Benarkah Anak Laki-laki Sekarang Lebih Tertinggal dalam Belajar?

Kalau ngomongin soal pendidikan dan kesetaraan gender, biasanya yang muncul di pikiran adalah tantangan yang dihadapi anak perempuan. Tapi, hasil studi terbaru dari Monash University justru membalik cerita.
Penelitian dari Monash University yang dimuat di Review of Economics of the Household nunjukin kenyataan soal anak-anak di daerah padat. Bukan cuma soal bisa sekolah atau enggak, tapi lebih ke berapa banyak waktu yang benar-benar mereka pakai buat belajar. Hasilnya bikin geleng-geleng. Anak laki-laki ternyata jauh lebih jarang terlibat dalam kegiatan belajar dibanding anak perempuan.
1. Anak laki-laki kurang waktu belajar, tapi bukan karena mereka bekerja

Salah satu temuan paling mencolok dalam studi ini adalah perbedaan waktu belajar antara anak laki-laki dan perempuan. Rata-rata, anak-anak di permukiman informal menghabiskan 28 jam per minggu untuk aktivitas pendidikan, seperti sekolah dan mengerjakan PR. Namun, anak laki-laki mencatat waktu tiga jam lebih sedikit dibandingkan anak perempuan.
“Kami mendapati bahwa anak laki-laki cenderung menghabiskan waktu lebih sedikit daripada anak perempuan dalam mengikuti kegiatan sekolah dan menyelesaikan pekerjaan rumah,” jelas Dr Michelle Escobar, peneliti utama studi ini.
Kesenjangan ini tidak muncul karena anak laki-laki lebih banyak bekerja. Sebaliknya, anak perempuan justru melakukan lebih banyak pekerjaan tanpa upah, terutama tugas pengasuhan.
2. Banyak main di luar, tapi risikonya gak main-main

Kalau nggak belajar, anak laki-laki ini lebih sering main di luar. Tapi konteksnya beda. Di permukiman padat, main di luar bukan cuma soal bersenang-senang, tapi ada risiko besar kayak paparan limbah atau lingkungan nggak aman.
“Bermain di luar rumah di permukiman padat bisa meningkatkan risiko paparan lingkungan berbahaya,” jelas Associate Professor Nicole Black dari Centre for Health Economics, Monash University.
Jadi bukan cuma kehilangan waktu belajar, tapi mereka juga lebih banyak terpapar hal yang bisa berdampak negatif buat kesehatan dan masa depan. Disinilah masalahnya. Anak laki-laki bukan hanya kehilangan jam belajar, tapi juga mengisi waktu dengan aktivitas yang kurang mendukung masa depan mereka.
3. Jadi, apa yang bisa dilakuin?

Kondisi ini bisa bawa efek jangka panjang. Penelitian lain menunjukkan bahwa anak laki-laki yang ketinggalan pelajaran punya kemungkinan lebih kecil dapet kerja layak dan lebih rentan terhadap masalah sosial kayak narkoba atau kejahatan.
Jadi, apa yang bisa dilakuin? Langkah awal dimulai dari rumah. Orang tua perlu lebih peka soal pentingnya waktu belajar, bukan cuma buat anak perempuan tapi juga anak laki-laki. Program mentoring, kegiatan komunitas yang edukatif, atau sekadar waktu belajar bareng bisa jadi solusi sederhana tapi efektif.
Kesadaran dan dukungan dari orangtua serta komunitas akan jadi kunci untuk membantu anak laki-laki mengoptimalkan waktu mereka, agar bisa berkembang dan mempersiapkan diri dengan baik untuk masa depan.