TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Anak Susah Diatur? Coba Tanyakan dan Koreksi 5 Sikap Orangtua Ini! 

Ada alasan di setiap perilaku anak yang susah diatur

Pexels/August de Richelieu

Pada dasarnya anak seperti kertas putih, bagaimana kertas itu berisi coretan dipengaruhi dari lingkungannya, terutama orangtua. Pengalaman, kenangan, hubungan dengan orangtua dan keluarga lainnya memiliki peran dalam mengisi kekosongan kertas tersebut.

Anak adalah manusia baru yang belum mengerti apa pun sehingga mereka belajar dari orangtua yang menghabiskan banyak waktu bersama mereka. Ketika anak bersikap semaunya dan susah diatur, berarti ada pertanyaan dan koreksi dari sikap orangtua terhadap anaknya. Coba jawablah 5 pertanyaan ini.

1. Sudahkah menjalankan komunikasi dua arah? 

cafemom.com

Bukan berarti anak belum mengetahui banyak hal di dunia, membuat orangtua semaunya mengatur atas segala kegiatan anaknya. Komunikasi pun menjadi satu arah, yakni orangtua menyuruh anak melakukan suatu hal tanpa peduli anak mau melakukannya atau tidak. Hal ini akan membuat anak tidak inisiatif karena selalu didikte. Selain itu, anak tidak memiliki peluang suara menyampaikan keinginannya.

Baiknya komunikasi dua arah dilakukan antara orangtua dan anak, yakni dengan mengajak anak melakukan sesuatu dan meminta persetujuan anak sehingga anak merasa senang melakukan dan tidak terbebani. Ketika anak merasa terkekang atas aturan orangtua, maka anak menjadi pribadi yang berontak sehingga akan sulit menerima perintah orangtuanya. Cara berkomunikasi dengan anak pun ada seninya, sehingga orangtua harus kreatif dalam memberikan nasihatnya. 

2. Apakah orangtua sudah memberikan teladan sebelum memerintah?

Pexels/Gustavo Fring

Anak adalah produk dari perilaku orangtuanya, karena anak melihat orangtua sebagai role model sehingga meniru segala gerak-geriknya. Jika anak mudah marah, coba tanyakan apakah orangtua juga langsung marah ketika anaknya berbuat kesalahan? Jika anak tidak langsung merespon perintah orangtua, apakah orangtua sudah merespon dengan baik ketika dipanggil anak maupun ketika anak menyampaikan keinginannya? Pada intinya ketika anak bersikap tidak manis, koreksi diri apakah orangtua sudah mencontohkan perilaku demikian tanpa disadari?

Baca Juga: 5 Cara Mendidik Anak agar Jadi Sosok yang Gentle & Bertanggung Jawab

3. Apakah orangtua sudah memahami karakter dan kemampuan anaknya dengan baik? 

Pexels/Andrea Piacquadio

Setiap anak memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda. Ada yang menyukai seni sehingga suka mencoret-coret tembok, ada yang mandiri mau melakukan apa pun sendiri, pun ada anak yang butuh waktu lama beradaptasi dengan teman sebayanya.

Orangtua yang tidak memahami anaknya akan marah ketika anaknya mengotori dinding bukannya memfasilitasi media untuk menggambar. Maka tugas orangtua untuk terus mengikuti perkembangan anaknya dengan baik sehingga dapat menyikapi perilaku anak dengan bijak.

4. Sudahkah orangtua mengendalikan ego dan emosi ketika berhadapan dengan anak? 

Pexels/Gustavo Fring

Mendidik anak haruslah menyesuaikan nilai yang akan kita terapkan dengan kemampuan anak dalam menerimanya. Namun banyak kasus orangtua bukanlah mendidik anak namun justru menghardiknya. Tanpa disadari ketika orangtua memarahi anak karena kesalahannya, tidaklah akan membuat anak belajar dari kesalahan. Namun anak mengembangkan rasa takut pada orangtua, sehingga anak mengikuti arahan dengan terpaksa tanpa mengetahui tujuan di baliknya.

Ketika orang tua mampu mengendalikan ego dan emosi agar anak terarah sesuai kemauan kita, maka anak juga akan belajar banyak hal. Selain belajar dari kesalahannya untuk diperbaiki, ia juga belajar bagaimana mengelola emosi dengan baik.

Baca Juga: 5 Cara yang Benar Dalam Mendidik Anak Agar Cinta & Peduli pada Hewan 

Verified Writer

Hesti Mahmudah

Belajar meracik kata-kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya