5 Hal yang Bikin Anak Perempuan Pertama Tumbuh Dewasa Lebih Cepat

- Jarang dimanja karena terlalu sering dianggap kuat.
- Terlalu sering disuruh mengalah sejak kecil.
- Selalu jadi perpanjangan tangan ibumu.
Menjadi anak perempuan pertama itu seperti mengikuti lomba lari tanpa garis start yang jelas. Kamu gak selalu tahu kapan harus mulai dewasa, tapi pelan-pelan kamu belajar melangkah lebih cepat dari yang lain. Belum sempat menikmati jadi anak-anak sepenuhnya, kamu sudah diminta mengerti, memahami, dan membantu.
Tulisan ini dibuat bukan untuk menyalahkan siapa pun, tapi untuk merangkul sisi dirimu yang jarang diberi ruang. Menjadi dewasa karena keadaan bukan hal sepele dan kamu layak tahu bahwa kamu gak sendirian. Yuk, baca sampai selesai!
1. Jarang dimanja karena terlalu sering dianggap kuat

Kamu tumbuh tanpa banyak pelukan, tanpa kata-kata manis yang sering diberikan pada adikmu. Orang-orang mengira kamu baik-baik saja hanya karena kamu terlihat tenang dan gak banyak mengeluh. Padahal kamu pun ingin sekali ada yang bilang, “gak apa-apa kamu lelah, sini istirahat dulu”.
Seperti pohon besar yang kokoh di luar tapi diam-diam retak di dalam, kamu menyimpan luka yang jarang orang ketahui. Kamu terbiasa merawat orang lain tapi lupa bahwa kamu juga butuh dirawat. Berpura-pura kuat terlalu lama membuatmu cenderung takut menunjukkan sisi rapuhmu sendiri.
2. Terlalu sering disuruh mengalah sejak kecil

Sejak kecil kamu tumbuh bersama kalimat “kan kamu kakaknya” yang dulunya terdengar manis, tapi diam-diam menjelma sebagai beban. Kamu belajar menahan keinginan, menunda kebahagiaan, dan mengunci tangis karena katanya itu bentuk kedewasaan. Padahal jauh di dalam hati, kamu cuma anak kecil yang ingin merasa dimenangkan sesekali.
Seperti lilin yang menyala untuk menerangi orang lain, kamu terbiasa memberikan cahaya meski perlahan meleleh diam-diam. Kamu terus belajar mengerti, tapi tak pernah benar-benar dimengerti. Sampai akhirnya, kamu lupa bagaimana rasanya menuntut sesuatu tanpa merasa bersalah.
3. Selalu jadi perpanjangan tangan ibumu

Kamu jadi tangan kanan ibu sejak usia yang bahkan belum cukup paham apa-apa. Mulai dari jagain adik, bantu masak, sampai menemani ibu belanja ke pasar. Peran itu bikin kamu cepat paham ritme rumah dan isi hati orang dewasa.
Banyak yang kagum kamu cekatan dan bisa diandalkan, tapi gak semua tahu kamu mempelajarinya karena dipaksa keadaan. Kamu bukan gak mau bermain atau bersantai, kamu hanya tahu tanggung jawab datang lebih dulu. Akhirnya kamu dewasa bukan karena usia, tapi karena keadaan.
4. Terbiasa menjadi penengah saat orang rumah berselisih

Kalau suasana rumah mulai tegang, kamu biasanya jadi yang paling duluan turun tangan. Kamu paham kapan harus diam, kapan harus bicara, dan kapan harus menengahi. Kemampuan itu muncul bukan karena kamu dilatih, tapi karena keadaan sering memaksamu untuk cepat belajar.
Kamu menyimpan banyak rasa yang gak sempat kamu keluarkan karena sibuk menjaga suasana tetap damai. Kadang kamu pengen marah atau pergi sebentar, tapi kamu tetap memilih bertahan. Jadi penengah memang mulia, tapi juga melelahkan saat gak ada yang berusaha memahami perasaanmu.
5. Merasa harus sukses duluan agar jadi contoh yang baik

Kamu merasa harus lebih dulu berhasil, lebih dulu stabil, dan lebih dulu kuat supaya bisa jadi panutan. Kamu berlari cepat bahkan sebelum tahu tujuanmu sendiri karena kamu gak mau adikmu merasa tersesat. Sukses buatmu bukan lagi soal impian, tapi soal tanggung jawab yang dititipkan tanpa diminta
Tekanan itu gak selalu datang dari orang tua, kadang kamu sendiri yang menciptakannya karena ingin dinilai sebagai kakak yang baik. Namun, di balik semua pencapaian, ada lelah yang sering kamu simpan rapat-rapat. Kamu ingin berhasil, tapi terkadang kamu juga ingin dimengerti saat sedang tersesat dan kehilangan semangat.
Menjadi anak perempuan pertama sering dituntut tumbuh lebih cepat dari seharusnya. Kamu terbiasa mengalah, membantu, jadi contoh, dan terlihat kuat meski sebenarnya juga butuh dipeluk. Walaupun kamu sering dianggap mampu, kamu tetap berhak istirahat, merasa lelah, dan dicintai apa adanya. Semangat, ya anak perempuan pertama!