TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Persiapan Emosional sebelum Menjadi Seorang Ayah, Wajib Dilakukan!

Ayah juga harus terlibat aktif dalam parenting

ilustrasi kedekatan ayah dan anak (unsplash.com/Nathan Dumlao)

Selain persiapan fisik dan finansial, seorang laki-laki juga harus mempersiapkan aspek emosional sebelum menjadi ayah. Pasalnya, menjalankan peran sebagai ayah bukan hal yang mudah. Merawat anak dan membesarkannya memerlukan kematangan mental dan emosional.

Dengan regulasi emosi yang lebih matang, ayah dapat turut mendukung perkembangan si kecil agar lebih optimal. Dengan demikian, anak bisa mencapai potensi maksimalnya di masa mendatang. Untuk itu, catat persiapan emosional yang harus dilakukan calon ayah berikut ini, ya!

1. Kelola ekspektasi

ilustrasi ayah dan anak (pexels.com/Helena Lopes)

Ketika menantikan buah hati lahir di tengah keluarga, calon orangtua merasa excited dan gak sabar untuk segera menyambut malaikat kecilnya. Semua bayangan indah tentang si kecil sudah memenuhi isi kepala. Rencana menyenangkan bersama buah hati juga mulai terangkai dalam pikiran.

Sayangnya, realitas merawat anak sering kali berbanding terbalik dengan yang dibayangkan. Menjadi seorang ayah akan penuh dengan kejutan. Berbagai macam emosi akan dirasakan sehingga perasaan jadi campur aduk. Karenanya, mengelola ekspektasi tentang menjadi ayah diperlukan agar siap menghadapi realitas yang ada.

Baca Juga: Mengenal Lebih dalam Reflective Parenting, Coba Terapkan Yuk!

2. Jangan memaksa diri untuk menjadi ayah yang sempurna

ilustrasi ayah membacakan dongeng (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Setiap ayah pasti ingin menjadi yang terbaik untuk putra-putrinya. Namun perasaan ini kerap mengarah pada sikap perfeksionis yang gak jarang membuat ayah terlalu keras terhadap dirinya sendiri.

Ketika dinilai gagal menjadi sosok yang dibayangkan, ayah cenderung menyalahkan dirinya. Padahal, it's okay untuk melakukan kesalahan ketika menjadi seorang ayah. Gak ada manusia yang luput dari kesalahan.

Gak apa-apa kok kalau mau mengusahakan yang terbaik untuk anak. Namun yang perlu diingat, gak semua hal harus berjalan sempurna dan sesuai harapan. Jadi, jangan terlalu memaksa atau menuntut kesempurnaan diri, ya!

3. Bangun ikatan emosional yang erat dengan pasangan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Amina Filkins)

Ayah gak sendirian saat menjalani perannya. Dalam rumah tangga, peran pengasuhan anak memang gak bisa dilakukan seorang diri. Ini merupakan tugas bersama, sehingga dibutuhkan kerja sama yang baik untuk mengembannya.

Untuk itu, membangun ikatan emosional yang erat bersama pasangan menjadi hal yang sangat esensial. Bersama istri tercinta, segalanya tentu akan terasa lebih ringan. Sesulit apa pun keadaannya, semua jadi bisa dihadapi bersama. 

4. Riset dan diskusi dengan pasangan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Kepiawaian merawat dan membesarkan anak gak didapatkan begitu saja. Kemampuan parenting harus dipelajari bahkan sejak jauh-jauh hari. Sebab, pengasuhan anak akan penuh dengan hal mengejutkan dan tantangan. Setiap langkah yang diambil orangtua bisa berdampak pada perkembangan si kecil, sehingga harus diperhatikan dengan baik.

Untuk itu, riset mengenai parenting harus dilakukan sebelum buah hati hadir di tengah keluarga. Pahamilah lika-liku menjadi orangtua dan selalu diskusikan dengan pasangan terkait metode parenting yang akan dijalankan untuk merawat anak.

Baca Juga: 4 Tipe Gaya Parenting yang Pengaruhi Perkembangan Anak

Verified Writer

Nadhifa Aulia Arnesya

There's art in (art)icle. Hence, writing an article equals to creating an art.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya