TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Kenapa Anak Tidak Bisa Menjadi Investasi bagi Orangtuanya

Jangan menambah beban anakmu di masa depan nanti

pexels.com/Gustavo Fring

Di zaman sekarang yang semuanya serba mahal, mulai dari pendidikan anak, pakaian anak dan biaya gizi untuk anak, tidak menutup kemungkinan orangtua akan berpikir bahwa anaknya kelak harus membayar semuanya dengan dalih balas budi. 

Hal itulah yang dinamakan bahwa anak adalah investasi masa depan orangtua yang berharga. Padahal, sebenarnya anak itu bukanlah investasi bagi orangtuanya. 

Beberapa hal di bawah ini bisa jadi alasan kenapa anak tidak bisa dijadikan sebagai investasi yang berharga. Simak dengan seksama, ya! 

1. Anak akan merasa tertekan oleh beban yang ia pikul

pexels.com/Min An

Perlu orangtua ketahui, bahwa anak tidak pernah meminta untuk dilahirkan. Namun, orangtualah yang menginginkan kehadiran anak dalam rumah tangganya. Oleh karena itu, segala bentuk biaya sandang, pangan dan papan adalah kewajiban orangtua dan anak punya hak untuk mendapatkan semua itu. 

Ketika orangtua punya mindset bahwa anak adalah investasi yang berharga bagi mereka, maka psikologi anak akan tertekan. Anak punya beban yang cukup berat untuk dipikul dan harus menjalani hidup sesuai dengan apa yang di harapan orangtuanya.

Jika tidak, dia adalah anak yang tidak dapat membanggakan dan membalas kebaikan orangtuanya, dengan kata lain anak akan tahu bahwa orangtuanya tidak benar-benar tulus membiaya segala kehidupannya. 

Baca Juga: 5 Nasihat dari Orangtua yang Sering Dilupakan Ketika Beranjak Dewasa

2. Anak punya kehidupannya sendiri untuk diatur sendiri

unsplash.com/William VanBuskirk

Orangtua harus tahu, bahwa hidup anak bukan hanya untuk memenuhi keinginan orangtua saja. Anak punya kehidupan dan dunianya sendiri.

Sebagai orangtua, kita tak boleh mengatur anak agar menuruti segala hal yang direncanakan untuknya. Menyuruhnya untuk menjadi sosok yang diinginkan dengan memilihkannya sekolah, jurusan hingga profesi yang nantinya anak jalani. 

Mungkin orangtua punya maksud yang baik bagi anaknya agar bisa sukses dan berkecukupan dalam hidup. Namun, sekali lagi anak punya kehidupannya sendiri. Dia punya hak untuk memilih dan menolak keinginan orangtuanya, sebab yang menjalani hidup adalah dirinya, bukan orangtuanya. 

3. Tidak semua anak bisa sampai pada ekspektasi orangtuanya

unsplash.com/Loly Gelina

Orangtua mungkin akan merasa bahagia saat anaknya bisa memenuhi segala keinginan dan ekspektasinya dari dulu. Namun, perlu diketahui, tidak semua anak bisa sampai pada tahap ekspektasi orangtuanya, yakni bisa sukses dan memenuhi segala keinginan orangtua secara materi. 

Setiap anak punya kesuksesannya sendiri dan kapan waktunya mereka untuk bisa sukses. Tidak ada anak yang tidak ingin membahagiakan orangtuanya. Semua pasti punya keinginan seperti itu, tapi dilakukan dengan cara yang berbeda-beda dan tidak selalu sesuai dengan keinginan orangtua. 

4. Agar terhindar dari keterpaksaan balasan budi anak saat orangtuanya telah berumur lanjut

pexels.com/Elly Fairytale

Ketika usia sudah mulai menua dan berumur lanjut, sebagai orangtua pasti ingin agar anaknya mengurus dan menyayangi dengan sepenuh hati tanpa adanya paksaan dengan dalih ingin balas budi. Agar hal tersebut tidak terjadi pada orangtua manapun di dunia, maka perlu kita memperlakukan anak dengan cinta dan kasih sayang sepenuh hati, tanpa memandang bahwa anak sebagai investasi bagi mereka.

Dengan bersikap tidak menjadikan anak investasi, maka anak pun akan mencintai dan menyayangi orangtuanya sebagai sangat tulus. Tidak ada embel-embel balas budi bila mana orangtuanya sakit di hari tua nanti dan butuh anak untuk mengurusnya. 

Baca Juga: 5 Situs Gratis untuk Membantu Orangtua Belajar Bersama Anak Selama WFH

Verified Writer

P U T R I

Yuk menulis lagi!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya