Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ibu bersama anak (pexels.com/pnwprod)
ilustrasi ibu bersama anak (pexels.com/pnwprod)

Menjadi orangtua adalah peran yang sangat berarti sekaligus penuh tantangan. Sayangnya, banyak orangtua merasa terbebani untuk mengikuti berbagai "aturan tak tertulis" dalam mengasuh anak, padahal aturan-aturan itu belum tentu cocok untuk semua keluarga. Bahkan, sebagian di antaranya justru bisa menambah stres bagi orangtua maupun anak.

Faktanya, tidak ada formula tunggal dalam dunia parenting. Setiap orangtua perlu menyesuaikan pola asuh dengan kebutuhan dan dinamika keluarganya sendiri. Yuk, ketahui apa saja aturan parenting yang sebenarnya tidak perlu kamu ikuti terus menerus!

1. Anak tidak selalu harus menghabiskan makanan

ilustrasi anak sedang marah (pexels.com/mikhailnilov)

Selama ini, banyak orangtua yang percaya bahwa anak harus menghabiskan makanannya sebagai bentuk kedisiplinan atau rasa syukur. Menurut sebuah studi dalam U.S. National Library of Medicine, terlalu sering memaksa anak menghabiskan makanan justru dapat mengganggu respons alami tersebut dan berpotensi menyebabkan masalah makan di kemudian hari.

Jika sesekali mereka tidak menghabiskan makanan, orangtua tak perlu langsung panik atau merasa gagal. Yang terpenting adalah membangun suasana makan yang nyaman dan mengajarkan anak untuk mendengarkan sinyal tubuhnya sendiri. Ini merupakan investasi jangka panjang yang jauh lebih penting.

“Kalau anakmu menolak makan malam karena tidak suka dengan makanannya, tak perlu dipaksakan,” ujar Sue Groner, seorang mentor parenting dan penulis Parenting: 101 Ways to Rock Your World, dilansir She Knows. “Semakin kamu mempermasalahkan hal itu, semakin besar kemungkinan anak akan memanfaatkannya untuk menguji batas dan mengendalikan situasi,” tambahnya.

2. Anak boleh memilih pakaian sendiri

ilustrasi ayah dan anak sedang packing pakaian (pexels.com/ketutsubiyanto)

Memberikan kebebasan bagi anak untuk memilih pakaiannya sendiri dapat menjadi bagian penting dari perkembangan identitas diri. Walau terkadang pilihan busana mereka tampak tidak serasi di mata orang dewasa, hal ini membantu anak menumbuhkan kepercayaan diri dan kemandirian.

Tentu ada situasi tertentu, seperti acara resmi atau kegiatan keagamaan, di mana orangtua perlu menentukan pilihan busana anak. Namun dalam kehidupan sehari-hari, memberi ruang bagi anak untuk berekspresi lewat pakaian akan memperkuat kemampuan mereka dalam mengambil keputusan. Ini juga menjadi langkah awal dalam membentuk tanggung jawab terhadap penampilan pribadi.

"Seiring waktu, tentukan pilihan sehari-hari apa saja yang bisa menjadi tanggung jawab anak," saran Grace Berman, LCSW, seorang pekerja sosial klinis, dilansir Child Mind Institute. "Buat daftar dan bantu anak perlahan mengambil alih tanggung jawab itu. Semakin banyak keputusan yang mereka buat, semakin banyak latihan yang mereka dapatkan," tambahnya.

3. Aktivitas sensory tak perlu rumit

ilustrasi orangtua bermain bersama anak (pexels.com/gustavo-fring)

Tidak semua aturan parenting harus diikuti mentah-mentah, termasuk soal aktivitas sensorik. Banyak orangtua merasa harus menyiapkan permainan yang rumit seperti playdough homemade atau kotak sensorik khusus. Padahal menurut Alys Mathers, seorang terapis bicara dan bahasa, dilansir BBC, aktivitas sensorik bisa sesederhana anak bermain air saat cuci tangan atau mencium aroma bunga saat jalan-jalan.

Alys menjelaskan bahwa anak secara alami menggunakan semua indranya untuk belajar dan mengenal dunia sejak bayi. Maka, tugas orangtua bukan menyiapkan kegiatan mewah, tapi memberi ruang dan dukungan agar anak bebas bereksplorasi. Jadi, tidak masalah kalau kamu belum sempat bikin slime, karena daun kering di taman pun sudah cukup untuk jadi bahan belajar sensorik yang seru.

4. Anak tidak harus mandi setiap hari

Ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/gustavofring)

Selama ini, banyak orangtua merasa wajib memandikan anak setiap hari agar tetap bersih dan sehat. Padahal, menurut American Academy of Dermatology, anak usia 6 hingga 11 tahun sebenarnya cukup mandi beberapa kali sehari, kecuali jika mereka berkeringat, kotor, atau habis berenang. Jadi, kalau anakmu mogok mandi tapi belum benar-benar kotor, kamu nggak perlu panik.

Mandi terlalu sering justru bisa menghilangkan minyak alami kulit dan menyebabkan kulit kering atau iritasi, apalagi pada anak-anak yang punya kulit sensitif. Kalau sedang menjalani perawatan kulit tertentu, frekuensi mandi bisa disesuaikan atas saran dokter kulit. Intinya, daripada memaksakan mandi tiap hari, lebih baik fokus pada kebersihan yang seimbang dan bikin anak tetap nyaman.

5. Anak tidak selalu harus tidur tepat waktu

ilustrasi ibu, bayi serta anak balita bermain (pexels.com/rdne)

Anak tidak selalu harus tidur tepat waktu setiap malam dan itu bukan berarti kamu gagal sebagai orangtua. Menurut Dr. Paul Kelley, pakar tidur dan ritme biologis dari Open University, dilansir The Guardian, waktu tidur ideal untuk anak-anak memang sekitar pukul 9 malam, tapi bukan berarti ini aturan yang kaku.

Selama anak mendapatkan waktu tidur yang cukup dan berkualitas, tidak masalah jika jam tidurnya sedikit bergeser. Adaptasi ini bisa sangat membantu terutama dalam acara keluarga, liburan, atau kondisi khusus lainnya. Intinya, bukan soal jam berapa mereka tidur, tapi bagaimana tidur itu mendukung pertumbuhan mereka.

6. Orangtua tak harus selalu mengorbankan diri

ilustrasi orangtua bermain bersama anak (pexels.com/keiraburton)

Banyak orangtua merasa bersalah jika harus meninggalkan anaknya, walau hanya sebentar, demi melakukan aktivitas pribadi. Namun sesungguhnya, perawatan diri merupakan bagian penting dari kesehatan mental, khususnya bagi ibu.

"Kesehatan mental ibu sangat penting bagi kesehatan bayi, baik jangka pendek maupun panjang," kata Dr. Carly Snyder, dokter spesialis psikiatri di Mount Sinai Beth Israel, dilansir She Knows.

Mengambil waktu untuk diri sendiri atau bersama pasangan bisa membantu orangtua mengisi ulang energi. Ini bukan bentuk keegoisan, melainkan bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri agar tetap bisa hadir secara utuh untuk anak.  Anak yang dibesarkan oleh orangtua yang emosionalnya stabil cenderung merasa lebih aman dan dekat secara psikologis.

7. Tidak semua nasihat parenting harus diikuti

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/olly)

Setiap orangtua pasti pernah menerima berbagai masukan, baik dari orangtua sendiri, kerabat, maupun teman. Namun, tidak semua nasihat cocok diterapkan dalam setiap situasi keluarga.  

“Tidak ada satu cara yang benar dalam mengasuh anak, yang ada hanyalah cara terbaik untuk anak dan keluargamu,” kata Dr. Snyder.

Orangtua berhak menolak masukan yang tidak relevan tanpa merasa bersalah. Yang paling memahami kebutuhan keluarga adalah mereka yang menjalani kehidupan tersebut setiap hari. Selama keputusan diambil dengan pertimbangan yang matang dan penuh kasih, maka keputusan tersebut adalah sah.

Parenting tidak memiliki satu formula tunggal yang berlaku untuk semua orang. Setiap keluarga memiliki dinamika dan kebutuhan yang berbeda-beda. Menyadari hal ini adalah langkah awal untuk menjadi orangtua yang lebih bijak dan sehat secara emosional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team