Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi menyuapi anak makan (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi menyuapi anak makan (pexels.com/Yan Krukau)

Intinya sih...

  • Anak perlu puasa makan selama 2-3 jam sebelum makan agar lapar dan mau makan.
  • Waktu makan ideal anak maksimal hanya 30 menit untuk hindari bosan dan GTM.
  • Hindari distraksi saat makan, tekanan emosional, dan kebiasaan yang mengganggu perkembangan makannya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap orangtua pasti pernah mengalami drama makan anak. Mulai dari anak yang susah duduk tenang di high chair, hanya mengemut makanan, sampai aksi legendaris GTM alias Gerakan Tutup Mulut. Saat hal itu terjadi, banyak dari kita yang langsung panik: "Kenapa sih anakku susah banget makan?", "Apa kurang enak masakannya?", atau "Apa harus dibujuk pakai tontonan dulu biar mau makan?".

Tenang, kamu gak sendiri. Ternyata, masalah makan anak itu sangat umum dan bisa terjadi karena hal-hal yang kelihatannya sepele. Hal ini dibahas tuntas oleh dr. Dimple Nagrani, Sp.A dalam salah satu episode podcast Nikita Willy di kanal YouTube resminya. Di situ, dr. Dimple menjelaskan tentang Feeding Rules yang penting diterapkan agar anak bisa menikmati waktu makan tanpa tekanan.

Feeding rules ini bukan cuma soal teknik menyuapi, tapi lebih ke pembentukan kebiasaan makan sehat sejak dini. Tujuannya jelas agar anak makan dengan lahap, senang, dan tanpa paksaan. Yuk, simak satu per satu feeding rules dari dr. Dimple Nagrani yang bisa jadi game-changer buat waktu makan di rumah!

1. Anak harus puasa 2-3 jam sebelum waktu makan

ilustrasi menyuapi anak makan (pexels.com/MART PRODUCTION)

Aturan pertama ini mungkin terdengar ekstrem, tapi justru penting banget. Anak disarankan tidak mengonsumsi apa pun (termasuk camilan dan ASI) selama 2-3 jam sebelum waktu makan tiba. Hanya air putih yang diperbolehkan.

Ini karena rasa lapar adalah kunci utama agar anak mau makan. Kalau perutnya masih penuh karena camilan atau menyusu, otomatis dia gak merasa lapar dan akhirnya ogah makan. Jadi, sebelum waktu makan, pastikan si kecil benar-benar “puasa kecil” dahulu.

2. Batasi waktu makan maksimal 30 menit

ilustrasi anak makan (pexels.com/MART PRODUCTION)

Pernah gak kamu kasih anak makan sampai 1 jam lebih karena gak habis-habis? Nah, ternyata itu justru kontraproduktif. Waktu makan anak idealnya maksimal hanya 30 menit.

Anak-anak punya fokus yang terbatas. Kalau waktu makan terlalu lama, mereka bisa bosan, trauma, atau bahkan merasa tertekan. Kalau sudah kenyang tapi terus dipaksa, anak bisa GTM sebagai bentuk protes. Jadi, saat waktunya habis dan makanan belum habis, cukup akhiri makan dan coba lagi di waktu berikutnya.

3. Hindari distraksi saat makan

ilustrasi anak makan (pexels.com/MART PRODUCTION)

Ini aturan yang sering dilanggar tanpa sadar. Mainan di meja makan, nonton sambil makan, atau bahkan kipas angin yang berputar-putar bisa menjadi distraksi besar buat anak.

Menurut dr. Dimple, anak belum bisa multitasking. Jadi saat ada distraksi, anak bisa hanya mengemut atau asal telan tanpa mengunyah. Ini bisa berdampak ke perkembangan oromotor dan membuat anak makin sulit makan di masa depan. Pastikan suasana makan tenang, minim gangguan, dan anak fokus pada makanannya.

4. Jangan memohon, merayu, atau marah

ilustrasi menyuapi anak makan (pexels.com/MART PRODUCTION)

Saat anak mulai GTM, orangtua sering masuk ke mode “memohon-mohon”, seperti "Ayo dong, satu suap lagi ya...", "Kalau makan habis, nanti Mama kasih hadiah...", atau sebaliknya, malah jadi emosi dan marah. Padahal, menurut dr. Dimple, ini memberi tekanan emosional ke anak.

Anak jadi merasa bersalah karena tidak bisa menyenangkan orangtuanya. Tekanan seperti ini justru membuat anak semakin menolak makan. Kuncinya adalah tenang, sabar, dan tidak memaksakan.

5. Hindari kebiasaan yang mengganggu kemampuan makan anak

ilustrasi anak makan (pexels.com/Kampus Production)

Beberapa kebiasaan yang sering dilakukan orangtua saat menyiapkan makanan anak ternyata bisa mengganggu perkembangan kemampuan makannya. Misalnya, menurunkan tekstur makanan saat anak GTM justru membuat anak makin sulit naik tekstur ke depannya.

Begitu juga dengan mendorong makanan pakai kuah agar mudah ditelan. Cara ini bisa membuat anak terbiasa menelan tanpa mengunyah, padahal proses mengunyah penting untuk perkembangan oromotor.

Kebiasaan lain yang perlu dihindari adalah terlalu sering mengelap mulut anak saat makan. Biarkan anak merasakan sensasi belepotan agar ia belajar membersihkan sendiri dengan lidahnya. Ini penting untuk melatih koordinasi, kekuatan otot mulut, dan respons sensorik. Hal-hal kecil seperti ini sangat berpengaruh terhadap cara anak belajar makan dengan benar.

6. Berikan contoh makan yang baik

ilustrasi menyiapkan makan anak (pexels.com/Jep Gambardella)

Anak adalah peniru ulung. Kalau orangtuanya pilih-pilih makanan, sering skip sayur, atau makan dengan malas-malasan, anak akan menirunya. Sebaliknya, kalau orangtua semangat makan, menikmati makanannya, dan gak banyak drama, anak akan lebih tertarik ikut.

Jadi, yuk makan bareng anak dan tunjukkan cara makan yang sehat dan menyenangkan. Jadikan waktu makan sebagai momen bersama yang hangat dan penuh interaksi positif.

7. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan

ilustrasi anak makan (pexels.com/Jep Gambardella)

Suasana hati anak saat makan sangat berpengaruh. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan vibes yang positif saat waktu makan tiba. Senyum, ajak mengobrol ringan, tampilkan ekspresi yang menyenangkan.

Makanan juga bisa dikreasikan agar lebih menarik. Contohnya, perkedel dengan daging cincang atau nugget dari nasi, daging, dan sayur. Kalau sudah terlanjur turun tekstur, bisa dinaikkan perlahan dengan tambahan makanan crunchy, seperti kremesan agar anak tertarik dengan makanan yang diberikan.

8. Konsisten dan tidak mengubah aturan seenaknya

ilustrasi anak makan (pexels.com/Jep Gambardella)

Yang terakhir, tapi gak kalah penting adalah konsistensi. Buat jadwal makan yang teratur dan jangan mengubah aturan makan seenaknya agar anak tidak bingung. Kalau tidak bisa mendampingi makan, pastikan orang rumah atau pengasuh tahu dan mengikuti aturan yang sama.

Koordinasi ini penting agar anak tetap merasa aman dan teratur saat makan, di mana pun dan dengan siapa pun. Anak belajar dari pengulangan dan rutinitas. Semakin konsisten aturan yang diterapkan, semakin mudah bagi anak untuk memahami dan mengikuti pola makan yang sehat.

Ingat ya, waktu makan bukan saatnya tegang-tegangan. Justru ini bisa jadi momen hangat bareng anak untuk saling belajar. Yuk, pelan-pelan terapkan aturan makannya satu per satu di rumah dan lihat sendiri perubahan baiknya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team