TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penting, Ini 5 Tips agar Tetap Produktif dan Sehat Mental saat WFH

Artikel khusus buat orangtua yang super sibuk saat WFH

IDN Times/Rizka Yulita

Saat bekerja dari rumah, rasanya kesibukan justru jadi semakin padat ya? Selain harus fokus mengerjakan tugas kantor, para orang tua pun harus mendampingi anak-anak mereka untuk melakukan sekolah online.

Menanggapi fenomena tersebut Allianz Indonesia mengadakan webinar dengan tema mengelola waktu saat WFH sambil mendampingi anak yang sekolah dari rumah. Webinar ini diadakan pada Kamis (24/9/2020) pukul 14.00 WIB.

Kalau kamu mau tahu lebih lengkap pembahasan webinarnya, langsung simak artikel berikut ini!

1. Konsep "work-life integration", di mana pekerjaan kantor dan urusan rumah tangga terintegrasi dalam satu waktu

Dok. Allianz

Karin Zulkarnaen selaku Chief Marketing Officer Allianz Life Indonesia membagikan pengalaman WFH-nya sendiri.

"Waktu awal WFH aku setiap pagi rebutan iPad dengan anak, karena dia harus buka kamera selama sekolah online," ujarnya sambil tertawa.

Pada hari pembagian rapot, ia dikejutkan dengan nilai partisipasi anaknya yang rendah.

Dari sana, Karin sadar bahwa sistem pembelajaran online adalah sebuah konsep baru yang juga harus ia pelajari. Ia mengatakan,

"Sekarang udah gak rebutan lagi dan kita punya area masing-masing di rumah. Dia juga dipaksa lebih mandiri, teratur, dan senangnya kita punya family time".

Menurut Tara de Thouars selaku psikolog klinis, situasi pandemik ini adalah hal yang berat untuk setiap orang. Pasalnya, kebanyakan orang harus melakukan pembagian peran dalam satu waktu. Ia mengatakan, 

"Dulu kita dengar istilah 'work-life balance', tapi sekarang itu susah dilakukan. Sekarang istilahnya ganti jadi 'work-life integration' deh".

2. Terdapat enam tanda saat kita stres, coba cek apakah kamu mengalaminya?

Dok. Allianz

Tara menuturkan bahwa ada enam tanda saat kita sedang stres. Yang pertama adalah emosi yang meledak-ledak.

"Kita harus evaluasi diri tentang kondisi kita. Apakah kita jadi lebih emosional? Banyak ibu yang cerita ke saya bahwa mereka jadi lebih mudah marah," ujarnya.

Tanda lainnya adalah merasa lebih gampang kesal atau sensitif. Hal ini biasanya terjadi ketika sebuah rencana gak berjalan dengan mulus. Lalu, ada juga orang-orang yang menjadi sulit untuk fokus dan konsentrasi.

Penyebab sulit fokus ini juga bisa disebabkan oleh rasa kelelahan ekstra yang merupakan tanda lainnya. Saat merasa lelah, kita pun jadi merasa sulit menikmati hal-hal kecil yang dulunya membuat kita bahagia.

"Bisa juga kita lihat dari kondisi fisik kita. Apakah tegang terus? Apakah alergi kambuh atau asam lambung kumat? Itu harus dicek," pungkas Tara menyebutkan tanda stres yang terakhir.

Baca Juga: Kamu Kerja dari Rumah alias WFH? Waspadai Computer Vision Syndrome

3. Penyebab stres bisa datang dari tingginya ekspektasi kita yang gak bisa jadi realita

pexels.com/@ketut-subiyanto

Selain itu, Tara pun mengatakan bahwa ada tiga macam penyebab stres yang umumnya terjadi pada orangtua yang WFH. Penyebab yang pertama adalah tingginya ekspektasi kepada diri sendiri, sebab kebanyakan orangtua merasa ingin jadi sosok yang sempurna.

"Situasi stres akan terjadi kalau kita punya ekspektasi tertentu, tapi gak bisa terealisasi. Kita berekspektasi kepada diri kita sendiri untuk melakukan segalanya dengan baik," katanya.

Yang kedua adalah urusan kantor yang sulit dikontrol. Karena ada banyak pegawai yang merasa gak lagi ada patokan waktu bekerja seperti saat WFO (work from office) dahulu.

Lalu, penyebab yang terakhir adalah ekspektasi orangtua terhadap anak-anaknya. Tara menuturkan,

"Kita mau mereka (anak-anak) bisa meringankan beban kita. Inginnya sih mereka cepat ngerti dan mandiri, biar kita gak ribet urus perintilannya".

Tara pun berpesan agar orangtua berlapang dada dan menyadari bahwa kondisi anak berbeda-beda dan mungkin gak seperti ekspektasi kita.

4. Akar masalah yang lebih dalam adalah rasa insecurity

pexels.com/@tatianasyrikova

"Dalam situasi WFH ini, ada ketakutan untuk jadi ibu yang buruk dan gagal di pekerjaan. Ketakutan-ketakutan ini yang memancing emosi kita jadi lebih intens," ujar Tara.

Ia pun menjabarkan bahwa ada berbagai jenis rasa insecurity, di antaranya adalah: (1) Self esteem / defectiveness ; (2) Guilt / Rasa bersalah ; (3) Safety / Vulnerability ; (4) Control / Choice.

Selain itu ada beragam reaksi yang manusia berikan ketika perasaan insecure itu muncul. Jika diibaratkan menjadi binatang, tiga reaksi tersebut adalah:

  1. Harimau (Mereka merasa powerful dan akan merespon dengan melawan dan marah-marah. Ini biasa dilakukan orangtua kepada anaknya karena merasa posisinya lebih dominan),
  2. Kelinci (Mereka akan kabur saat stress, karena merasa gak punya proteksi tapi mampu kabur dengan cepat. Biasanya, dilakukan seorang pegawai kepada atasannya),
  3. Kura-kura (Mereka akan diam dan blank ketika sedang kalut).

Baca Juga: Cara Menjalani WFH Berdasarkan Zodiak, Siapa Paling Produktif?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya