Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Psikolog Anak dan Remaja, Vera Itabiliana, dalam Press Conference Lactogrow pada Kamis (24/4/2025) di Kemang. (IDN Times/Adyaning Raras)

Intinya sih...

  • Anak usia 2 tahun ke bawah sebaiknya tidak diberi akses gadget sama sekali.
  • Orangtua disarankan membatasi screen time anak usia prasekolah maksimal satu jam per hari.
  • Bermain secara fisik, bonding dengan orangtua, dan stimulasi positif penting untuk tumbuh kembang optimal anak.

Di era modern ini gadget sudah seperti makanan sehari-hari. Mulai dari bermain game sampai menonton video edukatif menjadi sarana edukasi praktis untuk si kecil. Padahal, anak kecil dianjurkan untuk lebih banyak bermain secara fisik daripada menghabiskan waktu di depan layar gadget.

Screen time yang terlalu banyak bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pertanyaannya, berapa durasi screen time yang ideal untuk anak? Simak penuturan psikolog Anak dan Remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo dalam artikel ini!

1. Usia 2 tahun ke bawah gak boleh diberi gadget sama sekali

ilustrasi anak bermain gadget (unsplash.com/Kelly Sikkema)

Psikolog Vera Itabiliana menganjurkan agar orangtua lebih disiplin dalam hal memberikan akses gadget kepada anak. Khususnya, untuk anak usia bayi hingga 2 tahun, lebih baik tidak diberi gadget sama sekali. Penggunaan gadget merupakan bentuk komunikasi satu arah sehingga kurang baik untuk stimulasi perkembangan anak.

"Pada dua tahun pertama itu, sel otak sedang berkembang pesat-pesatnya. Jadi, kalau (komunikasi) cuma satu arah aja, ya gak terstimulasi. Sekarang ada istilah virtual autism, autis yang memang disebabkan karena gadget terlalu banyak dari usia dini. Jadi anak gak berkembang," kata Vera saat ditemui IDN Times pada Kamis (24/4/2025) di daerah Menteng.

2. Hindari konten-konten pendek dan cepat untuk anak usia 2-5 tahun

ilustrasi anak bermain gadget (unsplash.com/zhenzhong liu)

Begitu pun anak usia 2-5 tahun atau usia prasekolah, Vera menganjurkan agar orangtua membatasi screen time anak maksimal satu jam dalam sehari (setara satu film pendek anak-anak). Secara psikologis, konsumsi screen time terlalu banyak bisa memengaruhi kondisi emosional anak.

Vera mengatakan, "Itu pun harus didampingi dan dipilihkan kontennya. Selain itu, hindari konten yang pendek dan cepat, yang 30 detik lalu ganti, ganti, ganti. Itu gak bagus buat anak."

Otak anak belum bisa mencerna informasi dengan cepat. Konten-konten 30 detik di media sosial justru bisa memengaruhi kognitif dan emosional anak.

"Saya banyak dapat (kasus) anak yang munculnya gangguan emosional. Jadi dia belum selesai mencerna yang 30 detik itu, secara kognitif maupun secara emosi, udah muncul lagi yang lain. Akhirnya menumpuk dan timbul seperti gangguan emosional," ujarnya.

3. Screen time untuk remaja lebih fleksibel

ilustrasi anak bermain gadget (unsplash.com/Robo Wunderkind)

Berbeda dengan anak usia sekolah atau di atas 5 tahun, Vera menyarankan agar orangtua membatasi screen time sekitar 1-2 jam dalam sehari. Sedangkan, momen weekend bisa dimanfaatkan untuk bermain game sehingga tidak mengganggu proses belajar sehari-hari.

Untuk remaja, Vera menjelaskan, "Kalau remaja ke atas bisa lebih fleksibel asal tidak mengganggu waktu dia untuk tidur, belajar, dan sosialisasi secara nyata."

Untuk itu, orangtua juga berperan dalam mengatur porsi aktivitas anak. Pastikan anak memiliki waktu yang cukup untuk diri sendiri, berinteraksi dengan teman, serta berinteraksi dengan keluarga.

4. Gadget bisa mengurangi bonding orangtua dan anak

ilustrasi anak dan orangtua bermain bersama (unsplash.com/Vitaly Gariev)

Daripada memberikan gadget, penting bagi orangtua menyediakan waktu untuk bonding dengan anak. Vera mengatakan bahwa prinsip bermain itu harus menyenangkan, positif, bebas tanpa aturan, dan disepakati bersama.

"Banyak orangtua hadir secara fisik tapi pikirannya sibuk, mungkin ke gadget atau pekerjaan. Dampaknya jadi kurang bonding," ucap Vera.

Ketika bonding orangtua dan anak kurang, maka anak menjadi tidak nyaman dengan dirinya sendiri. Anak kurang percaya diri, minder, gak merasa dirinya cukup mampu untuk melakukan suatu hal.

"Jadi ketika orangtua ada waktu bersama anak, dia bercanda, anak merasa dia diterima dan diperhatikan, itu memberikan dasar-dasar bibit-bibit bahwa anak berpikir 'Oke, aku anaknya menyenangkan, ayah ibu senang main sama aku,'" ungkap Vera.

5. Orangtua harus disiplin dalam memberikan aturan soal gadget

ilustrasi anak dan orangtua bermain bersama (unsplash.com/Vitaly Gariev)

Orangtua harus memahami bahwa proses mendisiplinkan anak itu membuat anak menjadi paham kenapa ada aturan dan konsekuensinya. Soal gadget, Vera menuturkan agar orangtua lebih disiplin dalam membatasi screen time atau waktu bermain.

"Misalnya, kita bikin perjanjian mainnya satu jam. Kalau misalnya molor 15 menit berarti konsekuensinya adalah waktu main besok dipotong 15 menit, itu namanya disiplin. Kalau menghukum biasanya gak ada aturan sebelumnya yang disepakati bersama," katanya.

Begitu pun dengan akses gadget pada anak kecil khususnya di bawah dua tahun. Kalau pun harus menggunakan gadget, hanya untuk kepentingan interaksi lewat video call.

"Sel otak yang membantu dia untuk bersosialisasi, berinteraksi, bicara, itu jadi terhambat perkembangannya karena gadget," sambung Vera.

Semoga orangtua bisa lebih disiplin lagi dalam memberikan jatah screen time untuk anak, ya. Yuk, berikan stimulasi positif pada anak demi tumbuh kembang yang optimal!

Editorial Team