Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Cara Bijak Hadapi Tekanan Orangtua Terkait Prestasi 

ilustrasi belajar (pexels.com/Min An)
Intinya sih...
  • Memahami motivasi orangtua yang memberi tekanan bisa menciptakan dialog yang lebih empatik.
  • Komunikasikan perasaanmu secara jujur kepada orangtua untuk mengurangi tekanan dan meningkatkan pemahaman.
  • Berpegang pada definisi sukses pribadi dan mencari dukungan dari orang-orang terdekat membantu menjaga kesehatan mental.

Tekanan dari orangtua mengenai prestasi sering kali terasa membebani, apalagi jika kamu sudah berusaha sebaik mungkin namun hasilnya belum sesuai harapan mereka. Situasi seperti ini bukan hanya melelahkan secara fisik, tapi juga menyisakan rasa sakit secara emosional yang sulit dijelaskan. Dalam banyak kasus, harapan yang tinggi bisa datang dari niat baik. Namun, tanpa komunikasi yang sehat, tekanan tersebut justru dapat menciptakan jarak dan perasaan tidak cukup berharga.

Kita semua ingin membanggakan orangtua, tapi bagaimana jika prosesnya membuatmu kehilangan jati diri? Penting untuk menyadari bahwa kamu tidak harus memenuhi semua standar yang bukan berasal dari dirimu sendiri. Tekanan dari keluarga memang tidak bisa dihindari sepenuhnya, tetapi ada cara untuk menghadapinya dengan lebih bijak dan tetap menjaga kesehatan mentalmu. Berikut beberapa cara yang bisa kamu coba saat merasa mulai kewalahan dengan ekspektasi orangtua soal prestasi.

1. Pahami alasan di balik ekspektasi mereka

ilustrasi berpikir (pexels.com/Julia M Cameron)

Sebelum merasa marah atau kecewa, cobalah pahami dulu dari mana asal tekanan itu datang. Bisa jadi orangtuamu pernah mengalami keterbatasan saat muda, dan kini ingin kamu mendapatkan kesempatan yang lebih baik. Mereka berharap kamu mencapai hal-hal yang dulu hanya bisa mereka impikan.

Dengan memahami motivasi mereka, kamu bisa lebih mudah berdialog tanpa merasa diserang. Membangun empati tidak berarti kamu harus setuju sepenuhnya, tetapi setidaknya kamu tahu bahwa mereka tidak berniat menyakitimu. Hal ini bisa menjadi titik awal untuk menciptakan interaksi yang lebih sehat.

2. Bangun komunikasi yang terbuka dan jujur

ilustrasi ngobrol dengan orangtua (pexels.com/Julia M Cameron)

Tidak semua orangtua menyadari bahwa ekspektasi mereka memberi tekanan besar. Jika kamu diam saja, mereka akan terus mengira bahwa semuanya baik-baik saja. Maka dari itu, penting sekali untuk mengomunikasikan perasaanmu secara jujur.

Pilih momen yang tenang dan sampaikan pendapatmu tanpa menyalahkan. Gunakan kalimat yang menunjukkan perasaanmu, seperti “Aku merasa tertekan saat…” agar percakapan berjalan lebih empatik. Perlu disadari bahwa komunikasi dua arah lebih efektif daripada menyimpan segalanya sendirian.

3. Tentukan definisi sukses versi dirimu sendiri

ilustrasi ruang belajar (pexels.com/George Dolgikh)

Setiap orang punya jalan hidup yang berbeda, dan sukses tidak selalu berarti peringkat tertinggi atau gaji paling besar. Kamu berhak menentukan apa arti sukses dalam hidupmu, termasuk nilai-nilai apa yang paling kamu pegang. Selama kamu bergerak menuju tujuan yang kamu yakini, itu sudah cukup.

Berpegang pada definisi pribadi ini akan membantumu tetap fokus dan tidak mudah goyah oleh tekanan luar. Orangtua bisa memberikan pandangan, tapi pada akhirnya, kamu yang menjalani hidupmu sendiri. Dengan demikian, kamu bisa tetap berproses sesuai dengan ritme dan kapasitas pribadi.

4. Cari dukungan dari orang-orang yang memahami kondisimu

ilustrasi teman sekelas (pexels.com/RDNE Stock project)

Tekanan dari keluarga bisa terasa lebih ringan jika kamu punya orang-orang yang senantiasa mendukungmu. Entah itu sahabat, mentor, guru, atau komunitas yang membuatmu merasa dimengerti, kehadiran mereka penting untuk menjaga kesehatan mentalmu. Dengan kehadiran mereka, kamu tidak harus melalui semua ini sendirian.

Mendengarkan pengalaman orang lain yang pernah ada di posisi serupa juga bisa membuatmu merasa lebih kuat. Cobalah cari orang terdekat yang mengalami kasus serupa dengamu. Saat kamu tahu bahwa kamu tidak sendirian, kamu bisa menemukan semangat untuk bertahan dan terus maju. Dukungan emosional itu krusial bagimu untuk bertahan dan terus melangkah.

5. Fokus pada proses, bukan hanya hasil akhir

ilustrasi belajar di perpustakaan (pexels.com/Yan Krukau)

Terlalu fokus pada hasil sering kali membuatmu lupa betapa berharganya proses yang kamu jalani. Padahal, setiap langkah kecil yang kamu ambil adalah bagian penting dari pertumbuhan. Orangtuamu mungkin menilai dari hasil, tapi kamu bisa memilih untuk melihat nilai dari setiap usaha.

Rayakan pencapaian sekecil apa pun. Hargai dirimu dan usaha terbaikmu karena sudah berani mencoba. Dengan menggeser fokus ke proses, kamu bisa mengurangi rasa bersalah saat hasil belum sesuai harapan. Ini akan membantumu membentuk pola pikir yang lebih sehat dalam jangka panjang.

6. Pertimbangkan bantuan profesional jika tekanan terasa berlebihan

ilustrasi berbicara dengan guru (pexels.com/RDNE Stock project)

Kalau tekanan mulai mengganggu kesehatan mentalmu, tidak ada salahnya mencari bantuan dari psikolog atau konselor. Mendapatkan perspektif dari pihak ketiga yang netral bisa sangat membantu dalam memahami dirimu dan relasi dengan orangtua. Kadang, kamu hanya butuh ruang aman untuk bercerita.

Langkah ini bukan tanda kelemahan, justru menunjukkan bahwa kamu cukup dewasa untuk peduli pada dirimu sendiri. Jika kamu ingin berdamai dengan tekanan ini dan tetap berkembang, pendampingan profesional bisa menjadi salah satu jalan terbaik. Kamu layak merasa tenang dan merdeka secara emosional.

Tekanan dari orangtua soal prestasi memang bisa terasa menyesakkan, tapi kamu tidak harus menghadapinya sendirian. Dengan mengenali perasaanmu, membangun komunikasi yang sehat, dan berpegang pada definisi sukses versi dirimu, kamu bisa bertahan tanpa kehilangan jati diri. Kamu tetap berharga, terlepas dari seberapa banyak prestasi yang telah kamu capai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us