Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi keluarga (pexels.com/Emma Bauso)
ilustrasi keluarga (pexels.com/Emma Bauso)

Intinya sih...

  • Apa itu Co-Parenting? Pola pengasuhan bersama oleh orangtua yang bercerai atau berpisah, dengan tujuan memastikan anak mendapatkan dukungan penuh dari keduanya.

  • Bentuk Co-Parenting yang sehat: Kesepakatan jadwal kunjungan, rutinitas harian konsisten, kerja sama dalam urusan pendidikan, kebutuhan medis, dan pembagian keuangan.

  • Kesalahan yang harus dihindari: Mengganggu rutinitas anak, merendahkan mantan pasangan, membuat anak merasa bersalah karena mencintai orangtuanya yang lain.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika orangtua memutuskan untuk berpisah, anak tetap membutuhkan cinta, perhatian, dan bimbingan dari keduanya. Hubungan yang sehat antara kedua orangtua pun sangat berperan dalam menjaga kestabilan emosi dan perkembangan anak secara menyeluruh.

Dalam kondisi ini, Co-Parenting menjadi solusi pengasuhan bersama yang mendukung kebutuhan anak meskipun orangtua sudah tidak tinggal serumah. Lantas, apa itu Co-Parenting? dan bagaimana bentuk Co-Parenting yang sehat dan ideal untuk anak? Untuk mengetahuinya, mari simak ulasan di bawah ini!

1. Apa itu Co-Parenting?

ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Co-Parenting mengacu pada pola pengasuhan bersama yang dilakukan oleh dua orangtua yang telah bercerai atau berpisah. Meski tidak lagi hidup serumah, keduanya tetap berbagi tanggung jawab dalam membesarkan anak secara fisik dan emosional.

Tujuan utama Co-Parenting ialah memastikan anak tetap mendapatkan dukungan penuh dari kedua orangtuanya. Dengan kerja sama yang baik, pola ini mampu meredam dampak negatif perceraian seperti stres, kecemasan, dan ketidakstabilan emosional.

Setiap keluarga mungkin menerapkan Co-Parenting dengan cara yang berbeda, namun prinsip utamanya adalah komunikasi, saling menghargai, dan fokus pada kepentingan anak. Bila dijalankan secara konsisten, Co-Parenting dapat menciptakan lingkungan yang stabil dan sehat untuk tumbuh kembang anak.

2. Bagaimana bentuk Co-Parenting yang sehat?

ilustrasi keluarga (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Untuk menerapkan Co-Parenting yang sehat, dibutuhkan kesepakatan yang jelas antara kedua orangtua. Mereka perlu menyusun rencana pengasuhan bersama yang mencakup berbagai aspek penting dalam kehidupan anak.

Salah satu yang utama adalah jadwal kunjungan, yang harus memastikan kedua orangtua memiliki waktu berkualitas bersama anak. Jadwal ini idealnya mencakup hari sekolah, akhir pekan, liburan, ulang tahun, dan momen spesial lainnya.

Agar anak merasa stabil di dua rumah, orangtua juga sebaiknya menyepakati rutinitas harian yang konsisten. Termasuk di dalamnya pola makan, jam tidur, waktu bangun, hingga durasi penggunaan gawai.

Selain itu, kerja sama dalam urusan pendidikan, kebutuhan medis, dan pembagian keuangan sangat krusial. Semua keputusan tersebut harus mengutamakan kepentingan anak agar tumbuh sehat secara fisik maupun emosional.

3. Kesalahan yang harus dihindari dalam Co-Parenting

ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Daniel Duarte)

Menjaga kesehatan hubungan Co-Parenting tak hanya tentang apa yang dilakukan, tetapi juga tentang menghindari hal-hal yang bisa merusak keseimbangan emosional anak. Beberapa perilaku berikut perlu dihindari demi menciptakan lingkungan yang aman dan suportif bagi tumbuh kembang anak.

  • Mengganggu rutinitas anak
    Usahakan untuk tidak mengubah rutinitas harian anak secara drastis, terutama saat berada di rumah yang berbeda. Rutinitas yang konsisten dapat memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi anak dalam masa transisi ini.

  • Merendahkan mantan pasangan
    Hindari berbicara buruk atau meremehkan mantan pasangan di depan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mengabaikan aturan dari mantan pasangan atau menunjukkan sikap tidak hormat justru dapat memberi beban emosional yang berat bagi anak.

  • Membuat anak merasa bersalah karena mencintai orangtuanya yang lain
    Meskipun hubungan romantis telah berakhir, mantan pasangan tetaplah orangtua dari anak. Jangan pernah membuat anak merasa bersalah karena mencintai, menghabiskan waktu, atau ingin berkomunikasi dengan orangtuanya yang lain.

Dengan memahami konsep Co-Parenting yang sehat, orangtua dapat tetap bekerja sama demi kesejahteraan anak meskipun sudah berpisah. Menerapkan Co-Parenting secara bijak juga menjadi langkah penting untuk menciptakan lingkungan tumbuh kembang yang positif bagi anak.

Editorial Team