TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tips Ajarkan Konsekuensi pada Anak agar Disiplin, Gak Perlu Mukul!  

Bentuk karakter anak yang bertanggung jawab!

ilustrasi ibu menasehati anaknya (pexels.com/Ron Lach)

Sebagai orangtua kamu mungkin memiliki anak yang sering bertingkah hingga menguji kesabaranmu. Hal tersebut wajar saja, karena dia belum bisa membedakan mana perbuatan yang baik dan buruk. Namun, agar perilaku tersebut gak terus berlanjut sampai ia dewasa, sebagai orangtua kamu harus bisa mengajarkannya perihal konsekuensi.

Mengajarkan konsekuensi dengan cara yang tepat akan membuat anak paham dan selalu mengingat bahwa, perilaku buruk akan memberikan dampak yang gak menyenangkan. Hal tersebut juga akan turut membentuk karakter tanggung jawab pada anak. Cara-cara di bawah ini bisa kamu coba praktikkan ke anak untuk mengajarkannya tentang konsekuensi, yuk simak!

1. Tetapkan konsekuensi yang jelas   

ilustrasi ibu berbicara kepada anaknya (pexels.com/Keira Burton)

Memberikan konsekuensi terhadap kesalahan anak harus diungkapkan secara jelas. Mengatakan, “kamu gak boleh main sampai besok” merupakan sesuatu yang kurang tepat. Karena, anak akan menganggap bahwa itu hanya sebatas main-main, dan besok semua kembali normal. 

Dilansir dari Verywellfamily, Amy Morin, LSCW, seorang psikoterapis menyebutkan bahwa, tindakan tersebut akan membuat anak berpikir segala sesuatu akan segera berakhir. Sebaiknya, selain memberikan durasi, kamu juga harus menetapkan sesuatu yang harus anak selesaikan.

Morin memberikan tips, sebaiknya mengatakan, “kamu bisa mendapatkan ponselmu kembali selama satu jam setelah pekerjaan rumahmu selesai.” Sehingga, selain kamu memberikan waktu, kamu juga memberikan alasan kenapa dia sampai harus diberi hukuman.

2. Pembelajaran konsekuensi untuk anak di bawah 3 tahun

ilustrasi ibu bersama anak usia 3 tahun (pexels.com/ketut Subiyanto)

Mengajarkan konsekuensi kepada anak gak bisa disamaratakan. Kamu harus pahami dulu karakter dan tumbuh kembang anakmu. Morin menjelaskan bahwa, untuk anak di bawah 3 tahun ketika ia melanggar aturan, ingatkan dan beri tahu bahwa jika hal tersebut terulang, maka kamu akan mendiamkannya.

Memberikan pembelajaran konsekuensi terhadap anak di bawah 3 tahun, berarti kamu harus siap untuk menindaklanjuti jika ia gak patuh. Morin menambahkan jika anakmu melakukan hal yang sama meskipun telah diberi konsekuensi, sebaiknya singkirkan ia dari situasi serupa untuk jangka waktu tertentu sampai ia bisa paham mengenai tindakannya.

Baca Juga: 5 Penyebab Orangtua Menjadi Helicopter Parent, Tuntutan Sosial?

3. Beri perhatian positif  

ilustrasi ibu perhatian (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Mengajarkan terkait konsekuensi gak selalu harus memberikan anak hukuman atas kesalahan yang dibuat. Kamu juga perlu menciptakan hubungan yang positif. Morin mengemukakan bahwa, secara gak langsung hal tersebut akan membuat anak bisa patuh dan lebih disiplin. Sehingga, ketika kamu menyampaikan terkait konsekuensi akan berjalan lebih efektif.

“Semakin banyak kamu memberikan perhatian dan waktu dengan anak, maka akan lebih sedikit waktu yang dihabiskan anak untuk melakukan sesuatu yang buruk,” tuturnya.

Intinya adalah, pada momen tersebut kamu bisa melakukan kegiatan yang menyenangkan bersama dengan anakmu agar dapat tercipta hubungan yang semakin kuat. Dengan begitu, anak jadi bisa lebih paham dan menerima ketika kamu menjelaskan terkait konsekuensi yang akan didapatkan sewaktu-waktu jika ia melanggar aturan.

4. Buat konsekuensi yang bertujuan untuk mengubah perilaku buruk anak  

ilustrasi ibu mengajarkan anaknya (pexels.com/Alex Green)

Konsekuensi diberikan kepada anak agar ia bisa paham terkait kesalahannya dan lebih bertanggung jawab akan hal-hal yang dilakukannya. Dikutip dari Empoweringparents, James Lehman, MSW, seorang penulis topik permasalahan perilaku, menyebutkan bahwa konsekuensi berarti memberikan pengarahan kepada anakmu untuk bisa memperbaiki sikapnya.

Untuk bisa merubah perilaku buruk tersebut gak bisa dilakukan dengan waktu yang instan. Artinya, berikan konsekuensi secara bertahap. Misalnya, ketika anakmu enggan untuk membereskan kamarnya, maka berikan konsekuensi bahwa kamu juga gak akan membantu membersihkannya. Kemudian, jika ia mulai mencoba untuk membersihkan kamarkan kamu bisa mulai bantu dia hingga akhirnya, ia terbiasa untuk melakukannya sendirian.

Baca Juga: 5 Persiapan Penting Orangtua Ketika Bayi Berumur 7 Bulan, Wajib Tahu!

Verified Writer

Nurkorida Aeni

Mari berteman!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya