5 Alasan KDRT Tak Memandang Jenis Kelamin, Harus Waspada!

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan salah satu isu panas yang kerap beredar pada pasangan suami istri. Alasannya karena memang KDRT kerap terjadi, namun banyak pasangan yang justru menutupnya erat-erat.
Secara umum, mungkin perempuan yang kerap menjadi korban KDRT. Padahal sebenarnya, baik perempuan dan pria sama-sama berisiko menjadi korban KDRT karena beberapa alasan berikut ini.
1. Gender tak memengaruhi sikap

Gender tidak memengaruhi sikap yang dimiliki, sebab semua itu tergantung pada personality masing-masing. Kamu tidak bisa menyamaratakan semua karakter hanya dari gender yang dimilikinya.
Itulah yang kemudian membuat tindak KDRT bukan hanya rentan dilakukan pria, sebab perempuan pun bisa melakukan hal demikian. Oleh sebab itu, bisa diambil kesimpulan bahwa gender tak memengaruhi masalah ini.
2. Temperamen seseorang bisa berbeda-beda

Penyebab utama dari tindak KDRT sebetulnya karena sifat temperamen yang dimiliki. Sifat temperamen ini juga bisa berbeda pada seseorang.
Pada dasarnya memang wajar jika kamu pernah merasa marah, namun jika sudah sampai tingkat temperamen tentu memberikan sinyal yang buruk. Baik perempuan dan pria sama-sama berisiko memiliki sikap temperamennya tersendiri, sehingga sama-sama dapat melakukan tindak KDRT.
3. Pola asuh memengaruhi

Karakter seseorang biasanya akan sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang dimiliki. Inilah alasan mengapa pola asuh memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan sikap anak hingga dewasa.
Tak peduli perempuan atau pria, jika orangtua menerapkan pola asuh yang keliru maka saa saja. Anak akan tumbuh menjadi sosok yang kasar dan menormalisasi hal-hal berbau kekerasan seperti KDRT.
4. Penyelesaian masalah dari setiap orang yang tak sama

KDRT sebetulnya merupakan perwujudan dari masalah-masalah yang telah tertumpuk, namun kemudian tak bisa diselesaikan dengan baik. Hal ini membutuhkan pertimbangan yang penting, sehingga setiap masalah bisa berakhir tanpa adanya unsur kekerasan.
Semakin matang penyelesaian masalah dari seseorang, maka semakin kecil risiko dari KDRT terjadi. Oleh sebab itu, penting untuk mencari penyelesaian masalah secara bijak, tanpa melibatkan unsur kekerasan di dalamnya.
5. Trauma masa lalu

Trauma masa lalu ternyata menjadi alasan lainnya mengapa seseorang melakukan tindak KDRT. Hal ini semakin didukung apabila pernah melihat orangtua melakukan KDRT di masa lalu.
Dampaknya, semua tindakan tersebut akan terekam dengan baik di kepala dan memungkinkan anak untuk mencontohnya saat dewasa. Itulah mengapa tindak KDRT tak akan melihat gender, sebab semua anak memiliki risiko yang sama.
Ternyata memang KDRT bisa terjadi pada siapa pun, baik perempuan atau pria. Hal ini untuk mencegah adanya standar ganda, sebab memang semua orang bisa berisiko menjadi korbannya. Jangan sampai terjadi hal-hal seperti ini, ya!