Sejatinya, banyak orangtua di luar sana yang ingin anaknya punya tingkat kepandaian yang menonjol, melebihi teman-temannya. Sayangnya, harapan mereka tak sesuai dengan kenyataan. Semakin ditekan untuk terus belajar, anak semakin terbebani.
Untuk memotivasi anak, beragam cara dilakukan orangtua. Sayangnya ada cara yang justru salah, seperti membanding-bandingkan anak dengan teman-temannya. Pdahal, hal ini justru berdampak buruk. Apa dampaknya?
Si anak bakal merasa dirinya amat bodoh ketika orangtuanya sendiri membanding-bandingkan dia dengan temannya. Ia lantas jadi tak punya kepercayaan diri dan cenderung berdiam diri.
Anak yang sering dibanding-bandingkan akan kehilangan kepercayaan diri, lantas tak bisa dengan mudah bergaul dengan teman-temannya. Ia juga cukup kesulitan bergabung dalam sebuah komunitas atau terlibat dalam lingkaran kelompok.
Karena tak mudah bergaul dan hanya punya sedikit teman, si anak jadi pribadi yang amat sangat tertutup. Ia merasa rendah diri dan sungkan berbagi dengan orang. Lalu, si anak pun memendam semuanya seorang diri.
Tak ada teman berbagi, si anak pun suka memendam apa-apa seorang diri. Hal itu tak baik karena membuatnya menumpuk-numpuk kekesalan. Alhasil, kekesalan karena sering dibanding-bandingkan akhirnya bisa jadi dendam.
Ada anak yang membenci orangtuanya. Hal ini terjadi karena orangtuanya terus membanding-bandingkan dia dengan teman-temannya. Padahal si anak tahu kemampuan dirinya sendiri. Namun untuk mengungkapkan hal itu ke orangtua dia tak bisa. Akhirnya hanya berujung jadi perasaan benci.
Selain membenci orangtuanya, si anak juga jadi membenci teman-temannya. Sebab ia iri dengan teman yang selalu dipuji-puji oleh orangtuanya sendiri.
Cara tersimpel, menurut anak, lari dari masalah ini adalah mencari pelarian. Sayangnya, kadang-kadang pelarian yang dipilih bukan hal yang berbau positif, tapi negatif. Hal ini justru lebih membahayakan buat anak.
Anak yang sering dibanding-bandingkan otomatis dia jadi tak bergairah dalam hal apa pun, termasuk mengejar mimpi-mimpinya. Ia merasa sudah diremehkan dulu sehingga tak bisa bangkit.
Si anak merasa tak perlu mempedulikan lingkungannya karena ia juga merasa tak diperhatikan. Ia pun jadi sangat cuek. Saking cueknya, anak cenderung jadi pribadi yang apatis dan tak mau tahu dengan kehidupan sosial di luar sana.
Kadang kala, kecerdasan orang itu berbeda-beda. Ada anak yang memang cerdas di bidang akademis, ada juga yang di bidang seni. Namun sebenarnya tak ada anak yang bodoh karena mereka punya kekuatan di bidang masing-masing. Untuk itu tak sebaiknya orangtua membanding-bandingkan.