5 Cara Antisipatif Mengajari Anak Perasaan Duka Akibat Kehilangan

Menghadapi kehilangan tidak pernah mudah, baik bagi seorang anak maupun orang dewasa. Saat seseorang yang dicintai terkena penyakit kronis atau penyakit yang sulit disembuhkan seperti Alzheimer, merupakan hal yang wajar saat kamu merasakan sedih mendalam, takut, diikuti perasaan bersalah. Fenomena ini juga disebut dengan "anticipatory grief", sebuah istilah klinis yang merujuk pada makna ketika duka dimulai saat kamu menunggu kematian orang yang dicintai.
Anak-anak mungkin menghadapi situasi tersebut dengan cara yang sedikit berbeda. Contohnya, mereka akan khawatir tentang bagaimana jika merindukan orang telah tiada, apakah anak tersebut bisa hidup tanpa orang tersebut, atau pemahaman setelah orang tersebut meninggal apa orang itu akan menderita. Merasakan duka merupakan salah satu sifat alamiah kehidupan, jadi bersikap antisipatif sebelum benar-benar kehilangan juga wajar. Seorang anak perlu dibantu melewati masa sulit ini, di antaranya lewat cara berikut!
1. Membantu anak tetap terhubung dengan orang tersayang

Sebelum orang terkasih anak meninggal dunia, ada banyak cara yang bisa kamu lakukan untuk mendorong anak agar memiliki ikatan kuat dengan orang tersebut. Orang dewasa bisa memberi tahu anak akan semua waktu bersama yang pernah dilewati bersama orang terkasih tersebut. Kamu sebagai orang dewasa juga bisa memberitahu anak betapa berharganya setiap waktu yang kamu habiskan bersama orang yang akan meninggal dunia itu.
Coba ingatkan anak sejumlah kegiatan favorit bersama orang terkasih yang sedang sakit tersebut yang pernah dilakukan bersama-sama. Kemudian, kamu juga bisa memberitahu anak jika kegiatan favorit tersebut nantinya akan tetap bisa dilakukan, merencanakan wisata ke tempat yang sama misalnya. Bisa juga, kamu mengajak anak untuk melakukan kegiatan sukarela untuk mengenang mereka yang telah tiada nantinya. Membuktikan pada anak, bahwa hubungan dengan orang terkasih yang sudah meninggal dunia akan bisa tetap terjalin.
2. Ingatkan anak akan orang terkasih lainnya yang akan merawat mereka

Buat anak merasa tenang, dengan mengatakan bahwa masih banyak orang terkasih lainnya yang akan selalu ada untuk mereka. Pastikan anak memahami, bahwa meskipun seseorang yang disayanginya meninggal dunia, mereka tidak akan pernah merasakan kekosongan. Anak akan merasa lebih nyaman dan aman, saat tahu ada banyak anggota keluarga lain yang akan saling mendukung, menjaga dan mendokan ia, setelah salah satu anggota keluarga tiada.
Jangan batasi anak untuk tidak bertanya terkait kondisi orang yang akan meninggal dunia. Sebaiknya, biarkan anak mengajukan pertanyaan terkait kehilangan orang terkasih. Dengan begitu, anak akan merasa lebih terhubung dengan keluarganya yang masih ada. Misalnya, coba mulai dengan kalimat, "Ibu tahu kamu memiliki pertanyaan tentang kondisi nenek di rumah sakit. Apa kekhawatiran yang kamu rasakan?"
3. Jujur

Ada perbedaan tipis dengan berkata jujur, namun juga tidak harus menghujani anak dengan semua detail kematian. Orang dewasa harus menjelaskan dengan cara sesederhana mungkin dan sesuai usia, mengenai kematian yang terjadi saat tubuh berhenti bekerja. Kamu juga bisa menjelaskan mengenai kematian berdasarkan keyakinan yang dianut dalam keluarga, agar anak juga lebih paham.
Misalnya, kamu bisa berkata, "Ayah sedang bersiap menuju surga." atau "Ayah sekarang sudah beristirahat." Dalam kondisi ini, kamu harus ingat bahwa yang terpenting bukan soal apa yang dikatakan, tetapi bagaimana kamu tetap hadir untuk anak, serta aktif mendengarkan mereka. Menunjukkan empati dan mengakui ketakutan serta perasaan anak dapat menentukan cara mereka dalam menghadapi kematian.
4. Bantu anak mengucapkan selamat tinggal

Berikanlah anak kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal pada orang terkasih yang sudah meninggal dunia, terutama jika anak memang mau. Cara ini dapat membantu mereka belajar ikhlas dan memaknai kehilangan secara alami. Namun, jika anak merasa ragu, maka jangan biarkan anak berpartisipasi dalam usaha tersebut. Kamu bisa mengajak anak mendekat pada orang yang akan meninggal dunia untuk menyampaikan pesan terakhir.
Bahkan saat seseorang terkasih tersebut sudah tak sadarkan diri, mengungkapkan pesan terdalam kepada orang tersebut sebelum pergi, dapat memberikan ketenangan jangka panjang untuk anak. Mengajarkan pada anak, bahwa setiap orang berharga, bahkan setelah mereka pergi, kamu selalu bisa mengucapkan rasa cinta tersebut. Mengucapkan perpisahan memang tak mudah, namun itu adalah cara seseorang berterima kasih pada kehadiran orang terkasih.
5. Hubungkan anak dengan dukungan tambahan

Dukungan sosial akan sama penting selama masa berduka. Orangtua bisa memastikan jika anak memiliki akses ke teman atau keluarga lain yang sekiranya dapat mendukung mereka. Bisa jadi, cara ini dapat membantu anak mengalihkan perhatian pada hal lain, saat kematian akan orang terkasih tersebut semakin dekat. Ingatlah, anak-anak akan merespon dengan cara yang berbeda-beda, tergantung pada usia dan tahap perkembangan mereka.
Anak-anak kecil mungkin bereaksi terhadap kematian orang dicintai yang akan segera terjadi dengan memainkan perasaan ketakutan dan kekhawatiran mereka. Bermain adalah cara utama anak-anak kecil mengatasi dan memahami dunia di sekitar mereka. Anak remaja mungkin cenderung mengisolasi diri dan berbicara pada teman-temannya. Sementara orang dewasa bisa memberi ruang untuk remaja memproses perasaannya, selagi mengingatkan pintu komunikasi selalu terbuka untuk mereka.
Meskipun mengajarkan menerima kematian orang yang dicintai dapat membuat anak tertekan, membimbing anak dengan empati, kejujuran, dapat lebih membantu anak melewati perpisahan yang sulit. Dengan begitu, anak pun akan memperoleh kesejahteraan sosial dalam jangka waktu yang panjang. Jangan sampai, kehilangan yang dialami anak kecil tidak diatasi, karena bisa jadi tumbuh sebagai salah satu luka masa kecil saat dewasa.