Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Ungkapan Tanda Kamu Melakukan Mom Shaming Pada Ibu dan Bayi Lain

unsplash.com/Echo Grid

Fenomena mom shaming belakangan ini makin marak di media sosial. Mom shaming atau bullying ke ibu dan bayi lain karena perbedaan terkait parenting, sering terjadi karena ketidaksadaran pada dampak mom shaming itu sendiri.

Pelaku mom shaming selalu merasa lebih serba tahu dengan cara merendahkan pola asuh ibu lain. Kita mudah banget terjebak dalam mom shaming lewat ungkapan yang kita anggap wajar. Padahal, hormon pada ibu baru itu sangat sensitif lho! Kalimat yang kamu kira biasa aja bisa dianggap hal yang menyakitkan buat ibu baru.

Makanya kamu harus lebih berhati-hati dalam memberi komentar. Jangan sampai ibu lain merasa buruk dengan pilihan parentingnya. Berikut ini sederet kalimat yang jadi tanda kalau kamu terjebak dalam mom shaming.

1."Bukannya bayi umur segini harusnya udah bisa merangkak?"

unsplash.com/Echo Grid

Niatnya mungkin perhatian, tapi kamu bisa terjebak dalam mom shaming saat mempertanyakan tumbuh kembang si bayi yang terlambat. Tanpa disadari, kamu sudah menyakiti perasaan atau menambah kekhawatiran sang ibu. Padahal, si ibu boleh jadi sudah merasa kalau perkembangan anaknya memang sedikit terlambat.

Setiap bayi memiliki waktu tumbuh kembang yang berbeda-beda karena berbagai faktor. Lebih baik hindarilah untuk menyamakan perkembangan mereka sesuai siklus bayi normal pada umumnya.

2."Kenapa bayinya dikasih susu formula? Padahal ASI kan lebih baik!"

unsplash.com/Jens Johnsson

Ya, mungkin kamu memang pendukung program ASI eksklusif pada bayi. Tapi ada beberapa ibu yang gak bisa melakukannya karena sejumlah alasan. Setiap ibu pasti ingin memberi yang terbaik dengan menyusui anaknya, tapi mereka kesulitan oleh berbagai faktor.

Nah, saat kamu bilang pertanyaan di atas, ini bisa menyinggung hati ibu tersebut. Daripada mengomentari hal yang menyakiti hati orang lain, lebih baik beri pujian pada kelucuan sang bayi. Mungkin dengan sendirinya, sang ibu baru akan bercerita hambatan atau keluhan yang membuatnya sulit memberikan ASI.

3."Kalau aku sih gak bakal tega nitipin anak ke orang lain!" atau sebaliknya, "Kayaknya aku bakal jenuh deh kalau harus di rumah seharian!"

unsplash.com/ Colin Maynard

Dua ungkapan di atas adalah contoh dari perseteruan yang gak ada habisnya tentang pilihan full time mother atau working mom. Hargailah keputusan masing-masing karena urusan keluarga sangatlah pribadi. Ungkapan di atas terdengar menghakimi pilihan orang lain yang bisa menyinggung perasaan.

Setiap ibu pasti punya alasan kuat dengan pilihannya. Entah itu karena faktor finansial, kesehatan, prioritas atau alasan lainnya. Jauhi deh punya perasaan lebih baik dan lebih tinggi dari orang lain.

4."Harusnya kamu ngasih makanan ini ke bayi, baca deh buku MPASI, jangan sampai bayi kurang gizi!"

unsplash.com/ Tanaphong Toochinda

Mungkin kamu punya aturan kuat untuk memberi makanan organik pada bayi. Makanya kamu koreksi habis-habisan para ibu yang memilih makanan instan. Padahal, boleh jadi si ibu hari itu sedang kelelahan dan terpaksa memberi makanan instan. Meski punya niat baik, kalimat di atas malah terkesan menghakimi dan bikin si ibu sakit hati lho!

Daripada memaksa ibu lain untuk menuruti caramu yang terkesan lebih baik, ganti saja dengan kalimat bercerita tentang makanan kesukaan bayimu. Jatuhnya lebih ke curhat dan berbagi pengalaman.    

5.Masang foto anak-anak di medsos dengan caption, "Anak-anakku yang selalu sehat dan ceria"

unsplash.com/ Douglas J S Moreira

Jangan salah, ada lho sebagian ibu yang ‘terbebani’ melihat bagusnya foto anak-anak di instagram karena kondisi anaknya yang berbeda. Ini memang sulit karena banyak banget para ibu yang berlomba-lomba mengunggah keunggulan anaknya di medsos.

Masukan aja nih, sesekali gak ada salahnya kamu menunjukkan momen yang gak sempurna dari kondisi si kecil. Foto kehidupan yang realistis justru boleh jadi membuka keakraban dengan ibu bayi lain yang sedang mengalami kondisi serupa dan kalian bisa saling menguatkan.

6. "Kok lebih milih melahirkan di sana sih? Di tempat ini lebih bagus kali!"

Ilustrasi bayi dan ibunya (unsplash.com/Zach Lucero)

Ayolah, si bayi sudah terlahir dengan sehat dan selamat! Gak ada gunanya kamu membahas ibunya milih persalinan dimana. Mau di Rumah Sakit, Dokter Kandungan, Bidan atau bahkan memilih di rumah karena suatu hal, tiap ibu punya hak untuk itu. Gak perlu kita mengkritik atau menghakimi pilihannya.

7."Kok berat badannya gak turun sih? Bayinya udah umur setahun kan ya!"

unsplash.com/Sharon McCutcheon

Wanita mana sih yang gak mau badannya kembali aduhai setelah melahirkan? Mungkin keletihan mengurus bayi dan pekerjaan rumah sudah membuatnya lelah untuk mengurus berat badan. Gak usah deh kamu tambah-tambah kepenatannya dengan mengomentari body.

Sebaliknya, ada ibu yang udah langsing malah dibilang, “Pasti gak ngurusin anaknya tuh, makanya bisa olahraga terus sampai langsing!” Duh, jangan dibiasakan deh ngurusin kehidupan orang lain dengan komentar-komentar nyinyir.

Itulah beberapa kalimat yang cukup sering melanda para ibu baru dan menambah beban pikiran mereka. Jangan sampai deh kita jadi pelaku mom shaming walaupun gak sengaja. Lebih hati-hati lagi ya dalam memberikan komentar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Arifina Budi A.
EditorArifina Budi A.
Follow Us