Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

8 Tanda Hubungan Ibu dan Anak Perempuan Jadi Toxic

ilustrasi ibu dan anak perempuan (pexels.com/Cottonbro Studio)
ilustrasi ibu dan anak perempuan (pexels.com/Cottonbro Studio)
Intinya sih...
  • Hubungan ibu-anak perempuan yang baik mempengaruhi kesejahteraan emosional anak sepanjang hidupnya.
  • Penerapan batasan dalam hubungan ibu-anak perempuan penting untuk mencegah konflik.
  • Kurangnya komunikasi, keterikatan yang kabur, karakter ibu narsistik, dan penyalahgunaan obat-obatan bisa menyebabkan hubungan menjadi toxic.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Gaya parenting akan mempengaruhi perkembangan karakter anak. Tak terkecuali hubungan ibu dan anak perempuan yang sering diwarnai konflik dan terasa kompleks. Apabila hubungan dengan ibu berjalan baik, maka anak perempuan bisa mendapatkan kesejahteraan emosional sepanjang hidupnya.

Sebaliknya, jika hubungan dengan ibu berjalan toxic, maka hal ini berpotensi mempengaruhi emosional anak perempuan di masa depan. Hubungan toxic jika dibiarkan berlarut-larut akan menghancurkan ikatan ibu-anak, termasuk memicu luka batin. Yuk, cegah hal itu dengan mewaspadai tanda hubungan toxic antara ibu dan anak perempuan.

1. Tidak punya batasan

ilustrasi ibu dan anak perempuan (freepik.com/freepik)
ilustrasi ibu dan anak perempuan (freepik.com/freepik)

Menerapkan batasan adalah hal paling penting dalam hubungan apa pun. Namun dalam hubungan ibu dan anak perempuan, batasan ini sering tidak diperhatikan. Akibatnya, situasi ini akan memicu konflik.

Sebagai contoh, ibu sering kali merasa perlu mengendalikan kehidupan anak perempuan. Sedangkan anak perempuan akan terlalu bergantung pada ibu mereka untuk mengambil keputusan. Maka, penting bagi keduanya untuk memasang batasan satu sama lain.

2. Kurang mendapat dukungan dan pengertian

ilustrasi ibu dan anak perempuan (freepik.com/peoplecreations)
ilustrasi ibu dan anak perempuan (freepik.com/peoplecreations)

Sikap ibu yang kurang mendukung dan memahami anak perempuan bisa menjadi masalah serius. Pasalnya, ketika empati hilang dalam suatu hubungan, niat baik pun ikut hilang. Situasi ini terkadang membuat ibu sering menyalahkan anak perempuan atas semua masalah mereka.

Sering kali ibu tidak memberikan solusi maupun mendengarkan masalah sang anak. Hal ini menyebabkan rendahnya harga diri anak. Ditambah berpotensi mempengaruhi kesejahteraan emosional anak.

3. Kurang komunikasi

ilustrasi ibu dan anak perempuan (pexels.com/RDNE Stock Project)
ilustrasi ibu dan anak perempuan (pexels.com/RDNE Stock Project)

Kurangnya komunikasi antara ibu dan anak adalah tanda hubungan toxic. Ketika komunikasi yang dilakukan tidak efektif, maka ibu dan anak akan kesulitan memahami perspektif maupun kebutuhan satu sama lain.

Hal ini juga bisa membuat ibu dan anak mengkhawatiran satu sama lain, tetapi tidak berusaha memperbaikinya. Kurangnya pemahaman ini dapat meningkatkan konflik ibu dan anak. Termasuk menghambat proses penyembuhan luka batin dan ikatan keduanya.

4. Terlalu terikat

ilustrasi ibu dan anak perempuan (pexels.com/Cottonbro Studio)
ilustrasi ibu dan anak perempuan (pexels.com/Cottonbro Studio)

Keterikatan adalah istilah yang digunakan dalam psikologi untuk menggambarkan situasi di mana batasan antara individu menjadi kabur atau tidak ada. Hal ini juga bisa terjadi antara ibu dan anak perempuan. Dan jika ini terjadi, maka keduanya akan mengalami kurangnya kemandirian dan terlalu bergantung satu sama lain.

Sebagai contoh, ibu memandang anak perempuan sebagai karakter dirinya sendiri, alih-alih sebagai individu berbeda. Perspektif ibu ini bisa menghambat putrinya dalam mengembangkan identitasnya sendiri. Dinamika ini juga bisa membuat anak perempuan kesulitan membuat pilihan mandiri dan mengejar tujuan hidup sendiri.

5. Ibu yang narsistik

ilustrasi ibu narsistik (freepik.com/freepik)
ilustrasi ibu narsistik (freepik.com/freepik)

Karakter ibu narsistik adalah faktor terbesar yang merusak hubungan dengan anak perempuan. Sebenarnya bukan hal yang aneh bagi setiap orang untuk memprioritaskan kebutuhan atau keinginan mereka sendiri, termasuk ibu. Namun, ketika seorang ibu secara konsisten mengutamakan dirinya sendiri dengan mengorbankan kesejahteraan emosional anaknya, hal itu sangat merugikan anak.

Anak perempuan akan merasa diabaikan oleh dan tidak didukung secara emosional oleh ibu narsistik. Seperti efek domino, hal ini berpotensi menghancurkan kesehatan mental sang anak. Puncaknya, terjadi konflik yang sulit diselesaikan antara ibu dan anak perempuan.

6. Sering memanjakan anak

ilustrasi ibu dan anak perempuan (freepik.com/artursafronovvvv)
ilustrasi ibu dan anak perempuan (freepik.com/artursafronovvvv)

Kebiasaan ibu sering bersikap mudah dan memanjakan anak perempuan bisa menjadi bumerang. Tidak bisa dipungkiri jika bersikap mudah dan mengayomi adalah sifat positif dalam diri orang tua. Namun dengan tidak adanya batasan yang tepat, kebiasaan itu berpotensi menjadi tantangan saat anak tumbuh.

Apabila kebiasaan memanjakan tidak dibatasi, anak perempuan bisa kesulitan dalam bersosialisasi dalam hubungan. Alhasil, situasi ini menyebabkan anak menjadi kurang tanggung jawab. Anak pun berpotensi menjalin hubungan toxic dengan orang lain. Pada akhirnya, hal itu membuat hubungan ibu dan anak berubah toxic.

7. Playing victim

ilustrasi ibu dan anak perempuan (freepik.com/freepik)
ilustrasi ibu dan anak perempuan (freepik.com/freepik)

Faktor playing victim yang dilakukan ibu bisa berdampak fatal bagi anak perempuan. Ketika seorang ibu terus-menerus berperan menjadi korban, hal itu dapat mengurasi emosi dan menciptakan lingkungan toxic bagi sang anak. Jika hal itu tidak dihentikan, bukan tidak mungkin anak perempuan akan menolak ibunya saat dewasa.

Sebagai contoh, ibu memanipulasi emosi anak perempuan untuk mendapatkan simpati atau dukungan. Aksi itu dapat menjadi tantangan emosional bagi anak perempuan. Pasalnya, ia mungkin merasa terdorong untuk memberikan dukungan emosional. Namun di sisi lain, anak juga harus berjuang mengatasi perasaan menjadi beban ibunya.

8. Penyalahgunaan obat-obatan

ilustrasi ibu kecanduan obat-obatan (freepik.com/freepik)
ilustrasi ibu kecanduan obat-obatan (freepik.com/freepik)

Penyalahgunaan obat-obatan oleh ibu dapat menimbulkan konsekuensi yang berat bagi anak perempuan. Ini karena anak menjadi dipaksa tumbuh dalam lingkungan yang tidak stabil. Setiap hari, anak perempuan akan menghadapi tekanan emosional dan potensi bahaya dari ibunya sendiri.

Ibu yang ketergantungan obat-obatan juga membuat anak merasa cemas, tidak aman, dan khawatir. Ironinya, kondisi ini membuat anak dipaksa menjaga ibu mereka, bukan sebaliknya. Dalam situasi ini, penting bagi ibu untuk segera mengambil kontrol diri dan mencari bantuan profesional sebelum terlambat. Jika terlambat, maka hubungan ibu dan anak akan sulit diperbaiki di masa mendatang.

Memahami penyebab terjadinya hubungan toxic antara ibu dan anak sangat penting. Dengan memahami, hubungan ibu-anak yang berjalan toxic bisa diperbaiki. Luka batin yang dipendam juga dapat terurai. Dan tentu harapanya, kedua belah pihak menemukan kesembuhan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aryna Meliana
EditorAryna Meliana
Follow Us