Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ayah memarahi anaknya (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi ayah memarahi anaknya (pexels.com/Kindel Media)

Dalam proses mendidik anak, orangtua sering kali tanpa sadar menggunakan kata “tidak” sebagai respons utama terhadap perilaku yang dianggap kurang tepat. Meskipun bermaksud baik, penggunaan kata ini secara berulang bisa membuat anak merasa dibatasi tanpa benar-benar memahami alasan di balik larangan tersebut.

Padahal, ada cara lain yang lebih positif dan efektif untuk mendisiplinkan anak tanpa harus terus-menerus berkata "tidak". Berikut, ada berbagai pendekatan yang lebih membangun untuk membantu anak memahami batasan, sekaligus menjaga hubungan yang hangat dan penuh pengertian antara orangtua dan anak.

1. Saat anak pilih-pilih makanan

ilustrasi anak makan buah dan sayur (pexels.com/Alex Green)

Pilih-pilih makanan jadi salah satu kebiasaan anak yang terkadang membuat banyak orangtua stres. Biasanya, orangtua akan secara reflek mengatakan "tidak" ketika anaknya meminta makanan yang kurang sehat, misalnya makanan manis seperti cokelat dan es krim yang berlebihan.

Alih-alih melarangnya dengan langsung berkata "tidak", David Walsh, penulis buku parenting, dikutip dari Parents, menyarankan agar orangtua menawarkan alternatif yang lebih baik, misalnya menawarkan yogurt atau buah. Walsh mengingatkan, sebaiknya hindari memberi janji kepada anak seperti berkata "nanti", "mungkin besok", dan lainnya.

"Balita belum bisa memahami waktu dengan baik, jadi gak masuk akal untuk memberi tahu mereka kapan tepatnya mereka akan mendapatkan es krim. Kebanyakan balita hanya menginginkan apa yang mereka inginkan," jelas Dr. Walsh.

Selain itu, perhatikan juga pemilihan kata seputar makanan antara "sehat" versus "gak sehat" atau "baik" versus "buruk", hal tersebut gak akan menjawab pertanyaan anak. Sebaiknya, jelaskan bahwa makanan tertentu (misal buah) akan memberi efek tubuh jadi lebih kuat berlari dan tetap ceria.

2. Saat anak bersikap kasar

ilustrasi ayah menggendong anaknya (pexels.com/Phil Nguyen)

Selanjutnya, saat anak bersikap kasar dan gak sopan. Misalnya, saat anak menyakiti hewan dan tumbuhan, kamu bisa berkata, "saat kamu (anak) menyakiti bunga dan hewan, kamu ikut menyakiti perasaan dan pertumbuhannya". Pendekatan ini membantu anak mengembangkan empati dan kesadarannya terhadap makhluk hidup lain.

"Berikan anak tanggung jawab untuk belajar bahwa tanaman harus diperlakukan dengan hormat, seperti halnya alam pada umumnya," kata Marva Soogrim, seorang pengasuh, melansir dari Parents.

Kemudian, saat anak bersikap kasar kepada orang lain, sebaiknya jangan langsung berteriak atau berkata "tidak boleh memukul". Terapis Linda Shook Sorkin, menjelaskan, kemampuan balita untuk memahami apa artinya memukul orang lain sangatlah terbatas.

Untuk menanganinya, orangtua bisa langsung menghentikan penyerangan tersebut dan dengan tenang nyatakan perilaku yang kamu inginkan dari anakmu. Misalnya, kamu bisa bilang, "kita gak memukul orang lain saat merasa marah atau kesal."

3. Saat anak merengek meminta sesuatu

ilustrasi anak merajuk (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Kamu mungkin pernah menghadapi rengekan anak yang terkadang membuat orangtua bingung dengan apa yang diinginkannya. Alih-alih meminta anak untuk "tidak boleh merengek" atau "berhenti merengek", sebaiknya lakukanlah pendekatan sederhana agar anak bisa mengkomunikasikan keinginannya.

Penulis buku parenting, dilansir dari Parents, Richard Bromfield, menyarankan untuk mengatakan, "Mama/papa gak mengerti saat kamu menggunakan suara cengeng." Pendekatan ini dapat mendorong anak untuk berbicara dengan nada normal.

4. Saat anak mencoba melakukan sesuatu yang berbahaya

ilustrasi bermain dengan anak (pexels.com/Alex Green)

Kata "tidak" sering kali diucapkan orangtua sebagai tanda bahwa hal yang dilakukan anaknya itu gak baik atau berbahaya. Namun, bagi anak hal tersebut mungkin akan sulit dimengerti. Untuk itu, orangtua perlu berusaha keras dalam komunikasi positif agar anak-anak lebih mengerti maksudnya.

Audrey Ricker, penulis buku parenting, melansir Parents, menyarankan orangtua untuk mengomunikasikan tanda bahaya dengan meninggikan suara, menggoyangkan jari, atau memberikan ekspresi ketakutan. Misalnya, saat anakmu hendak memainkan api, ungkapkan rasa takut kamu dengan frasa yang mengkhawatirkan seperti "panas" atau "bahaya", lalu pindahkan anak ke tempat yang lebih aman.

Itu dia beberapa tips parenting yang bisa dilakukan orangtua saat melarang anaknya melakukan sesuatu tanpa harus selalu berkata "tidak". Alih-alih langsung melarang anak, akan lebih baik untuk mengomunikasikannya agar anak paham alasan di balik kamu melarang dia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team