Cara Memvalidasi Perasaan Anak agar Tidak Trauma, Orangtua Wajib Tahu!

Jangan sampai perasaannya terabaikan

Memvalidasi perasaan anak, artinya orangtua mengakui emosi yang tengah dialami buah hati. Dengan membenarkan perasaan yang sedang dihadapi, anak jadi merasa lebih dimengerti dan tidak dihakimi. 

Sayangnya, beberapa orangtua justru keliru dalam menghadapi atau merespons perasaan anak. Imbasnya bisa mempengaruhi kesehatan mentalh, lho! Jadi, bagaimana cara memvalidasi perasaan anak dengan tepat agar tak timbul trauma di masa depan? Simak tipsnya, yuk!

1. Memvalidasi perasaan anak menumbuhkan empati dan perilaku yang baik

Cara Memvalidasi Perasaan Anak agar Tidak Trauma, Orangtua Wajib Tahu!ilustrasi anak-anak (pexels.com/Marta Wave)

Memvalidasi perasaan anak ternyata sangat berpengaruh terhadap perilaku dan rasa percaya dirinya. Tidak mengabaikan emosi yang sedang dialami akan meminimalisir perilaku memberontak pada anak, seperti yang disampaikan Jeffrey Bernstein selaku psikolog dalam Psychology Today. 

Jeffrey menuturkan anak-anak yang perasaannya divalidasi dengan baik oleh orangtua akan menganggap emosinya penting sehingga mau mendengar orangtuanya dan mengubah perilaku yang kurang sesuai nilai keluarga. Selain itu, memvalidasi perasaan anak akan meningkatkan kesehatan emosional dan harga diri anak. 

2. Mengabaikan perasaan anak bikin kesehatan mentalnya kurang baik

Cara Memvalidasi Perasaan Anak agar Tidak Trauma, Orangtua Wajib Tahu!ilustrasi anak menangis (Pexels.com/ Yan Krukov)

Saat anak marah, sedih, ataupun takut, sebagian orangtua mungkin masih memilih untuk mengabaikan perasaan tersebut. Alih-alih meminta anak untuk merasakan dan menghadapi emosi yang datang padanya, orangtua justru mengalihkan, menasehati, bahkan mencaci perasaan tersebut. 

Dalam buku 'The Book You Wish Your Parents Had Read', Philippa Perry menyebutkan, anak yang dibiarkan marah hingga kelelahan dan tertidur atau ditinggalkan saat menangis, kemampuan mentoleransi emosi tidak menyenangkan atau menyakitkannya semakin kecil. Sehingga anak akan lebih mudah iri, takut akan penolakan, mudah marah dan berbagai emosi negatif lainnya.

Namun bila orangtua memilih untuk menenangkan anak atau menghibur si kecil, dampaknya akan berbeda. Anak akan merasa lebih optimis dalam menghadapi perasaan yang kurang nyaman sebab apa pun perasaannya, ia akan merasa mampu melewatinya. 

Lebih jauh, anak akan merasa lebih percaya diri, sebab masalah sebesar apa pun diyakini akan mampu dilaluinya. Untuk itu, daripada menolak perasaan anak, orangtua sebaiknya memberi dukungan dan mengarahkan atas berbagai perasaan negatif pada buah hatinya.

Baca Juga: 7 Tips Bersikap Lembut pada Anak-anak, Biasakan Diri

3. Memberikan respons yang tepat pada anak

Cara Memvalidasi Perasaan Anak agar Tidak Trauma, Orangtua Wajib Tahu!Ilustrasi anak dan ibu (pexels.com/Elly Fairytale)
dm-player

Orangtua mungkin tak ingin melihat anaknya kesusahan dan tidak bahagia, sehingga memilih untuk memberikan respons tertentu agar perasaan negatif pada anak hilang. Namun sayangnya, beberapa respons justru membuat anak semakin tak nyaman mengungkapkan emosi yang tengah terjadi pada dirinya. 

Sebagai psikoterapis terkemuka, Philippa menyampaikan 3 jenis respons yang sebaiknya diubah oleh orangtua. Pertama, repressing atau menekan yakni reaksi yang menganggap perasaan anak tidak penting dengan bilang "Diam" atau "Jangan ribut". 

Memberikan tanggapan seperti itu membuat anak merasa emosi yang tengah dialaminya tidak berharga, sehingga ia enggan berbagi lagi dengan orangtuanya di kemudian hari. Kedua, overreacting atau bereaksi berlebihan.

Reaksi yang berlebihan akan membuat anak enggan berbagi perasaan kepada orangtuanya karena khawatir akan membebani atau justru dihakimi atas apa yang tengah dirasakannya. Terakhir adalah containing atau menampung, yakin mengakui dan menerima perasaan anak.

Orangtua bisa sampaikan, "Apakah kamu merasa sedih? Sini ku peluk sampai kamu merasa lega." Dengan tidak mengabaikan anak dan memberikan reaksi menenangkan dan penuh perhatian, anak akan merasa emosinya valid. 

4. Orangtua sebaiknya mendampingi anak dalam melalui emosinya, bukan mengabaikannya

Cara Memvalidasi Perasaan Anak agar Tidak Trauma, Orangtua Wajib Tahu!Ilustrasi keluarga (unsplash/@annhwa)

Melanjutkan penjelasan dari bagian sebelumnya, anak-anak ingin orangtuanya bisa menampung emosi mereka dengan baik. Artinya orangtua bisa mengetahui, menerima, dan memahami perasaan anak.

Orangtua sebaiknya mendampingi anak melalui berbagai emosi yang menyenangkan ataupun kurang menggembirakan. Misalnya saat anak marah, orangtua seharusnya menjadi pendengar yang baik, memahami alasan anak, mendiskusikan luapan emosi itu, dan tidak menghukum apalagi ikut-ikut marah karena anak bersikap kurang baik. 

Bagaimana anak merespons emosi sangat bergantung pada cara orangtua dan lingkungan bereaksi terhadap hal itu. Emosi yang dialami anak, seperti yang dituliskan Philippa, sebaiknya diarahkan dan dimanfaatkan untuk memahami apa yang dibutuhkan. 

5. Mengucapkan cinta saja tak cukup, orangtua perlu menunjukkan bahwa anak adalah prioritasnya

Cara Memvalidasi Perasaan Anak agar Tidak Trauma, Orangtua Wajib Tahu!Ilustrasi anak dan orangtua (pexels.com/Karolina Grabowska)

Tak satupun orangtua ingin anaknya merasa sedih, maka diberikan fasilitas terbaik atau membelikan anak-anak mainan kesukaannya, alih-alih hadir dalam keseharian anak. Beberapa orangtua berpikir materi dan pelayanan yang disediakan untuk anak cukup membuktikan bahwa orangtua memang mencintainya. 

Sayangnya, Philippa berpendapat lain. Kehadiran orangtua jauh lebih bermakna bagi anak dengan menunjukkan bahwa dialah prioritas orangtua. Bukan hanya kalimat "Aku sayang kamu", namun juga kehadiran orangtua untuk mendampingi secara memadai. 

Anak membutuhkan cinta setiap hari dan bukan hanya hadir dalam bentuk benda atau ucapan, namun sungguh-sungguh hadir berupa kepedulian orangtua. Oleh karenanya, orangtua harus memahami bahwa perasaan anak itu penting dan mereka peduli pada apa pun yang terjadi pada anak. 

Baca Juga: Memulihkan Luka Batin dan Trauma Anak dari Orangtua yang Berselingkuh

Topik:

  • Dina Fadillah Salma
  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya