7 Tantangan Orangtua dari Anak Disabilitas, Tegak Melawan Stigma

Cenderung memedulikan anak daripada diri sendiri

Menjadi orangtua adalah tantangan bagi semua keluarga. Akan tetapi, membesarkan anak penyandang disabilitas adalah pengalaman lain yang bisa terasa berat. Orangtua mungkin menghadapi perasaan cemas, khawatir, dan merasa bersalah atas kondisi anak mereka. Pada akhirnya, ini bisa memengaruhi kondisi psikologis, lho.

Orangtua harus beradaptasi dengan perubahan signifikan yang membuat mereka mengerahkan perhatian untuk anak. Tidak hanya itu, berikut tujuh tantangan lain orangtua dari anak disabilitas yang telah dirangkum dari Journal of Advance Nursing, American Advocacy Group, dan Psychology. Ketahanan mentalnya diuji banget!

1. Akses terbatas dan keterjangkauan pelayanan kesehatan

7 Tantangan Orangtua dari Anak Disabilitas, Tegak Melawan Stigmailustrasi pemeriksaan kesehatan anak (freepik.com/freepik)

Memastikan anak mendapatkan perawatan medis dan terapi yang sesuai merupakan pekerjaan yang memakan waktu dan energi. Orangtua harus berjuang mendapatkan akses ke spesialis medis yang kompeten. Ini bisa menjadi lebih sulit jika tinggal di daerah terpencil yang mengharuskan mereka menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan layanan kesehatan. 

Keterjangkauan juga menjadi isu penting, terutama ketika perawatan kesehatan yang diperlukan tidak sepenuhnya ditanggung oleh asuransi kesehatan. Pada banyak kasus, hal ini menjadi penyebab anak penyandang disabilitas tidak mendapatkan perawatan yang memadai. Tantangan ini menyebabkan beban emosional bagi orangtua karena harus memutar otak demi pemulihan kondisi anak. 

2. Dilema menentukan program pendidikan untuk anak

7 Tantangan Orangtua dari Anak Disabilitas, Tegak Melawan Stigmailustrasi home schooling (freepik.com/freepik)

Pendidikan merupakan aspek penting dalam kehidupan, termasuk bagi anak penyandang disabilitas. Setiap anak memiliki hak untuk menerima pendidikan yang layak tanpa diskriminasi. Sayangnya, ini adalah tantangan berat bagi orangtua mengingat tidak semua sekolah bisa menerima anak disabilitas. Orangtua harus menemukan sekolah atau program pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan khusus anak mereka. 

Tidak hanya itu, banyak hal lain yang menjadi pertimbangan orangtua, seperti fasilitas pendukung, lingkungan pertemanan, program pendidikan, dan lainnya. Banyak orangtua memilih homeschooling untuk anak mereka. Akan tetapi ada pula yang merasa bahwa anak jadi tidak bisa bersosialisasi dan sulit berkembang jika hanya belajar dari rumah. Sebaliknya, perasaan takut anak dicaci oleh lingkungan mungkin muncul jika mempertimbangkan sekolah umum. Ini menyebabkan dilema bagi orangtua.

3. Melawan diskriminasi di masyarakat

7 Tantangan Orangtua dari Anak Disabilitas, Tegak Melawan Stigmailustrasi tidak punya teman (freepik.com/freepik)

Anak-anak disabilitas dan orangtua sering menghadapi stereotip negatif dari masyarakat. Pandangan merendahkan dan diskriminasi bagaikan santapan sehari-hari yang mereka terima dari lingkungan sosial. Bagi orangtua dan anak, ini dapat merusak harga diri dan membatasi ruang anak mengeksplorasi dunia. Perasaan marah, frustrasi, dan sedih juga kerap kali muncul ketika mereka mendapatkan perlakuan tidak adil.

Hal ini membuat orangtua harus siap pasang badan untuk melindungi anak mereka. Mereka  berjuang mendapatkan keadilan untuk anak, baik di lingkungan pendidikan, perawatan kesehatan, maupun masyarakat. Selain itu, orangtua dapat melawan diskriminasi dengan melibatkan peran organisasi advokasi atau kelompok masyarakat yang mendukung hak-hak anak penyandang disabilitas. Upaya ini membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu ini, sehingga anak memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang mendukung. 

Baca Juga: 5 Tips Penting untuk Orangtua yang Memiliki Anak Disabilitas

4. Beban finansial yang berat

dm-player
7 Tantangan Orangtua dari Anak Disabilitas, Tegak Melawan Stigmailustrasi beban finansial (freepik.com/tirachardz)

Beban finansial adalah masalah yang sering muncul ketika membesarkan anak penyandang disabilitas. Belum lagi jika orangtua memutuskan berhenti bekerja untuk fokus pada perawatan anak. Tentu hal ini berdampak buruk pada kondisi keuangan keluarga. Bukan hanya kebutuhan sehari-hari yang mereka tanggung, tetapi juga biaya pengobatan, terapi, dan peralatan khusus yang diperlukan anak. Beban ini makin berat terutama jika keluarga tidak memiliki asuransi kesehatan yang memadai atau dukungan keuangan eksternal. 

Solusi untuk masalah ini adalah mencari bantuan dari berbagai sumber, seperti program pemerintah, yayasan khusus, atau dukungan dari orang terdekat untuk meringankan keuangan keluarga. Perencanaan keuangan yang cermat juga dapat membantu dalam mengatasi tantangan ini dan memastikan bahwa anak-anak dengan disabilitas tetap mendapatkan perawatan yang mereka butuh kan tanpa harus mengorbankan kestabilan keuangan. Jangan lupa untuk mencatat keuangan dan mempersiapkan dana darurat untuk menghindari kejadian yang tidak terduga. 

5. Kekhawatiran akan masa depan anak

7 Tantangan Orangtua dari Anak Disabilitas, Tegak Melawan Stigmailustrasi orangtua dan anak disabilitas (freepik.com/freepik)

Mendapatkan takdir yang tidak direncanakan membuat orangtua berpikir apa yang akan terjadi pada anak di masa depan. Pertanyaan seperti, bisakah anak tumbuh mandiri tanpa mereka, bisakah anak diterima lingkungan sosial, apakah keuangan mencukupi untuk perawatan, dan berbagai kekalutan lain silih berganti memenuhi pikiran. Orangtua menjadi cemas dan terbebani ketidakpastian tersebut. 

Tekanan emosional ini sebaiknya tidak orangtua pendam seorang diri. Mereka dapat mencari solusi jangka panjang melalui bantuan professional atau orang terdekat. Hal-hal seperti mempersiapkan warisan, membuat rencana perawatan, melatih anak mandiri, serta mencari kelompok dukungan dapat menjadi cara untuk mengatasi kekhawatiran akan masa depan anak. Dengan begitu, orangtua dapat mempersiapkan anak menghadapi hari esok dengan lebih baik. 

6. Kesulitan memahami perilaku dan emosi anak

7 Tantangan Orangtua dari Anak Disabilitas, Tegak Melawan Stigmailustrasi orangtua dan anak disabilitas (pexels.com/Kampus Production)

Beberapa kondisi disabilitas dapat membuat anak sulit mengekspresikan kata dan emosi yang dirasakan, atau justru berlebihan dalam mengungkapkannya. Oleh karena itu, orangtua merasa bingung untuk memahami apa yang anak rasakan dan butuhkan. Tantangan ini menjadi pemicu stres karena merasa gagal memahami anak. 

Orangtua dapat mencari cara untuk membantu mereka memahami perilaku dan emosi anak dengan lebih baik. Cara tersebut dapat berupa menjadwalkan konseling, terapi, atau mempelajari bahasa isyarat. Meskipun ada perasaan bersalah, pemahaman bahwa setiap anak unik dapat membantu orangtua tidak berhenti mencari pendekatan terbaik untuk anak.

7. Perasaan terisolasi dan menjauh dari lingkungan sosial

7 Tantangan Orangtua dari Anak Disabilitas, Tegak Melawan Stigmailustrasi sendiri (pexels.com/mikoto.raw Photographer)

Orangtua yang memiliki anak disabilitas sering kali menjauh dari lingkungan sosial. Terlebih jika teman mereka tidak memiliki pengalaman serupa membesarkan anak penyandang disabilitas. Hal ini dapat membuat orangtua merasa terasing, yang dapat meningkatkan stres.

Selain itu, perasaan isolasi juga dapat disebabkan oleh diskriminasi dari masyarakat. Sikap tidak ramah dan meremehkan anak membuat mereka enggan untuk terbuka dengan orang lain serta menimbulkan perasaan tidak dihargai. Kesibukan sehari-hari karena mengurus anak juga menjadi penyebab lain orangtua menjauh dari lingkungan sosial. Untuk mengatasinya, orangtua dapat mencari dukungan dari orang terdekat, komunitas dengan pengalaman serupa, atau professional kesehatan mental. Ini dapat memberikan tempat untuk mereka berbicara, mendapatkan saran, dan merasa diterima. 

Membesarkan anak penyandang disabilitas menjadi pengalaman unik yang penuh tantangan bagi orangtua. Namun, penting untuk memahami bahwa setiap anak berharga dan pantas untuk mendapatkan kasih sayang. Walaupun perasaan lelah dan ingin menyerah kerap menghampiri, ingat kembali senyuman mereka saat pertama kali terlahir ke dunia. Dengan tekad dan cinta, baik orangtua maupun anak dapat mengarungi perjalanan tersebut bersama-sama. 

Baca Juga: 5 Cara Rasulullah SAW Memperlakukan Disabilitas, Junjung Kesetaraan

Annisa Isnaini H. Photo Verified Writer Annisa Isnaini H.

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Hella Pristiwa

Berita Terkini Lainnya