4 Cara Menghadapi Anak yang Sering Melakukan Silent Treatment

- Anak sering diam karena tidak didengar atau takut dihakimi
- Orangtua perlu menciptakan ruang aman dan komunikasi lembut
- Tunjukkan empati, validasi perasaan anak, dan bantu mereka mengelola emosi
Silent treatment atau sikap diam yang disengaja sering kali menjadi bentuk komunikasi pasif agresif yang menunjukkan bahwa anak mungkin sedang merasa marah, kesal, atau pun tidak tahu bagaimana caranya dalam mengekspresikan emosi. Walau mungkin terlihat seperti tindakan sepele, namun nyatanya kebiasaan ini bisa menjadi sinyal adanya konflik batin atau pun kebutuhan emosional yang belum terpenuhi dengan baik.
Sebagai orangtua tentunya penting untuk memahami bahwa dibalik sikap diam anak mungkin tersembunyi adanya rasa bingung, kecewa, atau bahkan ketakutan. Oleh sebab itu, simaklah beberapa tips berikut ini untuk menghadapi anak yang sering memberikan silent treatment agar nantinya bisa membuka kembali jalur dialog yang sehat antara orangtua dan anak.
1. Ciptaan ruang aman untuk mengekspresikan emosi

Anak-anak sering memilih diam dikarenakan mereka tidak didengar atau takut dalam melihat reaksi orangtuanya terhadap perasaan yang mereka tunjukkan. Oleh sebab itu, menciptakan ruang aman secara emosional, yaitu di mana anak bisa tetap merasa dihargai dan tidak mudah dihakimi, sehingga bisa menjadi langkah awal yang baik.
Orangtua juga harus menunjukkan bahwa mereka bersikap terbuka untuk selalu mendengarkan tanpa terkesan menghakimi atau pun memaksakan anak secara berlebihan. Drngan memberikan waktu dan juga rasa aman, maka nantinya anak akan lebih mudah terbuka dan belajar bahwa emosi tidak semesti harus disembunyikan dengan cara diam.
2. Berkomunikasi lewat cara yang tidak mengintimidasi

Anak yang sedang melakukan silent treatment biasanya akan selalu menutup dirinya terhadap komunikasi verbal secara langsung yang bernada tegas atau mengandung adanya tekanan. Cobalah orangtua bisa menggunakan pendekatan yang lebih lembut dan tidak konfrontatif, seperti dengan menulis pesan kecil, berbicara ketika suasana hatinya sudah mulai santai, atau pun melakukan berbagai aktivitas bersama yang terasa menyenangkan.
Metode komunikasi tidak langsung soal dapat membantu anak untuk merasa lebih nyaman dalam mengungkapkan perasaannya sedikit demi sedikit. Untuk jangka panjang nantinya cara ini juga bisa mempererat ikatan emosional antara orangtua dan anak, sehingga tidak sampai menambah ketegangan pada situasi yang mungkin dianggap sulit.
3. Tunjukkan empati dan validasi perasaan anak

Anak perlu tahu bahwa perasaan mereka dimengerti dan juga tidak diabaikan begitu saja, meski mereka mungkin tidak bisa mengungkapkannya secara langsung. Orangtua bisa mengucapkan hal-hal yang terkesan menenangkan dan tidak sampai memberikan tekanan pada anak secara berlebihan, sebab dapat menimbulkan dampak negatif.
Validasi seperti ini dapat mengajarkan anak bahwa emosi yang mereka alami merupakan sesuatu yang sah dan tidak perlu disimpan sendiri. Jika dilakukan secara konsisten, maka anak akan merasa lebih aman untuk membagikan perasaannya tanpa harus menggunakan silent treatment sebagai perlindungan.
4. Bantu anak untuk mengenal dan mengelola emosinya

Silent treatment sebetulnya bisa menjadi tanda bahwa anak belum memiliki kosakata emosional atau pun keterampilan dalam mengelola perasaannya dengan baik. Orangtua dapat membantu anak untuk mulai mengajarkan nama-nama terkait emosi yang dialami, serta strategi pengelolaannya, seperti misalnya dengan cara menulis jurnal, menarik nafas dalam, atau pun mengalihkan perhatian.
Dengan mengenali perasaan sendiri dan belajar tentang cara mengatasinya, maka anak akan lebih mudah untuk mengekspresikan apa yang dirasakannya secara terbuka. Proses ini memang memerlukan waktu, namun perlu diingat bahwa membekali anak dengan kemampuan emosional yang baik merupakan langkah penting untuk kehidupannya kelak.
Menghadapi anak yang sering menggunakan silent treatment memang memerlukan kesabaran, empati, dan komunikasi yang bijak. Alih-alih berusaha memaksa atau merespon dengan emosi, tentu sebaiknya orangtua dapat menciptakan ruang yang aman dan melakukan pendekatan yang lembut. Silent treatment bukan akhir dari komunikasi, melainkan awal dari proses pemahaman untuk bisa tumbuh bersama!