Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Berteriak pada Anak Merupakan Tindakan Tidak Efektif 

ilustrasi anak dimarahi (pexels.com/lizasummer)

Berteriak pada anak mungkin seringkali terasa sebagai respons instan yang muncul ketika kesabaran orangtua teruji. Meskipun tampaknya tindakan ini dapat mengendalikan perilaku anak, berteriak pada anak sebenarnya seringkali tidak memberikan hasil yang diinginkan dan justru dapat berdampak negatif dalam jangka panjang.

Bagi beberapa orangtua mungkin marah hingga berteriak pada anak susah untuk tidak dilakukan. Ketahui alasan berteriak pada anak justru merupakan tindakan yang hanya membuang energi dan tidak efektif lewat artikel berikut ini. Langsung cek ke bawah!

1. Membuat anak merasa tidak dihargai

ilustrasi mama dan anak melakukan percakapan (pexels.com/rdne)

Ketika seseorang diteriaki atau dihadapkan dengan perlakuan kasar, ini bisa memengaruhi harga diri dan timbul rasa tidak dihargai. Dikutip dari Parents, Joseph Shrand, M.D., seorang instruktur psikiatri di Harvard Medical School, menjelaskan bahwa keinginan untuk merasa dihargai adalah sesuatu yang umum atau menjadi keinginan bagi semua orang. Ini juga berlaku untuk anak.

Joseph Shrand juga menyatakan bahwa berteriak adalah salah satu cara tercepat membuat seseorang merasa tidak memiliki nilai diri. Meneriaki anak justru akan membuat anak merasa tidak dihargai, dan bisa menimbulkan perasaan marah dan benci.

"Ketika marah dan mulai berteriak, kita melihat diri sebagai orang yang berkuasa dan semua orang di sekitar kita menjadi tempat melepaskan kemarahan," kata Laura Markham, Ph.D., psikolog klinis dan penulis Peaceful Parent, dilansir laman yang sama. Dalam keadaan seperti ini, anak-anak kita terlihat sebagai musuh dan bukan sebagai manusia yang dihargai dan cintai. Anak-anak seharusnya tidak merasa sebagai musuh," lanjutnya.

Dilansir Verywell Family, Katherine Lee, editor di majalah Parenting dan Working Mother menjelaskan, ketika seseorang diperlakukan kasar saat melakukan kesalahan, seperti berteriak, timbul reaksi alamiah seperti rasa bela diri, terluka, dan marah. Namun, jika diperlakukan dengan baik dan hormat, mereka jauh lebih terbuka untuk berbicara dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh orang lain. Ini memperjelas bahwa tindakan bersikap kasar dengan meneriaki anak justru sangat tidak efektif.

2. Memperburuk hubungan orangtua dan anak

ilustrasi orangtua menasihati anak (pexels.com/gabbyk)

Dr. Markham menjelaskan bahwa berteriak pada anak dapat merusak hubungan antara orangtua dan anak. Bersikap kasar dan berteriak dapat memengaruhi sikap anak sehingga mereka mungkin merasa defensif, dan kurang terhubung secara emosional dengan orangtua serta anak merasa lebih menjauh. 

Mereka juga cenderung tidak terbuka terhadap perubahan atau saran, dan reseptif. Ini berarti anak tidak menerima dengan baik apa yang mungkin ingin disampaikan oleh orang yang telah berteriak pada mereka.

"Dalam 40 tahun saya sebagai seorang psikolog, saya telah melihat ribuan anak dan tidak pernah ada yang mengatakan bahwa mereka merasa lebih dekat dengan orangtua mereka setelah diteriaki," kata Neil Bernstein, Ph.D., seorang penulis buku dan psikolog klinis, dilansir Parents. Ini menandakan bahwa tindakan kasar tersebut dapat berdampak buruk bagi hubungan orangtua dan anak.

3. Berdampak negatif bagi perkembangan anak

ilustrasi seorang anak menangis (pexels.com/yankrukov)

"Seringkali orang dewasa tidak menyadari bagaimana nada berteriak dan kata-kata kritis mereka, dapat berdampak negatif pada anak-anak. Apalagi jika pola pengasuhan seperti ini dianggap wajar oleh orangtua sesuai yang mereka dapatkan semasa kecil," kata Prof. Shanta R Dube, seorang pakar Amerika dalam kasus penelitian kekerasan terhadap anak dan salah satu penulis dari penelitian tersebut, dilansir The Guardian

Dilansir National Library of Medicine, anak-anak yang didisiplinkan dengan perlakuan kasar lebih mungkin mengalami kesulitan dalam mencapai kesuksesan di bidang akademik, seperti belajar di sekolah. Akibatnya, anak menjadi lebih sulit berkonsentrasi pada pembelajaran dan mengalami tingkat stres yang lebih tinggi. 

Berteriak dan marah tidak memfasilitasi komunikasi yang sehat antara anak dan orang dewasa. Diperlukan pendekatan komunikasi yang lebih tenang, pengertian, dan empati dalam mendisiplinkan anak jauh lebih baik untuk perkembangannya. Ini membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan anak secara positif dan memungkinkan mereka untuk belajar mengelola emosi dengan cara yang sehat.

4. Anak cenderung merespons dengan melawan dan melarikan diri

ilustrasi anak tidak mau mendengar (pexels.com/gabbyk)

Respon melawan atau melarikan diri adalah reaksi fisiologis yang terjadi ketika kita mengalami sesuatu yang otak anggap sebagai ancaman. Oleh karena itu, anak tidak dapat mengerti ketika orangtua berteriak pada mereka. Ini disebabkan karena otak mereka memberi tahu bahwa orang dewasa yang berteriak adalah ancaman.

"Berteriak adalah melepaskan kemarahan, dan ini bukan cara yang efektif untuk mengubah perilaku anak," kata Laura Markham. "Ketika seorang anak merasa takut, mereka masuk ke dalam mode melawan atau melarikan diri, dan pusat pembelajaran di otak mereka mati sehingga tidak dapat berpikir dengan baik selama mereka merasa dalam keadaan stres atau takut," lanjutnya.

Jadi, berteriak bukanlah solusi untuk menegur anak, karena dalam keadaan takut dan cemas, mereka cenderung tidak bisa merespon dan mendengar apa yang orangtua utarakan. Alih-alih mendengarkan, anak mungkin hanya mengingat perasaan stres dan marah yang terkait dengan situasi tersebut.

5. Berteriak bukan komunikasi yang efektif

ilustrasi anak menangis (pexels.com/keiraburton)

Dr. Markham mengatakan, anak-anak sulit belajar mengatur emosi mereka sendiri jika orangtua mereka tidak menunjukkan cara melakukannya. Orangtua yang cenderung berteriak setiap kali marah mungkin akan mengajarkan anak-anak untuk bereaksi yang sama ketika menghadapi situasi frustrasi. Dengan kata lain, orangtua yang sering berteriak akan mendidik anak-anak yang juga sering berteriak.

Seperti yang telah dijelaskan melalui poin-poin di atas, teriakan menciptakan ketegangan dan stres emosional, yang dapat menghalangi pemahaman dan penyelesaian konflik yang baik. Pesan yang disampaikan melalui teriakan seringkali menjadi kabur dan tidak jelas. Ini membuat pesan yang sebenarnya ingin disampaikan dapat lebur dalam kebisingan.

Berteriak pada anak seringkali tidak membawa hasil yang diinginkan dan justru dapat memiliki dampak negatif pada hubungan antara orangtua dan anak. Orangtua perlu memahami akar penyebab kemarahan, belajar cara mengelola emosi, dan menggunakan metode komunikasi yang lebih baik, untuk hasil yang lebih positif dalam membimbing dan mendidik anak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima
EditorPinka Wima
Follow Us