5 Sinyal Red Flag Remaja yang Memiliki Masalah Menurut Psikolog

Masa remaja merupakan momen peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Tahap yang singkat ini biasanya berlangsung cukup berat dan fluktuatif karena pengaruh fisik berupa perubahan hormon.
Remaja mengaku sedang mencari jati diri, sementara orangtua kebingungan mengikuti kemana anaknya akan berubah. Di masa remaja yang unik ini, komunikasi antar anak dan orangtua bisanya juga ikut terganggu karena perbedaan pendapat. Lantas, bagaimana orangtua mengetahui jika sang anak sedang dalam masalah?
Menurut psikolog ada beberapa ciri khusus berupa body language yang diberikan anak ketika mengalami masalah. Berikut ini beberapa sinyal red flag remaja yang memiliki masalah dilihat dari body language yang ia berikan. Simak, ya!
1. Menghindari kontak mata

Ketika berbicara, kontak mata menjadi penting. Kontak mata menunjukkan bahwa pembicara dan pendengar saling terkoneksi dan mau saling memahami. Oleh sebab itu, menghindari kontak mata bisa menandakan masalah, baik itu sebagai remaja maupun orang-orang di segala usia.
"Menghindari kontak mata dengan menunduk atau mengalihkan pandangan dalam waktu lama atau membungkuk dapat menunjukkan keengganan untuk terlibat dalam dialog terbuka, rasa malu atau rasa tidak aman," kata Dr. Denitrea Vaughan, Psy.D., LPC-S , seorang psikolog di Thriveworks seperti dikutip Parade.
Oleh sebab itu, kurangnya kontak mata ketika berbicara dengan remaja mungkin menjadi tanda tersendiri bahwa ia sedang dalam masalah. Sebagai orangtua atau mungkin kakak, kamu bisa mendekati remajamu dengan lembut dan bertanya tentang keadaannya.
2. Kecemasan berlebihan

Cemas adalah emosi yang wajar. Namun kecemasan berlebihan bisa menjadi masalah. Contohnya bila remaja tampak tidak bisa rileks atau justru mengalami serangan panik.
"Gelisah berlebihan seperti mengetuk-ngetukkan jari, menggigit kuku, memutar-mutar rambut, menggeser posisi duduk, atau gelisah dapat menandakan kecemasan atau ketidakmampuan untuk tetap fokus," jelas Vaughan.
3. Gangguan tidur dan makan

Memendam masalah juga bisa mempengaruhi pola tidur. Sherri Gordon, CLC, seorang life coach dan advokat pencegahan bullying mengungkapkan dalam Parents bahwa kesulitan tidur, terbangun di malam hari, tidak dapat tidur lebih lama, atau mengalami perubahan pola tidur siang-malam merupakan tanda bahaya bagi remaja. Hal ini bisa jadi berkaitan dengan gangguan kecemasan, depresi, ataupun PTSD.
Selain gangguan tidur, menurut Gordon gangguan pola makan yang terlalu mencolok juga bisa menandakan masalah. Misalnya jika remaja tidak mau makan atau justru makan dalam porsi yang jauh lebih besar daripada sebelumnya.
4. Perubahan suasana hati yang ekstrem

Kesedihan seorang remaja seringkali terlihat dengan perubahan suasana hati yang ekstrem. Remaja mungkin menjadi mudah tersinggung atau kehilangan minat atas kesukaannya. Jika proses ini terjadi cukup lama, bisa jadi sebenarnya ia sedang memendam masalah yang lebih besar.
Gordon mengungkapkan, remaja mungkin juga bisa terlihat cepat berubah tempramennya. Misalnya, awalnya ia terlihat senang namun tiba-tiba merasa sedih tanpa alasan yang jelas. Jika hal itu terjadi, orangtua harus lebih memperhatikan anaknya.
5. Menarik diri dari lingkungan

Remaja mungkin juga menunjukkan sinyal mengelak. Misalnya, ia memalingkan wajah ketika diajak bicara, memutar mata, atau melipat tangan dan menunjukkan sikap acuh ketika diajak bicara. Menurut Vaughan bahasa tubuh yang defensif ini bisa berarti ia tidak ingin membuka diri.
Di sisi lain, Gordon mengungkapkan jika berlanjut, gejala ini mungkin akan sampai pada penarikan diri dari lingkungan. Remaja mungkin akan menghindari temannya, keluarga, atau aktivitas biasanya. Ketika gejala ini muncul, bisa jadi tanda red flag, nih.
Cukup banyak tanda-tanda red flag yang diutarakan remaja lewat perilakunya. Namun melihat sifat remaja yang masih berubah-ubah, berbagai tanda di atas bisa jadi bukanlah suatu masalah, sih.
Lantas, bagaimana membedakannya? Susan Tellone, RN, BSN, CSN, MSN, direktur klinis Masyarakat untuk Pencegahan Bunuh Diri Remaja menyatakan dalam Parents bahwa ada toleransi waktu sekitar 2 minggu untuk memastikannya.
“Setiap orang mengalami hari yang buruk atau bahkan beberapa hari yang buruk, tetapi jika suasana hati yang buruk, sedih, atau murung itu berlangsung selama dua minggu atau lebih, orang tua, wali, dan pengasuh harus terlibat dalam percakapan dengan anak remaja mereka tentang apa yang mereka alami," katanya.
Itulah sedikit ulasan tentang sinyal red flag remaja yang memiliki masalah menurut psikolog. Masa remaja memang cukup sulit dilalui. Semoga orangtua dan remaja bisa kompak dalam menjalani masa peralihan ini, ya.