Tren Parenting di Indonesia, Orangtua Takut Anak Tidak Sopan

- Persiapan sebelum memiliki anak sangat penting karena akan memengaruhi kualitas kehidupan keluarga secara keseluruhan.
- Hasil survei Jakpat menunjukkan, bahwa sebanyak 94 persen orangtua mengaku khawatir jika anak mereka menjadi pribadi yang tidak sopan atau kurang memiliki tata krama.
- Survei Jakpat juga mengemukakan, slasan utama orang memiliki anak adalah keinginan untuk meneruskan keturunan (66 persen) dan anggapan bahwa anak dapat melengkapi keluarga (63 persen).
Menjadi orangtua merupakan sebuah perjalanan yang dipenuhi dengan kebahagiaan, proses belajar, sekaligus tantangan. Setiap orangtua juga pasti memiliki gaya pola asuh mereka sendiri yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, nilai-nilai pribadi, hingga ekspektasi sosial.
Jakpat adalah platform survei online yang memungkinkan banyak orang untuk berpartisipasi. Platform ini melakukan survei terhadap 983 responden untuk menggali pandangan mereka seputar parenting. Hasilnya, survei ini menghimpun tren parenting di Indonesia tahun 2025.
1. Persiapan sebelum memiliki anak

Persiapan sebelum memiliki anak sangat penting karena akan memengaruhi kualitas kehidupan keluarga secara keseluruhan, baik dari segi fisik, mental, emosional, maupun finansial. Jakpat pun mengumpulkan survei mengenai persiapan sebelum memiliki anak.
Sebanyak 81 persen responden menyatakan bahwa persiapan finansial adalah hal utama yang perlu dipersiapkan sebelum memiliki anak. Diikuti oleh kesiapan mental, pengetahuan tentang pola asuh dan pendidikan anak, serta kesiapan emosional, yang semuanya dipilih oleh lebih dari 70 persen responden.
Septiana Widi Sugiastuti, Research Lead di Jakpat, menekankan pentingnya kestabilan emosional bagi orang tua, yang dianggap perlu oleh 72 persen responden. Menurut Septiana, hal ini penting karena anak-anak menyerap energi dan respon dari orangtuanya.
2. Tantangan berperan sebagai orangtua

Survei Jakpat juga mengemukakan, slasan utama orang memiliki anak adalah keinginan untuk meneruskan keturunan (66 persen) dan anggapan bahwa anak dapat melengkapi keluarga (63 persen). Bagi 62 persen Gen X, memiliki anak juga diyakini membuka pintu rezeki.
Saat membahas pengalaman sebagai orangtua, tiga dari lima ibu mengaku bahwa peran ini terasa cukup berat. Dalam hal kelelahan dan stres, ibu juga lebih sering mengalaminya. Sebaliknya, satu dari empat ayah justru menyatakan bahwa menjadi orangtua terasa mudah. Mereka juga lebih sering merasa peran ini menyenangkan dan memuaskan.
3. Peran media sosial dalam pola asuh

Media sosial turut berperan dalam pola asuh anak dengan 64 persen responden mengaku terpengaruh olehnya. Media sosial menjadi wadah bagi orangtua untuk mencari informasi seputar parenting, perkembangan anak, kesehatan, hingga tips mengasuh anak dari berbagai sudut pandang.
Menurut Jakpat, banyak akun atau komunitas parenting yang membagikan konten edukatif yang bisa menjadi referensi. Akun yang paling sering dijadikan referensi adalah para ahli seperti dokter atau psikolog (74 persen), disusul oleh pengguna media sosial yang memiliki pola asuh anak yang menarik (73 persen), serta akun atau situs yang secara khusus membahas topik parenting (73 persen).
4. Kekhawatiran orangtua

Hasil survei Jakpat menunjukkan, bahwa sebanyak 94 persen orangtua mengaku khawatir jika anak mereka menjadi pribadi yang tidak sopan atau kurang memiliki tata krama. Lebih dari 90 persen orangtua juga khawatir apabila anak mereka terlibat perundungan (bullying) baik sebagai korban maupun pelaku. Kekhawatiran ini bahkan melebihi kecemasan terkait akademik, seperti anak tidak naik kelas atau tidak lulus, yang disebutkan oleh 77 persen responden.
“Hasil survei menunjukkan, bahwa di era ini orangtua lintas generasi memiliki kekhawatiran yang sama terhadap isu-isu sosial anak, seperti perundungan dan perkelahian, dibandingkan masalah akademik. Ini menjadi tugas orangtua untuk lebih peka, karena anak-anak bisa saja mengalami perundungan di sekolah, lingkungan sekitar, bahkan secara daring (cyberbullying)," tambah Septiana, dikutip rilis yang diterima IDN Times.
Kesimpulannya, Indonesia menempatkan keharmonisan sosial dan tata krama sebagai hal utama. Etika, adab, dan agama sering diajarkan sejak kecil, yang menghasilkan kesopanan.
Hal ini dinilai sebagai bekal utama untuk hidup di masyarakat, bahkan lebih penting daripada prestasi akademik. Bahkan, anak yang sopan dianggap sebagai cerminan keberhasilan orangtua dalam mendidik. Sebaliknya, anak yang tidak sopan dapat mencoreng nama baik keluarga.