Perempuan terlahir menjadi pribadi tangguh yang bisa menjalani multiperan dalam satu waktu. Ia adalah istri, ibu dan perempuan bekerja secara bersamaan. Apakah kamu salah satunya?
Menjalani tiga peran ini secara bersamaan memang susah-susah gampang. Rutinitas yang menguras energi dan pikiran rentan membuat stres bila gak dijalani dengan keseimbangan. Bagaimana mengaturnya agar semua berjalan dengan seimbang? Berikut ini dua belas tips yang bisa kamu terapkan!
Keharmonisan rumah tangga dimulai dari pernikahan yang bahagia. Jadikan pernikahan sebagai prioritas, karena itu akan berdampak besar pada hal lainnya, salah satunya dengan mengekspresikan cinta satu sama lain. Ini juga berdampak baik bagi anak untuk melihat bagaimana orang tuanya saling mencintai.
Ibu dan ayah sebaiknya menentukan jadwal kencan, seperti menonton di bioskop, makan malam romantis dan sebagainya. Lebih penting lagi, pertahankan alasan mengapa ibu jatuh cinta padanya, terlepas dari tantangan dan kesulitan yang mungkin dihadapi dalam pernikahan.
Ekspresikan perasaanmu, beri tahu suami bahwa kamu tengah berjuang dengan tanggung jawab sebagai istri, ibu dan karyawan. Diskusikan kondisi dan kebutuhan pribadi, lalu tetapkan harapan yang realistis tentang bagaimana kamu dan suami dapat saling mendukung dalam peran masing-masing.
Selanjutnya, cobalah untuk berbicara dengan anak-anak, terutama jika mereka sudah cukup usia untuk mengerti. Jelaskan perspektif pribadimu tentang bagaimana kamu juga membutuhkan bantuan dan dukungan mereka dalam memenuhi peranmu.
Tetapkan jadwal yang efektif dan efisien untuk segala hal dan arahkan keluarga tentang hal itu. Libatkan suami dalam merencanakan kegiatan untuk berdua dan keluarga.
Untuk anak-anak yang lebih kecil, tetapkan rutinitas yang ideal agar mereka belajar menggunakan waktu dengan tepat. Sementara, anak-anak yang lebih besar dapat diberikan tugas-tugas rumah tangga sederhana dan jadwal belajar yang dapat mereka sesuaikan sendiri.
Di era serba modern ini, ada banyak jalan pintas yang memungkinkan ibu menghemat waktu dalam melakukan rutinitasnya, misalnya memanfaatkan jasa titip belanja, agar gak perlu datang ke pasar. Gak ada salahnya untuk mencoba pembaharuan ini agar rutinitas lebih teratur, kan?
Mengerjakan pekerjaan rumah atau tugas kantor saat anak-anak sudah tidur mungkin ide yang bagus agar semua terselesaikan. Tetapi, ini hanya akan membuat kamu semakin lelah, stress, emosi gak stabil, lalu justru menjadi gak produktif. Jam tidur dan pola istirahat yang tepat sangat penting untuk seorang working mom.
Kamu juga sebaiknya sesekali meluangkan waktu untuk mommy me-time. Gunakan waktu ini untuk melakukan hal yang menyenangkan hati, seperti berolahraga, ke salon, atau berkumpul bersama teman-teman. Semua ibu membutuhkan ini untuk tetap sehat dan seimbang.
Melakukan semuanya sendirian justru membuat ibu terjebak pada kelelahan dan stress. Cepat atau lambat, ini hanya akan menjadi bumerang. Jangan takut untuk mengakui bahwa ibu membutuhkan bantuan.
Mulailah dengan meminta bantuan suami, libatkan ia dalam merawat anak-anak. Bicara padanya tentang bagaimana menangani semua tanggung jawab sebagai sebuah tim. Misalnya, kompromi dalam membagi tugas mengasuh anak hingga membersihkan rumah.
Mempekerjakan asisten rumah tangga atau baby sitter untuk mengurus rumah dan menjaga anak saat ibu bekerja juga bukan hal yang salah. Carilah pengasuh berpengalaman dan dapat dipercaya. Berikan setidaknya satu minggu percobaan untuk mengamati apakah ia cocok dengan anak. Jika memutuskan untuk memperkerjakannya, lakukan komunikasi yang konstan sepanjang hari dan mintalah update foto si kecil saat kamu sedang di kantor.
Penitipan anak juga bisa menjadi pilihan yang baik. Titipkan akan di tempat yang berkualitas, berkredibilitas tinggi, lingkungan yang bersih dan berlisensi.
Seorang working mom umumnya menghabiskan waktu sekitar 8 jam per hari di kantor, sementara sisa waktu yang sedikit ini dihabiskan untuk urusan di rumah. Maka, penting untuk merencanakan kegiatan yang bermakna dan bisa dinikmati oleh seluruh anggota keluarga.
Jika waktu di akhir pekan gak cukup untuk berlibur ke luar kota, kamu bisa merencanakan piknik di taman yang gak jauh dari rumah. Berjalan-jalan bersama anak merupakan kesempatan untuk melakukan percakapan yang menyenangkan. Mintalah ide dari anak-anak dan biarkan mereka terlibat dalam memutuskan rencana akhir pekan keluarga.
Nyatanya, perempuan sering 'dihakimi' saat ia harus meninggalkan keluarganya untuk bekerja. Stereotip seksis ini telah mengakar di masyarkat. Padahal, memilih menjadi ibu rumah tangga, ataupun tetap melanjutkan karier setelah menikah merupakan pilihan yang patut dikagumi.
Kamu mungkin melewatkan beberapa pertemuan orang tua, atau gak menemani anakmu sepanjang waktu. Lepaskan rasa bersalah karena ini wajar terjadi mengingat kamu memiliki tanggung jawab pada pekerjaan.
Fokus pada hal-hal positif yang kamu hasilkan dari pekerjaan. Yakinlah bahwa kamu telah membuat pilihan terbaik untuk seluruh keluarga dan dirimu sendiri. Mereka akan merasakan besarnya cintamu dan memahami pengorbananmu.
Menjadi seorang working mom bukan berarti kamu adalah karyawati yang kurang produktif. Namun, penyesuaian pasti akan terjadi, makanya penting untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dengan atasan.
Coba komunikasikan kepada atasan mengenai apa kebutuhanmu, serta bagaimana kamu terus melakukan pekerjaan dengan baik.Atasan akan memahami dan menghargai transparansi dan dedikasimu untuk keluarga dan pekerjaanmu. Namun, bukan berarti kamu bisa menjadikan keluarga sebagai alasan untuk bermalas-malasan dan menunda deadline, ya.
Misalnya, ini adalah Sabtu malam saat kamu sedang makan malam bersama keluarga, lalu atasan di kantor memintamu untuk menyelesaikan beberapa tugas mendadak, apa yang akan kamu lakukan? Katakan saja tidak.
Kamu gak diwajibkan untuk memenuhi setiap perintah, apalagi di luar jam kantor. Jadi, tolaklah dengan baik dan tenang, jelaskan mengapa kamu menolaknya. Begitu pula bila kondisi ini terjadi sebaliknya.
Mungkin saja ibu-ibu lain sering membagikan momennya menemani anak belajar, rumah yang bersih, memasak makanan lezat dan sebagainya ke media sosial. Setiap orang bebas mengekspresikan dirinya, dan seharusnya ini gak menjadi tekanan untukmu.
Hanya karena kamu membeli kue daripada membuatnya sendiri, bukan berarti kamu ibu yang buruk. Rumah yang berantakan karena mainan anak juga gak membuatmu gagal sebagai ibu. Turunkan ekspektasimu dan jangan mengukurnya dari kehidupan orang lain.
Kamu gak sendiri, ada jutaan working mom yang mengalami hal yang sama seperti kamu. Jalin komunikasi yang baik dengan mereka untuk berbagi pengalaman dan tips menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan.
Carilah rekan kerja atau teman di masa sekolahmu yang juga telah berkeluarga. Koordinasikan komunikasi melalui WhatsApp Group, Zoom Meeting, atau pertemuan tatap muka sebulan sekali. Tertawa bersama dan berbagi cerita akan menunjukkan bahwa kamu gal harus melakukan ini sendirian.
Kamu adalah seorang istri, ibu dan wanita karier secara bersamaan. Rangkullah semua peran itu tanpa membuat membuat dirimu stres karena mencoba melakukan semuanya dengan sempurna.
Apapun situasinya, berusahalah untuk bersyukur atas berkah memiliki keluarga dan pekerjaan. Mengeluh gak akan menyelesaikan masalah. Hindari menyalahkan suami karena merasa ia gak mendukungmu, atau membuat anak-anak merasa mereka menjadi beban.
Berusahalah untuk meyakinkan mereka bahwa meskipun kamu lelah, mereka tetaplah orang yang paling penting dalam hidupmu. Dengan begitu, mereka akan belajar menghargai semua yang telah kamu lakukan untuk mereka.
Pilihan untuk menjadi working mom bukanlah sesuatu yang boleh dihakimi. Sebab, apapun pilihannya, perempuan pasti menginginkan yang terbaik untuk keluarganya. Terapkan dua belas tips di atas agar keluarga dan karier tetap berjalan seimbang.