5 Gender Stereotypes pada Parenting, Kurangi dari Sekarang!

Padahal setiap anak berhak dididik dan diasuh secara adil

Ada beberapa ajaran orangtua atau parenting yang kerap dilakukan, namun tanpa disadari hal tersebut keliru. Salah satunya adalah gender stereotypes pada parenting. 

Adanya gender stereotypes yang diterapkan pada parenting membuat anak diajarkan sesuai gendernya. Padahal baik setiap anak, perempuan maupun laki-laki, berhak dididik setara, lho. 

Berikut ini beberapa gender stereotypes pada parenting yang kerap diterapkan. Mulai sekarang, kurangi dengan mengajarkan kesetaraan pada anak, ya!

1. Anak perempuan diwajibkan membantu ibu di rumah

5 Gender Stereotypes pada Parenting, Kurangi dari Sekarang!ilustrasi cuci gelas (pexels.com/Cottonbro)

Ketentuan yang tidak asing bagi kita bahwa rata-rata anak perempuan diwajibkan untuk membantu ibu di rumah. Lebih tepatnya dibiasakan sejak kecil untuk membantu mengerjakan tugas rumah, seperti bersih-bersih dan memasak. 

Yang mana hal ini sangatlah membedakan didikan anak berdasarkan gender, dimana anak laki-laki sangat jarang disuruh seperti itu. Sebenarnya hal ini menimbulkan efek tersendiri pada psikologis anak, yaitu anak laki-laki jadi cenderung minim inisiatifnya untuk membantu pekerjaan rumah orangtua dibanding anak perempuan. 

2. Anak laki-laki ditempa menjadi tulang punggung keluarga

5 Gender Stereotypes pada Parenting, Kurangi dari Sekarang!ilustrasi orangtua (pexels.com/RODNAE Productions)

Sudah bukan suatu hal yang aneh dan sering banget terjadi di keluarga manapun, bahwa anak laki-laki ditempa untuk menjadi tulang punggung keluarga. Umumnya diterapkan oleh parenting keluarga menengah ke bawah. 

Yang mana biasanya anak laki-laki dididik memikul tanggung jawab dan bekerja lebih keras, ada yang sejak mudah sudah dibiasakan kerja, tapi ada juga yang setelah lulus pendidikan. Apalagi jika anak laki-laki sekaligus terlahir sebagai sulung, maka membantu ekonomi keluarga sudah seperti menjadi tugasnya. 

3. Anak laki-laki mendapat kebebasan keluar rumah, sedangkan anak perempuan tidak

dm-player
5 Gender Stereotypes pada Parenting, Kurangi dari Sekarang!ilustrasi teman (pexels.com/Toa Heftiba Sinca)

Gender stereotypes yang satu ini tidak semua orangtua menerapkannya dalam parenting, namun sebagian besar iya. Yaitu adanya perbedaan terhadap hak kebebasan keluar rumah dan bergaul antara anak laki-laki dan perempuan. 

Dimana anak laki-laki biasanya lebih bebas dan didukung untuk berkegiatan di luar rumah sampai malam, sedangkan anak perempuan agak lebih ketat. Maksudnya mungkin untuk menjaga keamanan anak perempuan karena dinilai lebih rentan, namun bagi sebagian anak hal ini justru membatasi langkahnya. 

Baca Juga: Gender Equality! 5 Profesi Ini Sekarang Bisa Jadi Karier Siapa Saja

4. Basic skill mengurus rumah dibebankan pada anak perempuan

5 Gender Stereotypes pada Parenting, Kurangi dari Sekarang!ilustrasi masak bersama (pexels.com/Kampus Production)

Selain menjadi anak yang diwajibkan membantu ibu di rumah, anak perempuan juga diharuskan menguasai basic skill life. Umumnya mulai diajarkan ketika memasuki usia remaja, mulai dari belajar memasak hingga bersih-bersih rumah dan lainnya. 

Di satu sisi hal ini baik untuk menjadi bekal hidupnya ketika dewasa, namun di sisi lain hanya anak perempuan yang unggul dalam hal ini. Yang mana anak laki-laki jadi tidak tahu bagaimana mengurus kebutuhan dirinya sehari-hari, tidak pernah memasak, dan tidak tahu bagaimana caranya mencuci bajunya ketika merantau. 

5. Anak laki-laki diperbolehkan pendidikan ke luar negeri, sedangkan perempuan dibatasi

5 Gender Stereotypes pada Parenting, Kurangi dari Sekarang!ilustrasi teman ngobrol (pexels.com/Armin Rimoldi)

Yang satu ini mungkin banyak terjadi di berbagai kalangan keluarga, dimana kebebasan anak laki-laki dan perempuan cenderung berbeda. Ketika anak laki-laki dibolehkan kuliah di luar negeri, anak perempuan cenderung ditahan dan dibatasi untuk menempuh pendidikan yang jauh. 

Gender stereotypes seperti ini sebenarnya sangat merugikan anak perempuan, dimana jangkauan dan langkahnya dibatasi. Namun bagi orangtua yang sudah paham kalau ini salah, maka parenting-nya pun lebih baik dengan menyama ratakan kebebasan anak-anaknya menempuh pendidikan dimana saja. 

Dari lima poin tadi, adakah yang diterapkan dalam keluargamu? Jika ada, mungkin bisa coba jelaskan pada orangtua bahwa gender stereotypes pada parenting itu tidak sehat. Baik anak laki-laki maupun perempuan berhak mendapat didikan dan cara asuh yang sama. 

Baca Juga: 5 Stereotipe Gender pada Tempat Kerja yang Harus Dihilangkan, Setuju?

afifah hanim Photo Verified Writer afifah hanim

Follow me on instagram: @afifahhanim_lm

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya