Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bukan Sekadar Dekat, Ini 7 Ciri Hubungan Sehat Orangtua dan Anak

ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Daniel Duarte)
Intinya sih...
  • Hubungan orangtua dan anak adalah pondasi utama bagi tumbuh kembang anak secara emosional, sosial, dan mental.
  • Anak merasa aman menjadi dirinya sendiri tanpa takut dimarahi atau dihakimi.
  • Orangtua yang menerapkan aturan secara konsisten namun tetap fleksibel menunjukkan bahwa mereka peduli dan menghargai anak.

Hubungan antara orangtua dan anak adalah pondasi utama bagi tumbuh kembang anak secara emosional, sosial, dan mental. Sayangnya, tidak semua hubungan orangtua dan anak terbentuk secara sehat, meskipun tampak harmonis di permukaan. Kadang, pola asuh yang dimaksudkan sebagai bentuk cinta justru bisa menimbulkan tekanan, rasa takut, atau jarak emosional.

Padahal hubungan yang sehat antara orangtua dan anak bisa membuat anak jadi percaya diri, mandiri, dan memiliki rasa aman dalam menghadapi hidup. Ada beberapa indikator utama yang menunjukkan bahwa hubungan antara orangtua dan anak terjalin dengan baik. Yuk, kenali ciri hubungan yang sehat antara orangtua dan anak berikut ini!

1. Ada rasa aman tanpa takut diadili

ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com )

Dalam hubungan yang sehat, anak merasa aman menjadi dirinya sendiri tanpa takut dimarahi atau dihakimi. Mereka tahu bahwa rumah dan orangtuanya adalah tempat berlindung, bukan sumber ketakutan. Anak-anak yang tumbuh dalam rasa aman cenderung lebih terbuka, jujur, dan mampu membangun kepercayaan diri yang stabil.

Orangtua bisa menciptakan rasa aman ini dengan mendengarkan tanpa menyela, tidak langsung menyalahkan, dan memberi dukungan emosional saat anak sedang menghadapi masalah.

2. Komunikasi terbuka dan saling mendengar

ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/cottonbro studio)

Salah satu fondasi hubungan yang sehat adalah komunikasi dua arah. Anak tidak hanya mendengar perintah atau nasihat dari orangtua, tapi juga merasa didengar. Orangtua yang baik tidak menganggap remeh pendapat anak, bahkan jika anak masih kecil.

Komunikasi yang baik ditandai dengan percakapan sehari-hari yang penuh kehangatan, kesempatan bagi anak untuk bertanya, serta sikap orangtua yang bersedia mengakui kesalahan dan berdiskusi dengan terbuka.

3. Batasan yang konsisten tapi fleksibel

ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Orangtua yang menerapkan aturan secara konsisten namun tetap fleksibel menunjukkan bahwa mereka peduli dan menghargai anak. Anak merasa tahu apa yang diharapkan dari mereka, tapi juga tidak merasa terkekang.

Misalnya, ketika anak melanggar aturan, orangtua tidak langsung marah berlebihan, melainkan memberikan nasihat yang membangun. Aturan yang konsisten mengajarkan tanggung jawab, sementara fleksibilitas menunjukkan bahwa orangtua bersedia memahami konteks dan keadaan anak.

4. Ada kedekatan emosional, bukan sekadar fisik

ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Anete Lusina)

Berada satu rumah bukan jaminan adanya kedekatan emosional. Hubungan yang sehat ditandai dengan kedekatan emosional yang nyata, pelukan hangat, tatapan penuh kasih, hingga kesediaan orangtua untuk hadir di saat anak membutuhkan.

Kedekatan ini membuat anak merasa dicintai tanpa syarat. Mereka tahu bahwa cinta orangtua bukan tergantung pada prestasi, penampilan, atau ketaatan, tetapi karena mereka adalah diri mereka.

5. Anak merasa dihargai sebagai individu

ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Gustavo Fring)

Hubungan yang sehat terbentuk saat orangtua menghargai anak sebagai pribadi utuh, bukan sekadar “anak kecil” yang harus menuruti semua kehendak orang dewasa. Orangtua memberi ruang bagi anak untuk memilih, mengeksplorasi minat, dan belajar dari kesalahan.

Dengan begitu, anak tumbuh menjadi pribadi yang punya rasa percaya diri tinggi dan tidak mudah minder karena merasa selalu dianggap penting di mata orangtuanya.

6. Konflik diselesaikan dengan cara dewasa

ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Kindel Media)

Tidak ada hubungan tanpa konflik, termasuk antara orangtua dan anak. Namun yang membedakan hubungan sehat adalah bagaimana konflik itu diselesaikan. Orangtua tidak menggunakan teriakan, ancaman, atau diam berkepanjangan sebagai cara menyelesaikan masalah.

Sebaliknya, mereka mengajarkan anak tentang cara mengelola emosi, menyampaikan pendapat tanpa menyakiti, dan mencari solusi bersama. Cara ini membantu anak belajar keterampilan sosial yang sehat untuk kehidupan mereka di masa depan.

7. Orangtua menjadi contoh yang positif

ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Kampus Production)

Anak adalah peniru ulung. Dalam hubungan yang sehat, orangtua menyadari bahwa mereka adalah role model pertama bagi anak. Orangtua harus menjaga sikap, tutur kata, serta cara menghadapi tekanan hidup dengan bijaksana.

Bukan hal yang adil jika orangtua menginginkan anak sabar, jujur, atau disiplin, sementara mereka sendiri tidak menunjukkan sikap itu. Justru lewat contoh yang baik dari orangtua, anak akan tumbuh dengan nilai-nilai positif yang kuat dan tulus dari dalam dirinya.

Ingat, menjadi orangtua bukan tentang sempurna, tapi tentang terus belajar dan berusaha hadir sepenuh hati. Karena pada akhirnya, hubungan yang sehat adalah hadiah terbesar yang bisa kita berikan untuk tumbuh kembang anak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us