ilustrasi anak menangis (Pexels.com/ Yan Krukov)
Saat anak marah, sedih, ataupun takut, sebagian orangtua mungkin masih memilih untuk mengabaikan perasaan tersebut. Alih-alih meminta anak untuk merasakan dan menghadapi emosi yang datang padanya, orangtua justru mengalihkan, menasehati, bahkan mencaci perasaan tersebut.
Dalam buku 'The Book You Wish Your Parents Had Read', Philippa Perry menyebutkan, anak yang dibiarkan marah hingga kelelahan dan tertidur atau ditinggalkan saat menangis, kemampuan mentoleransi emosi tidak menyenangkan atau menyakitkannya semakin kecil. Sehingga anak akan lebih mudah iri, takut akan penolakan, mudah marah dan berbagai emosi negatif lainnya.
Namun bila orangtua memilih untuk menenangkan anak atau menghibur si kecil, dampaknya akan berbeda. Anak akan merasa lebih optimis dalam menghadapi perasaan yang kurang nyaman sebab apa pun perasaannya, ia akan merasa mampu melewatinya.
Lebih jauh, anak akan merasa lebih percaya diri, sebab masalah sebesar apa pun diyakini akan mampu dilaluinya. Untuk itu, daripada menolak perasaan anak, orangtua sebaiknya memberi dukungan dan mengarahkan atas berbagai perasaan negatif pada buah hatinya.