Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Hal Harus Dilakukan Orangtua saat Anak Tidak Dapat Juara Satu

ilustrasi anak marah (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi anak marah (pexels.com/RDNE Stock project)
Intinya sih...
  • Fokus pada proses, bukan hasil akhir
  • Berikan apresiasi tanpa syarat
  • Ajak refleksi tanpa menghakimi
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pada saat anak tidak mau memperoleh peringkat pertama di sekolah mungkin sebagian orangtua merasa kecewa atau khawatir akan masa depan akademis yang dimiliki oleh anaknya. Padahal prestasi belajar anak sebetulnya tidak ditentukan dari angka ranking semata, melainkan juga dari proses pembelajaran dan perkembangan emosional secara menyeluruh.

Anak-anak memerlukan dukungan emosional dan juga penguatan mental dari orangtua, khususnya pada saat mereka sedang merasa gagal atau kurang memuaskan secara ekspektasi. Alih-alih membandingkan, orangtua justru harus hadir sebagai pendamping yang akan memahami dan juga membimbing anak dengan penuh empati. Oleh sebab itu, perhatikan beberapa hal berikut ini yang harus orangtua lakukan pada saat anak tidak dapat juara satu.

1. Fokus pada proses, bukan hasil akhir

ilustrasi menemani anak belajar (pexels.com/August de Richelieu)
ilustrasi menemani anak belajar (pexels.com/August de Richelieu)

Orangtua memang semestinya dapat menekankan pada pentingnya proses belajar, bukan hanya mengejar hasil akhir berupa rangking semata. Hal ini dapat membantu anak untuk memahami bahwa setiap usaha, konsistensi, hingga kejujuran dalam belajar merupakan hal yang lebih penting daripada hanya sekadar menjadi yang terbaik di kelas.

Setidaknya dengan mengapresiasi setiap langkah kecil yang dicapai, maka nantinya anak akan selalu merasa dihargai dan juga termotivasi untuk terus berkembang. Sikap ini juga seolah dapat mengajarkan bahwa belajar merupakan perjalanan panjang, sehingga tidak termasuk pada perlombaan yang sifatnya sesaat.

2. Berikan apresiasi tanpa syarat

ilustrasi menemani anak belajar (pexels.com/August de Richelieu)
ilustrasi menemani anak belajar (pexels.com/August de Richelieu)

Memberikan pujian dan apresiasi atas usaha yang dilakukan anak terlepas dari peningkatan diperoleh merupakan hal penting untuk bisa membangun kepercayaan diri yang dimilikinya. Apresiasi yang tulus menunjukkan bahwa cinta orangtua tidak bergantung pada pencapaian akademik semata yang diperoleh anak.

Hal ini tentunya akan membuat anak tetap merasa aman didukung dan dicintai tanpa syarat, sehingga akan secara otomatis memperkuat kesehatan mental. Anak akan lebih siap dalam menerima berbagai kritik yang bersifat membangun dan juga berusaha memperbaiki diri tanpa adanya tekanan secara berlebihan.

3. Ajak refleksi tanpa menghakimi

ilustrasi anak dan ibu (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi anak dan ibu (pexels.com/Antoni Shkraba)

Daripada langsung mengkritik atau menyalahkan, maka sebaiknya orangtua dapat mengajak anak untuk berdiskusi terkait pengalaman belajarnya selama berada di sekolah. Coba tanyakan bagian mana yang dirasa sulit, apa yang membuat mereka tertinggal, hingga strategi seperti apa yang mungkin ingin diterapkan di kemudian hari.

Melalui pendekatan reflektif seperti ini, maka anak pun akan belajar terkait kelemahan dan potensi dirinya secara lebih objektif. Orangtua juga dapat membantu untuk mencari solusi terbaik tanpa membuat anak merasa tertekan atau pun malu dalam menghadapi segala usaha yang dilakukannya.

4. Tanamkan nilai-nilai kehidupan di luar akademik

ilustrasi berkebun (pexels.com/Polesie Toys)
ilustrasi berkebun (pexels.com/Polesie Toys)

Ranking bukan segalanya, sebab kehidupan tidak hanya melulu terkait nilai di atas kertas. Orangtua juga semestinya dapat menanamkan bahwa karakter, seperti bertanggung jawab jujur dan juga peduli terhadap sesama dianggap jauh lebih penting untuk jangka panjang.

Nilai-nilai seperti empati, kerja keras, dan keuletan seolah bisa menjadi bekal utama bagi anak dalam menghadapi tantangan hidup yang tidak selalu bisa diprediksi. Setidaknya dengan cara tersebut, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang seimbang dan tangguh, meski mungkin tidak selalu menjadi juara satu.

Ketika anak tidak dapat juara suatu, hal tersebut bukanlah kegagalan melainkan bagian dari proses pembelajaran yang manusiawi. Peran orangtua sangatlah penting dalam membentuk cara pandang terkait kesuksesan, kegagalan, dan juga usaha yang dialami anak. Pada akhirnya keberhasilan sejati tidak hanya diukur dari rangking, melainkan karakter dan semangat belajar yang tidak pernah padam!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us