Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Tumbuh dewasa sebagai anak tunggal bisa menjadi pengalaman yang unik dan memberikan dampak psikologis yang signifikan. Tanpa saudara kandung untuk berinteraksi secara teratur, anak tunggal sering kali mengembangkan keterampilan sosial yang berbeda dan cara pandang yang unik tentang dunia.
Meskipun ada banyak keuntungan yang datang dengan tumbuh dewasa sebagai anak tunggal, tapi ada juga dampak psikologis yang signifikan yang perlu dipertimbangkan. Berikut lima dampak psikologis dari tumbuh dewasa sebagai anak tunggal.
1. Ketergantungan emosional terhadap orangtua
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Kampus Production) Anak tunggal cenderung lebih dekat dengan orangtua mereka daripada anak-anak yang memiliki saudara kandung. Sebab, mereka tidak memiliki saudara untuk berbagi perhatian, anak tunggal sering kali mengembangkan ketergantungan emosional yang lebih kuat terhadap orangtua mereka.
Ketergantungan emosional ini dapat menyebabkan anak tunggal mengalami kesulitan dalam memisahkan diri dari orangtua mereka saat dewasa. Hal ini dapat mempengaruhi keputusan-keputusan besar dalam hidup mereka, seperti memilih pasangan hidup atau pindah ke kota yang berbeda.
Baca Juga: 5 Fakta Underrated tentang Anak Tunggal Dewasa yang Jarang Diketahui
2. Kesulitan dalam berinteraksi sosial
ilustrasi pertemanan (pexels.com/Afta Putta Gunawan) Sebab, tidak memiliki saudara kandung untuk berinteraksi secara teratur, anak tunggal mungkin mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan orang lain. Mereka mungkin memiliki keterampilan sosial yang kurang berkembang. Mereka juga bisa saja cenderung merasa canggung dalam situasi sosial yang baru.
Keterampilan sosial yang kurang berkembang ini dapat mempengaruhi kinerja mereka dalam situasi pekerjaan dan interaksi sosial yang kompleks. Anak tunggal perlu belajar, bagaimana berinteraksi dengan orang lain dan mengembangkan keterampilan sosial yang kuat, agar dapat berhasil dalam kehidupan dewasa.
3. Kecenderungan perfeksionis
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
ilustrasi bercermin (pexels.com/JESSICA TICOZZELLI) Anak tunggal cenderung menerima perhatian dan pujian lebih dari orangtua mereka daripada anak-anak yang memiliki saudara kandung. Hal ini dapat menyebabkan anak tunggal merasa perlu untuk mencapai standar yang sangat tinggi dalam segala hal yang mereka lakukan.
Kecenderungan untuk menjadi perfeksionis dapat menyebabkan anak tunggal mengalami stres dan kecemasan yang berlebihan. Mereka mungkin merasa tidak mampu mencapai standar yang telah ditetapkan dan cenderung menunda tindakan karena takut gagal.
4. Kesulitan menjalin hubungan romantis
ilustrasi pasangan bergandengan tangan (pexels.com/Asad Photo Maldives) Anak tunggal mungkin mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan romantis, karena mereka tidak terbiasa berbagi perhatian dengan orang lain. Mereka cenderung merasa canggung dalam situasi kencan, serta dapat mengalami kesulitan dalam membentuk ikatan emosional yang kuat dengan pasangan mereka.
Mereka perlu belajar bagaimana membuka diri pada orang lain dan membangun keterampilan sosial yang kuat, agar dapat membentuk hubungan yang sehat dan bahagia. Membangun keterampilan sosial yang kuat dapat membantu anak tunggal untuk memahami dan mengelola emosi mereka, belajar berkomunikasi dengan efektif, dan membangun hubungan yang kuat dengan orang lain.
Baca Juga: 6 Keistimewaan dalam Hubungan Anak Tunggal dengan Orangtua Tunggal