau “Apa yang kamu rasakan setelah melakukan itu?” Kalimat semacam ini jauh lebih efektif dalam membentuk kesadaran tanggung jawab.

Bahasa yang membangun membantu anak memahami perasaan mereka sendiri dan menilai tindakan mereka secara objektif. Ini juga membuka ruang untuk berdiskusi tanpa tekanan, sehingga anak tidak takut berbuat salah, tapi justru terdorong untuk belajar dari kesalahan yang mereka buat.

7. Ajarkan bahwa kesalahan bukan akhir segalanya

ilustrasi orang tua dengan anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Banyak anak takut mengakui kesalahan karena takut dimarahi atau dianggap buruk. Padahal, kesalahan adalah bagian alami dari proses tumbuh dan belajar. Jika anak merasa aman saat berbuat salah, mereka akan lebih terbuka untuk mengakui dan memperbaiki kesalahan tersebut.

Tanamkan pada anak bahwa yang terpenting bukanlah tidak pernah salah, melainkan berani bertanggung jawab atas kesalahan dan belajar dari pengalaman itu. Dengan pendekatan seperti ini, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat, jujur, dan tidak mudah menyalahkan orang lain saat menghadapi kegagalan.

Membentuk anak yang bertanggung jawab bukan soal memberi perintah, tapi soal membangun nilai dan karakter lewat keteladanan, komunikasi, dan kepercayaan. Dengan menerapkan tujuh cara di atas secara konsisten, kamu sedang membekali anak dengan bekal berharga untuk masa depan mereka—yakni kemampuan mengambil tanggung jawab dan menghadapi hidup dengan berani.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team