Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Hal Penting saat Anak Menonton Konten Mukbang, Jangan Sampai Meniru!

ilustrasi mukbang (pexels.com/MART PRODUCTION)
Intinya sih...
  • Sampaikan bahwa itu hanya konten, sering ada triknya
  • Makan tidak usah banyak-banyak, secukupnya saja
  • Makanan juga harus bernutrisi seimbang

Kamu berusaha mengawasi anak seketat apa pun, boleh jadi ia tetap menyaksikan konten yang kurang mendidik. Konten itu muncul begitu saja saat anak menggunakan internet. Atau, dia menontonnya di gawai temannya.

Konten yang kurang baik buat anak ialah mukbang. Atau, dalam KBBI disebut juga mokbang. Mukbang merupakan konten yang menunjukkan tren makan dalam porsi sangat banyak.

Pembuat konten bisa orang dewasa maupun anak-anak dengan beragam menu. Memarahi anak yang telanjur tahu konten ini kurang tepat. Terpenting dirimu segera memberitahunya enam hal berikut.

1. Sampaikan bahwa itu hanya konten, sering ada triknya

ilustrasi live mukbang (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Anak tentu akan bertanya, apa itu konten? Jelaskan dengan bahasa sederhana agar mudah dimengerti anak. Misalnya, konten adalah tayangan yang sengaja dibikin lalu disebarkan melalui internet. Mirip film kartun yang biasa disaksikan anak.

Artinya, tidak semuanya benar-benar terjadi. Banyak hal yang hanya dibuat-buat. Seolah-olah seseorang makan banyak sekali. Padahal, video mukbang itu dipotong di beberapa bagian. Adegannya dipercepat sehingga tahu-tahu seporsi besar makanan sudah habis.

Tanpa orang tersebut betul-betul memakan semuanya. Bisa juga di bawah tumpukan makanan terdapat pengganjal. Makanan yang sesungguhnya dalam porsi normal menjadi terlihat menggunung di atas piring atau mangkuk.

2. Makan tidak usah banyak-banyak, secukupnya saja

ilustrasi mukbang (pexels.com/Eggy Clicks)

Akibat yang paling pantas dikhawatirkan orangtua adalah kalau-kalau anak ikut-ikutan makan sebanyak dalam konten. Kamu harus mengantisipasi hal ini. Beri anak edukasi tentang makan yang tepat.

Seviral apa pun konten mukbang yang disaksikannya, tegaskan bahwa itu tidak baik. Makan makanan apa saja tak boleh berlebihan. Makan harus secukupnya saja. Batasannya adalah berhenti sebelum kekenyangan.

Pun ukuran kenyang saat ini dapat berbeda dengan jam makan berikutnya. Contohnya, pagi hari anak belum terlalu ingin makan. Otomatis ia kenyang lebih cepat. Porsi makannya menjadi sedikit.

Namun, sepulang sekolah anak tentu lapar. Porsi makannya menjadi lebih banyak. Tapi yang pasti, anak tidak perlu memaksakan diri buat makan terus melebihi daya tampung perutnya. Makan berlebihan malah mengurangi kenikmatannya.

3. Makanan juga harus bernutrisi seimbang

ilustrasi mukbang mi (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Sering kali menu yang disantap di konten mukbang tak hanya mengabaikan porsi yang pas. Nutrisinya juga gak dipikirkan. Misalnya, konten mukbang berbungkus-bungkus mi instan.

Segunung mi hanya mengandung karbohidrat. Tidak ada sayuran dan lauk seperti telur. Atau, konten makan tumpukan olahan daging. Asupan lemaknya menjadi terlalu besar dalam sekali konsumsi.

Beri tahu anak bahwa makan yang sehat tidak hanya asal banyak, enak, dan kenyang. Gizinya mesti diperhatikan. Dalam satu piring kudu ada sumber karbohidrat, lemak sehat, protein, vitamin, dan mineral.

Selain itu, jangan pula berlebihan dalam hal rasa. Banyak konten mukbang yang menyajikan makanan superpedas. Sambal atau cabainya banyak sekali. Katakan pada anak bahwa baik tingkat kepedasan, manis, asin, maupun gurih pada makanan tidak boleh berlebihan.

4. Dampak buruk makan terlalu banyak

ilustrasi siap mukbang (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Anak harus punya gambaran tentang bahaya makan berlebihan baik dalam jumlah maupun rasa seperti tingkat kepedasan. Mengingat usianya masih kecil, sampaikan dampak buruk mukbang dengan bahasa sederhana. Misalnya, makan kebanyakan menyebabkan sakit perut.

Minta anak mengingat pengalamannya pernah kekenyangan. Pasti rasanya gak enak, kan? Padahal, saat itu makanan yang disantap anak tidak sebanyak seperti dalam konten mukbang.

Makan berlebihan juga bisa sampai membuat seseorang muntah atau dilarikan ke rumah sakit. Apalagi jika makanannya pedas sekali. Bukan cuma mulut yang panas melainkan juga perut, kerongkongan, serta dada. Aktivitas makan yang seharusnya terasa nikmat justru berujung menyiksa diri.

5. Jangan ikut-ikutan ambil banyak, nanti gak habis

ilustrasi anak mukbang (pexels.com/Alex Green)

Anak dengan kepolosannya boleh jadi terpikirkan juga untuk kapan-kapan mencoba makan sebanyak-banyaknya. Cegah ini sejak awal dengan dirimu tegas melarang anak mengambil makanan langsung banyak. Selalu ingatkan anak untuk mengambilnya sedikit demi sedikit.

Santap dulu isi piringnya hingga habis. Nanti bila anak masih lapar boleh menambah. Itu pun porsi ekstranya diambil lebih sedikit dari porsi pertama tadi. Sebab kemungkinan besar sebentar lagi dia sudah kenyang.

Jangan sampai makanan yang diambil terlalu banyak menjadi mubazir. Kamu juga dapat bilang gak akan mau menghabiskan sisa makanan anak. Ini untuk mendorongnya lebih bertanggung jawab atas setiap makanan yang diambilnya.

6. Kalau anak menemukan konten aneh lain, beri tahu orangtua

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Nicola Barts)

Kamu memang tidak menghendaki anak menyaksikan konten-konten yang kurang edukatif. Akan tetapi, kenyataannya sulit membentengi anak dengan sempurna. Pengawasan serta larangan harus tetap ada.

Namun, dirimu juga jangan membuat anak ketakutan. Seperti dia takut kamu marah besar bila ia tak sengaja melihat tayangan yang kurang pas untuk usianya. Wanti-wanti anak supaya segera memberitahumu kalau ada konten yang aneh.

Misalnya, konten yang menunjukkan beberapa anak sepantarnya sudah bicara tentang cinta dan pacaran. Atau, konten mengusili teman sampai ia celaka. Minta anak melaporkannya padamu supaya kalian dapat mendiskusikannya.

Cara ini lebih efektif untuk membuatnya paham mana yang boleh ditiru atau tidak. Jangan cuma anak dilarang menonton ini itu tanpa adanya penjelasan. Nanti dia justru tambah penasaran dan ingin meniru konten.

Di tengah gempuran konten, orangtua perlu strategi dalam melindungi anak. Jaga anak dari pengaruh negatif konten yang sedang marak. Sebab anak mudah sekali mengikuti apa yang dilihatnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us