Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Pernah Disakiti Jangan Membuatmu Balas Menyakiti Orang Lain

pexels.com/@ibraimleonardo

Selalu ada cerita dibalik sikap atau peristiwa. Boleh jadi perilakunya yang menyakiti disebabkan dahulunya juga pernah tersakiti dengan perilaku yang sama.

Nah, agar hal tersebut tak jadi lingkaran setan, inilah alasan kenapa saat kamu disakiti, janganlah membuatmu merasa berhak untuk balas menyakiti orang lain. Yuk, kita cek sama-sama apa saja alasan tersebut.

1. Yang kamu sakiti gak bersalah sama sekali

unsplash.com/@walre037

Ketika dulu kamu pernah terluka karena dikhianati pasangan, bukan berarti jadi pembenaran untuk melakukan hal yang sama pada pasangan barumu. Itu gak adil baginya. Mengapa harus dia yang menanggung kesalahan orang lain. Padahal bukan dia yang telah bersalah menorehkan luka dalam hatimu itu.

Ketika kamu melakukan hal tersebut, maka kamu gak berbeda dengan pasanganmu yang dulu. Yakin, kamu mau disamakan dengannya yang sudah terbukti gak bisa dipercaya karena telah melakukan pengkhianatan?

2. Hidup jadi gak damai

pexels.com/@yogendras31

Dengan membalas perilaku orang yang gak baik padamu kepada orang lain, menunjukkan bahwa lukamu itu belum sembuh. Sehingga terus membayang-bayangi dan menyebabkanmu sulit untuk menemukan kedamaian hakiki.

Jangan biarkan orang yang gak baik mengambil kendali hidupmu, dengan membuatmu selalu ingat perbuatannya, sampai-sampai timbul hasrat untuk membalas perbuatannya pada orang lain. Relakah, melihat orang yang dulu melukai sudah move on dengan hidupnya, sementara lukamu itu masih tetap tinggal dan buatmu gak bahagia?

3. Menghindarimu dari rasa bersalah

pexels.com/@elizaveta-dushechkina-2099536

Walaupun kamu bisa menciptakan beribu alasan kenapa kamu berhak dan layak membalas luka hatimu, nurani gak bisa bohong. Keputusanmu untuk melukai orang lain, akan membuatmu diliputi rasa bersalah.

Jika ini terus berlangsung, sampai kapan pun kamu gak akan bahagia. Rasa sakit yang dulu pernah menerpa, terus-menerus mendikte langkah hidupmu.

4. 'Bunuh' dengan kebaikan

unsplash.com/@seteph

Bila orang menyakiti, gak perlu membalas mereka lagi, apalagi sampai melakukan hal yang sama pada orang yang gak bersalah. Justru bunuhlah sikap buruk mereka dengan kebaikan hatimu. Jangan biarkan apa yang mereka perbuat mengubahmu menjadi orang jahat dan berperangai keras sehingga malah dijauhi orang-orang baik.

5. Membuatmu sama jahatnya seperti orang yang sudah melukaimu

pixabay.com/448271

Pernah di-bully saat masih sekolah dulu, membuatmu seperti gak rela melihat orang lain bahagia. Kemudian, kamu pun mengikuti jejak langkah orang-orang yang dulu pernah mem-bully.

Harusnya, karena kamu tahu sendiri bagaimana rasanya harga diri diinjak-injak dan disakiti karena kamu lebih muda atau masih junior, atau karena statusmu bukan anak orang kaya, membuatmu gak ingin ada orang lain yang juga alami hal yang sama. Bukan malah membuatmu sama jahatnya dengan mereka.

Tiap orang bisa bahagia, kok! Kuota untuk bahagia itu gak terbatas. Orang lain bahagia, bukan berarti mengambil jatah kebahagiaanmu. Kamu pun bisa temukan kedamaian dan rasa bahagia itu dengan caramu sendiri. Jadi, gak usah iri, bahkan sampai menjerumuskanmu pada perbuatan tak terpuji.

Dengan menjadikan poin di atas sebagai pertimbangan untuk mengurungkan niatmu berbuat hal yang sama buruknya, semoga gak hanya kehidupanmu saja yang bahagia, tapi kita akan melihat dunia ini lebih baik lagi karena diisi oleh orang-orang seperti kamu. Memilih memaafkan dan move on!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Robertus Ari
EditorRobertus Ari
Follow Us